Beranda / Romansa / Cinta Yang Sesungguhnya / 88. Untung Saja Jantungku Kuat

Share

88. Untung Saja Jantungku Kuat

Penulis: S.Rustandi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Sebaiknya kita kembali ke rumah. Udara sudah terlalu dingin,” uajr Elvan pada Aya yang masih berada dalam pelukannya.

Rasanya Aya terlalu nyaman dalam pelukan Elvan hingga ia tidak sadar, sudah berapa lama ia memeluk Elvan. Yang ia tahu, bahwa air matanya sudah mengering.

Aya melepaskan pelukannya, dengan masih merasa malu-malu Aya menatap wajah Elvan dengan pipi yang masih merona kemudian mengangguk.

“Dan sebentar lagi waktunya makan malam,” lanjut Elvan.

“Iya.”

Aya tak tahu apa yang harus di katakannya, isi kepalanya blank begitu saja. Ia masih tidak percaya dengan apa yang mereka lalui bersama di pantai ini. 

Elvan tampak lebih dulu berdiri, kemudian langsung mengulurkan tangannya untuk membantu Aya berdiri. Awalnya Aya merasa ragu dan sungkan, tapi kemudian ia meraih tangan Elvan dan berdiri atas bantuan Elvan.

“Terima kasih,” ucap Aya.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Yang Sesungguhnya   89. Tak Akan Pernah Membiarkanmu Menghadapi Apapun Sendirian

    Pagi tadi Elvan berpamitan pada Aya untuk menemui rekan bisnisnya di Pulau yang lain. Selama tak ada Elvan, Aya hanya diam di kamar atau sesekali keluar dari rumah dan berjalan sendirian di pantai. Ia sedikit berani pergi sendirian karena tak ada siapapun di luar, dan merasa cukup aman.Aya lebih banyak menghabiskan waktu berdiam di beranda dan memandangi laut.Hingga menjelang sore, Elvan pulang ke rumah dan betapa senangnya Aya. Tapi, ia juga merasa canggung, entah mengapa jantungnya selalu berdebar begitu saja.“Aku akan menyiapkan air untukmu mandi,” ujar Aya seraya mengambil tas kerja Elvan di tangannya.“Tidak perlu,” tolak Elvan.Tapi Aya menggeleng, “Tidak apa-apa, bukannya aku sudah terbiasa melakukannya?”“Hmm, baiklah…”Setelah makan malam, keduanya kembali bersantai di sofa depan televisi. Elvan memang terbiasa untuk menonton b

  • Cinta Yang Sesungguhnya   90. Aku Menghormatimu

    “Kau belum tidur?” tanya Aya yang langsung mengagetkan Elvan.Elvan langsung menoleh ke arah Aya yang sudah berdiri di pintu beranda, “Belum, masih memeriksa laporan yang tadi di kirim Andrew jam 8,” jelas Elvan kemudian memberi kode dengan tangannya agar Aya masuk ke dalam.Aya menurut kemudian mulai melangkahkan kakinya masuk.“Apa kau mau ku buatkan teh?” tawar Aya.“Tidak perlu,” sahut Elvan.“Hmm, baiklah…” sahut Aya kemudian ia duduk di kursi di samping Elvan. Dan memperhatikan apa yang ada di layar laptop milik Elvan, yang tentu saja tidak ia mengerti.Aya menyimpan teh miliknya di atas meja, agak jauh dari laptop milik Elvan. Ia tak mau jika sampai ia ceroboh dan membuat teh itu tumpah dan membasahi laptop milik Elvan.“Apa kau tidak lelah? Seharian kau bekerja terus, dan hingga selarut ini…&rdq

  • Cinta Yang Sesungguhnya   91. Aku Malu...

    Elvan masin benar-benar merasa mengantuk, semalam ia memang sedikit kesulitan tidur. Bukan karena dirinya terlalu banyak pikiran, tapi ia sulit menahan hasratnya agar tidak melakukan sesuatu pada Aya kecuali memeluknya.Setelah Aya terlelap tentu saja ia menyingkirkan bantal guling yang menjadi penghalang mereka, agar bisa memeluk Aya dengan lebih leluasa.Elvan tak tahu ini jam berapa, tapi suasana kamarnya sudah sedikit lebih terang, hingga ia bisa melihat wajah Aya yang polos yang kini sedang memeluk dirinya.Elvan terbangun karena ponselnya berbunyi, tangannya mencoba meraba-raba untuk mengambil ponselnya dengan matanya yang setengah terpejam.Ia harus mengangkat panggilan tersebut agar tidak mengganggu Aya yang masih terlelap. Setelah mendapatkan ponselnya, Elvan langsung mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat layarnya dengan jelas.“Hallo…” seru Elvan ketika panggilan itu tersa

