Pagi tadi Elvan berpamitan pada Aya untuk menemui rekan bisnisnya di Pulau yang lain. Selama tak ada Elvan, Aya hanya diam di kamar atau sesekali keluar dari rumah dan berjalan sendirian di pantai. Ia sedikit berani pergi sendirian karena tak ada siapapun di luar, dan merasa cukup aman.
Aya lebih banyak menghabiskan waktu berdiam di beranda dan memandangi laut.Hingga menjelang sore, Elvan pulang ke rumah dan betapa senangnya Aya. Tapi, ia juga merasa canggung, entah mengapa jantungnya selalu berdebar begitu saja.“Aku akan menyiapkan air untukmu mandi,” ujar Aya seraya mengambil tas kerja Elvan di tangannya.“Tidak perlu,” tolak Elvan.Tapi Aya menggeleng, “Tidak apa-apa, bukannya aku sudah terbiasa melakukannya?”“Hmm, baiklah…”Setelah makan malam, keduanya kembali bersantai di sofa depan televisi. Elvan memang terbiasa untuk menonton b“Kau belum tidur?” tanya Aya yang langsung mengagetkan Elvan.Elvan langsung menoleh ke arah Aya yang sudah berdiri di pintu beranda, “Belum, masih memeriksa laporan yang tadi di kirim Andrew jam 8,” jelas Elvan kemudian memberi kode dengan tangannya agar Aya masuk ke dalam.Aya menurut kemudian mulai melangkahkan kakinya masuk.“Apa kau mau ku buatkan teh?” tawar Aya.“Tidak perlu,” sahut Elvan.“Hmm, baiklah…” sahut Aya kemudian ia duduk di kursi di samping Elvan. Dan memperhatikan apa yang ada di layar laptop milik Elvan, yang tentu saja tidak ia mengerti.Aya menyimpan teh miliknya di atas meja, agak jauh dari laptop milik Elvan. Ia tak mau jika sampai ia ceroboh dan membuat teh itu tumpah dan membasahi laptop milik Elvan.“Apa kau tidak lelah? Seharian kau bekerja terus, dan hingga selarut ini…&rdq
Elvan masin benar-benar merasa mengantuk, semalam ia memang sedikit kesulitan tidur. Bukan karena dirinya terlalu banyak pikiran, tapi ia sulit menahan hasratnya agar tidak melakukan sesuatu pada Aya kecuali memeluknya.Setelah Aya terlelap tentu saja ia menyingkirkan bantal guling yang menjadi penghalang mereka, agar bisa memeluk Aya dengan lebih leluasa.Elvan tak tahu ini jam berapa, tapi suasana kamarnya sudah sedikit lebih terang, hingga ia bisa melihat wajah Aya yang polos yang kini sedang memeluk dirinya.Elvan terbangun karena ponselnya berbunyi, tangannya mencoba meraba-raba untuk mengambil ponselnya dengan matanya yang setengah terpejam.Ia harus mengangkat panggilan tersebut agar tidak mengganggu Aya yang masih terlelap. Setelah mendapatkan ponselnya, Elvan langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat layarnya dengan jelas.“Hallo…” seru Elvan ketika panggilan itu tersa
Hingga siang menjelang rasanya Andrew masih merasa kesal, hingga ia tak bersemangat untuk melakukan apapun.“Apa-apaan itu, hah? Berani-beraninya dia menikung gue, dan merebut pacar masa depan gue!” Sejak tadi Andrew hanya mendengus kesal dan terus menggerutu.“Pulau, villa, pantai, berdua?? ck! Mereka pasti melakukannya, mereka tidur bersama. Pasti mereka udah hihuhihu!! Berkali-kali!! Makanya bangun terlambat.”“Gueeee kesellll!!! Masa seorang Andrew Sang Penakluk Wanita bisa kalah gitu aja!! Di mana harga diri gue. Gak bisa dibiarin!! Awas Lu, Van!!” dengus lagi.Gerutuannya terhenti karena ada panggilan telepon dari telepon nirkabel di mejanya.Rupanya sekretaris menghubunginya dan mengatakan jika Elvan sudah datang.“Bagussss!” seru Andrew, “Gue mau bejek-bejek muka Si Elvan!!” Andrew segera bangkit dari duduknya kemudian berjalan begitu saja
Sidang dengan mendatangkan Hendrik sebagai saksi berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan dari Ryan maupun Aya. Lagi-lagi keluar Sanjaya tak mampu mengelak segala tuduhan yang di tujukan untuk mereka, terutama Andre. Hingga Hakim memutuskan bahwa minggu depan adalahpersidangan terakhir untuk kasus gugatan perceraian yang di ajukan oleh Dayana Ekavira Adiwilaga terhadap Andre Sanjaya.Meski keputusan belum keluar, tapi Ryan 100% yakin jika hakim akan mengabulkan gugatan dari Aya, yaitu bercerai dengan Andre.Di ruang sidang ia bisa melihat ekspresi dari keluarga Sanjaya, baik itu Andre dan ibunya. Mereka berdua memang rajin datang ke sidang meskipun sudah memiliki kuasa hukum. Ryan bisa menilai jikamungkin mereka mengincar Aya jika sampai Aya datang ke Pengadilan lalu membuntuti di mana selama ini ia berada. Kemungkinan akan membujuk atau bisa juga mengintimidasi Aya agar mencabut laporannya di kepolisian.Tadinya Ryan berencana
Yang tidak mereka ketahui adalah ada seseorang yang mendengar percakapan mereka. Ia mengurungkan niatnya untuk menemui Elvan siang ini dan pergi begitu saja.Hatinya di selimuti oleh berbagai macam pikiran saat ini mengenai apa yang dibicarakan oleh anaknya dan teman-temannya.Ia akan mencari tahu mengenai hal ini semuanya tanpa terkecuali. Dan nanti setelah mendapatkan cukup bukti, ia akan langsung bertanya masalah ini pada Elvan langsung.Tapi belum tahu kapan, setidaknya ia tahu saat ini Elvan sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan untuk hidupnya. Tapi, ia merasa Elvan terlalu ikut campur pada masalah orang lain.***Aya sejak tadi hanya diam, dan sekitar 2 jam lagi Elvan akan pulang. Ia belum memasak makan malam untuk mereka berdua. Hingga Aya tergerak untuk mengirim pesan pada Elvan.Aya : Aku bingung mau masak apa, apa kau punya ide?Aya harap-harap cemas untuk menunggu balasan da
Setelah sidang kemarin Handoko langsung menuju kediaman keluarga Sanjaya bersama Martina dan Andre, untuk melaporkan semuanya pada Chandra Sanjaya.Di mana ia menyarankan agar keluarga Sanjaya menerima semua hasil keputusan yang di tetapkan oleh hakim nanti. Dan tidak melakukan naik banding atas putusan tersebut. Karena pengacara pihak Dayana mengatakan jika Dayana tidak akan menggugat harta gono-gini, jika mereka tidak naik banding. Dan menurut Handoko itu sudah penawaran yang cukup baik.Chandra sempat protes dengan hal tersebut, dan tetap ingin naik banding atas keputusan hakim, jika hakim mengabulkan gugatan Aya.Tapi, Handoko mengatakan, jika melakukan hal tersebut malah akan membuat keluarga Sanjaya semakin malu. Ia mendengar dari Pengacaranya jika Aya siap akan melakukan konferensi press untuk menjelaskan semua kronologi yang menimpa dirinya selama ini.Selama ini keberadaan Aya di cari-cari oleh para wartawan untuk dimintai
“Dad… ada apa?” tanya Elvan seraya berjalan menghampiri Ayahnya yang baru saja masuk ke dalam ruangan.Kemudian Mahanta duduk di kursi Elvan yang tadi di dudukinya dan Elvan sendiri kini duduk di kursi yang ada di sisi lain meja yang langsung berhadapan dengan Ayahnya.“Tidak ada, Dad hanya mampir ke kantor saja sebentar…” ujarnya.“Ok, aku mengerti…”“Gimana pekerjaan semuanya di sini, apa aman?” tanya Mahanta pada putranya tersebut.“Semua baik-baik saja, dan proyek resort yang ada di Pulau Seribu juga lancar tanpa kendala,” jelas Elvan.Mahanta hanya mengangguk pelan dengan wajah seriusnya.“Dad dengar saat bertemu investor kau membawa seorang wanita, siapa dia?” tanya Mahanta tanpa aba-aba yang langsung membuat mata Elvan membulat dengan sempurna.Elvan hendak menjawab tapi Mahanta menye
Hari belum gelap ketika mobil yang dikendarainya memasuki halaman rumah milik orang tuanya. Elvan memarkirkan mobilnya di tempat biasa, dan ia bisa melihat jika ayahnya berada di rumah dari mobil milik ayahnya yang berada di dalam garasi.Rasanya jantungnya berdebar saat ia mulai melangkah masuk ke dalam rumah. Di mana ia merasa seperti seorang remaja yang ketahuan oleh kedua orang tuanya jika ia memiliki seorang kekasih di luar sana. Dan bersiap-siap untuk di marahi, padahal saat ini usianya sudah 30 tahun dan pernah menikah.Elvan menghirup napas panjang kemudian menghembuskannya dengan perlahan, agar ia merasa semakin merasa tenang. Karena yang akan di hadapinya adalah ibunya, sedangkan Ayahnya siang tadi sudah mengetahui semuanya mengenai hubungannya dengan Aya.Elvan merasa sedikit lega karena tadi ayahnya bisa menerima penjelasannya. Dan kini Elvan tahu, tidak akan mudah untuk menghadapi ibunya, seperti menghadapi ayahnya. Ia sudah
Andrew menitikkan air mata untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang bisa ia ingat, saat ia mendengar suara tangisan putrinya yang baru saja lahir ke dunia ini.Kini ia resmi menyandang status sebagai seorang ayah.Ya, anaknya adalah seorang perempuan, sesuai dengan hasil pemeriksaan USG beberapa bulan yang lalu. Hingga dirinya dan Metta menyiapkan segala kebutuhan untuk putri mereka.Baik Andrew ataupun Metta tidak mempermasalahkan apakah mereka akan memiliki seorang putra ataupun putri. Semua anak sama saja, dan mereka akan mencintainya dengan setulus hati. Saat mereka memberitahu hasil USG pada Peter beberapa bulan yang lalu, ia menyambut dengan sangat gembira. Peter dulu sangat menginginkan anak perempuan yang menurutnya sangat menggemaskan jika memakai baju anak yang lucu-lucu tapi istrinya tidak bisa hamil lagi karena ada kanker di rahimnya hingga akhirnya merenggut nyawanya. Peter juga sudah diberitahu perkiraan hari kelahiran cucu perempuannya dan ia akan mengajukan cuti jauh
Selama seminggu ini Andrew berusaha untuk menjadi suami siaga, karena menurut perkiraan Metta akan melahirkan minggu ini. Elvan sendiri memberikan keringanan untuknya agar tidak terlalu lama berada di kantor ataupun datang ke kantor. Andrew hanya datang ke kantor sesekali saja, ia lebih banyak bekerja di apartement dan mengirimkan laporan via email pada Elvan.Bahkan pekerjaan keluar kota ataupun yang agak jauh dari Jakarta, semua di handle oleh Elvan.Seperti biasanya, Andrew saat ini berada di ruang keluarga. Ia menyalakan laptop miliknya dan bekerja di sana. Sesekali ia melakukan panggilan video dengan Elvan atau sekretarisnya, membicarakan pekerjaan mereka.Sedangkan Metta menemani Andrew dengan duduk di sofa, ia menselonjorkan kakinya ke atas sofa yang mulai terasa pegal. Bahkan kakinya tampak sedikit membengkak. Metta sudah tidak bisa banyak bergerak dengan perutnya yang besar, seakan hendak meledak.Metta sedikit meringis, saat ia bergerak untuk mencari posisi yang nyaman untu
Andrew langsung meraih tangan Metta dan menghadangnya, “Mau kemana? Udah duduk aja di sini, kenapa?” seru Andrew pada istrinya.“Aku mau turun, Kak!” seru Metta.Kening Andrew berkerut, “Ke lintasan?” tanyanya hampir tak percaya. Saat ini mereka berdua sedang berada di sirkuit. Karena Metta yang memaksa Andrew untuk menonton balapan yang ada di sirkuit hari ini. Dari pada membuat istrinya kembali sedih seperti beberapa bulan yang lalu, Andrew memilih untuk mengabulkan permintaan istrinya ini.Metta mengangguk antusias, “Iya dong, biar aku bisa liat dengan jelas motor mereka!” ujar Metta seraya menunjuk ke arah seorang pembalap yang masih berdiri di samping motornya dengan seorang mekanik. Pembalap itu tampak membicarakan sesuatu.“Aduhhhh! Itu terlalu dekat, kalau Sayangnya aku keserempet gimana? Aduhhh…” seru Andrew. “Ya gak dong, Kak. Aku kan di pinggir bukan ke tengah lintasan!” ujar Metta.“Gak boleh pokoknya gak boleh! Udah duduk manis aja di sini ya, ini udah keliatan jelas lo
Saat Andrew pulang ke apartement, ia merasa ada yang berbeda dengan istrinya tersebut. Metta menyambut kepulangannya dengan lembut dan seperti biasanya. Tapi, Andrew merasa jika senyuman Metta tampak hambar, bahkan tatapannya tampak kosong.Awalnya Andrew mengira mungkin Metta hanya kelelahan saja. Sejak Metta hamil, Andrew memang terbiasa membawa makan malam dari luar jika ibu mertuanya tidak datang menemani Metta. Karena Mama Hilda yang akan menyiapkan makanan, ia hanya tinggal menghangatkannya saja.Saat makan malampun, Metta masih menjawab setiap pertanyaannya dengan baik. Berbincang seperti biasanya, hanya saja Andrew masih merasa sedikit aneh dengan istrinya tersebut.Hingga sebelum waktu tidur, Andrew membuatkan susu untuk Metta. “Mau tidur sekarang?” tanya Andrew setelah menyimpan gelas bekas minum susu di meja.Metta mengangguk, “Iya, Kak. Aku mau tidur aja, agak ngantuk,” jawab Metta.Andrew mengangguki ucapan Metta, kemudian membantu menyelimuti tubuh Metta. Agar istri dan
Satu bulan berlalu, seharusnya di mana Metta sudah masuk kuliah di semester yang baru. Kini ia hanya bisa diam di dalam apartement. Bahkan hanya untuk keluar apartement dengan berjalan kaki menikmati fasilitas yang ada di gedung ini atau ke pertokoan dan mini market yang ada di sekitar apartement, ia harus lebih dahulu memberitahukan pada Andrew yang berada di kantor. Jika sudah sampai apartement lagi, Andrew pasti akan menghubunginya.Sejak hamil, Andrew juga melarang Metta untuk datang ke cafe Aya kecuali bersama dirinya. Ia tidak mau Metta kelelahan atau terpeleset saat membantu kesibukan di cafe. Andrew memang lebih protektif pada Metta demi kebaikan Metta dan kandungannya.Metta membaringkan tubuhnya di sofa sambil menatap ke arah jendela, ia menghembuskan napas panjangnya dengan tangan yang mulai membelai lembut perutnya. Perutnya masih terlihat rata, tapi beberapa celana mulai terasa sesak ketika di gunakan. Metta sendiri sudah tidak menggunakan celana jeans karena sudah mulai
“Gue hebat, kan? Tiga minggu-an udah jadi!” bangga Andrew pada Elvan, kini mereka berdua berada di taman belakang. Sedangkan yang lainnya menemani Metta di dalam dan mengobrol mengenai kehamilannya. Metta masih sangat muda dan tomboy sehingga Aya, Hilda dan Soraya memberikan ekstra perhatian dan wejangannya. Sementara Aji dan Mahanta ngobrol di ruangan kerja.“Bangga Lu? Gue juga gak lama kali!” dengus Elvan.“Iya emang gak lama, tapi cepetan gue kan?” Andrew masih begitu bangga, “Tokcer banget kan?”“Dih dasar, bukan itu yang harus Lu perhatiin sekarang, tapi kondisi istri Lu sama calon anak Lu!” seru Elvan mengingatkan.“Iyalahh, kalau itu gue dah paham bangettt! Tadi aja abis dari rumah sakit gue udah borong susu hamil banyak-banyak!” seru Andrew.“Bukan cuma itu! Tapi mulai sekarang Lu perhatiin Metta baik-baik, kebutuhan dia juga perhatian dia, biar anak kalian tumbuh dengan baik. Selalu anter Metta juga kalau mau periksa ke dokter,” ujar Elvan.“Gua paham!” seru Andrew.Elvan j
Dokter hanya bisa tersenyum kemudian menggeleng kecil, ia tak mengerti kenapa suami pasiennya tampak sangat kebingungan seperti saat ini dan memberikan pertanyaan konyol.“Tentu saja istri Anda yang hamil, Pak.” tanya dokter pria berusia sekitar 40 tahunan tersebut.“Saya akan memberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan saat ini juga agar di berikan vitamin untuk kehamilan,” lanjut dokter tersebut seraya mulai menuliskan sesuatu di atas kertas.Andrew hanya bisa terbengong-bengong, begitu juga dengan Metta. Tapi Metta sudah mengerti sejak awal, hanya saja mulutnya tampak kaku dan terkunci rapat hingga tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Beberapa detik kemudian Andrew seperti sadar dari pikiran kosongnya. “Jadi maksud dokter istri saya hamil? Gitu?” tanya Andrew tak percaya dan sedikit heboh.“Betul, Pak. Yang hamil, gak mungkin saya juga, kan?” tanya balik dokter tersebut.Kebahagiaan tak bisa dibendung lagi oleh Andrew, jika bisa berteriak ia sudah pasti bert
“Kamu ini gimana sih, Ndrew?! Istri sakit bukannya di perhatiin?!” tegur Soraya begitu Andrew masuk ke dalam ruang kerja milik Aya. Di mana saat ini Metta sedang duduk di sofa, seraya menghirup minyak angin dengan aroma theraphy, agar rasa pusing di kepalanya mereda. Bahkan Metta juga merasa mual.“Pagi tadi baik-baik aja, Mih,” ujar Andrew seraya menghampiri Metta dan duduk di sampingnya kemudian memeriksa keadaan Metta.“Sayangnya aku kenapa? Yuk ke dokter,” ajak Andrew panik melihat raut wajah Metta yang tampak amat lesu dan pucat.“Masuk angin tuh kayanya!” dengus Soraya kesal, “Kamu ajak Metta ngapain sih sampe kaya gitu?!”“Duh, Mih. Masa Andrew ceritain sih!” sahut Andrew. Soraya hanya bisa mendengus seraya memutar bola matanya jengah. “Dasar anak muda, kalau apa-apa tuh gak pake aturan! Maen trabas aja sih! Pake kira-kira dong, udah gini kan orang tua juga ikut khawatir!” desis Soraya.“Iya iya, Mih. Pokoknya Andrew mau bawa Metta dulu ke rumah sakit!” sahut Andrew.Metta men
Beberapa menit yang lalu Soraya datang ke cafe milik menantunya, dengan membawa Arka--cucunya yang digendong oleh pengasuhnya. Awalnya Soraya memang baru saja pulang dari rumah temannya, di mana anaknya baru saja pulang dari rumah sakit setelah melahirkan cucu teman Soraya.Soraya sengaja membawa Arka, karena ia menengoknya di rumah bukan rumah sakit. Jika masih di rumh sakit Soraya tak akan mengajak Arka. Lagipula Soraya tidak bisa meninggalkan Arksa sendirian dengan pengasuh saja, di mana ibunya saat ini sedang sibuk di cafe. Jadi Soraya membawa Arka.Maka dari itu Soraya mampir dan ingin melihat langsung cafe milik menantunya ini. Cafe ini sudah berjalan 3 bulan lamanya sejak pembukaan. Setelah pembukaan hanya sesekali Soraya datang. Karena ia fokus untuk ikut mengasuh dan mengawasi Arka di bawah asuhan pengasuhnya selama Aya fokus merintis cafe barunya ini.Soraya sendiri sudah mendengar mimpi Aya, baik dari Elvan atau Aya secara langsung. Jadi selama dua bulan ke belakang memang