  • Cinta Yang Sesungguhnya   92. Gue Gak Segila Lu

    Hingga siang menjelang rasanya Andrew masih merasa kesal, hingga ia tak bersemangat untuk melakukan apapun.“Apa-apaan itu, hah? Berani-beraninya dia menikung gue, dan merebut pacar masa depan gue!” Sejak tadi Andrew hanya mendengus kesal dan terus menggerutu.“Pulau, villa, pantai, berdua?? ck! Mereka pasti melakukannya, mereka tidur bersama. Pasti mereka udah hihuhihu!! Berkali-kali!! Makanya bangun terlambat.”“Gueeee kesellll!!! Masa seorang Andrew Sang Penakluk Wanita bisa kalah gitu aja!! Di mana harga diri gue. Gak bisa dibiarin!! Awas Lu, Van!!” dengus lagi.Gerutuannya terhenti karena ada panggilan telepon dari telepon nirkabel di mejanya.Rupanya sekretaris menghubunginya dan mengatakan jika Elvan sudah datang.“Bagussss!” seru Andrew, “Gue mau bejek-bejek muka Si Elvan!!” Andrew segera bangkit dari duduknya kemudian berjalan begitu saja

  • Cinta Yang Sesungguhnya   93. Kali Aja Lu Udah Ngebet

    Sidang dengan mendatangkan Hendrik sebagai saksi berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan dari Ryan maupun Aya. Lagi-lagi keluar Sanjaya tak mampu mengelak segala tuduhan yang di tujukan untuk mereka, terutama Andre. Hingga Hakim memutuskan bahwa minggu depan adalahpersidangan terakhir untuk kasus gugatan perceraian yang di ajukan oleh Dayana Ekavira Adiwilaga terhadap Andre Sanjaya.Meski keputusan belum keluar, tapi Ryan 100% yakin jika hakim akan mengabulkan gugatan dari Aya, yaitu bercerai dengan Andre.Di ruang sidang ia bisa melihat ekspresi dari keluarga Sanjaya, baik itu Andre dan ibunya. Mereka berdua memang rajin datang ke sidang meskipun sudah memiliki kuasa hukum. Ryan bisa menilai jikamungkin mereka mengincar Aya jika sampai Aya datang ke Pengadilan lalu membuntuti di mana selama ini ia berada. Kemungkinan akan membujuk atau bisa juga mengintimidasi Aya agar mencabut laporannya di kepolisian.Tadinya Ryan berencana

  • Cinta Yang Sesungguhnya   94. Aku Suka Kamu Apa Adanya Kok

    Yang tidak mereka ketahui adalah ada seseorang yang mendengar percakapan mereka. Ia mengurungkan niatnya untuk menemui Elvan siang ini dan pergi begitu saja.Hatinya di selimuti oleh berbagai macam pikiran saat ini mengenai apa yang dibicarakan oleh anaknya dan teman-temannya.Ia akan mencari tahu mengenai hal ini semuanya tanpa terkecuali. Dan nanti setelah mendapatkan cukup bukti, ia akan langsung bertanya masalah ini pada Elvan langsung.Tapi belum tahu kapan, setidaknya ia tahu saat ini Elvan sudah dewasa dan bisa mengambil keputusan untuk hidupnya. Tapi, ia merasa Elvan terlalu ikut campur pada masalah orang lain.***Aya sejak tadi hanya diam, dan sekitar 2 jam lagi Elvan akan pulang. Ia belum memasak makan malam untuk mereka berdua. Hingga Aya tergerak untuk mengirim pesan pada Elvan.Aya : Aku bingung mau masak apa, apa kau punya ide?Aya harap-harap cemas untuk menunggu balasan da

  • Cinta Yang Sesungguhnya   95. Gak Usah Dibahas Malu!

    Setelah sidang kemarin Handoko langsung menuju kediaman keluarga Sanjaya bersama Martina dan Andre, untuk melaporkan semuanya pada Chandra Sanjaya.Di mana ia menyarankan agar keluarga Sanjaya menerima semua hasil keputusan yang di tetapkan oleh hakim nanti. Dan tidak melakukan naik banding atas putusan tersebut. Karena pengacara pihak Dayana mengatakan jika Dayana tidak akan menggugat harta gono-gini, jika mereka tidak naik banding. Dan menurut Handoko itu sudah penawaran yang cukup baik.Chandra sempat protes dengan hal tersebut, dan tetap ingin naik banding atas keputusan hakim, jika hakim mengabulkan gugatan Aya.Tapi, Handoko mengatakan, jika melakukan hal tersebut malah akan membuat keluarga Sanjaya semakin malu. Ia mendengar dari Pengacaranya jika Aya siap akan melakukan konferensi press untuk menjelaskan semua kronologi yang menimpa dirinya selama ini.Selama ini keberadaan Aya di cari-cari oleh para wartawan untuk dimintai

  • Cinta Yang Sesungguhnya   96. Tidak Bisa Mengelak Lagi

    “Dad… ada apa?” tanya Elvan seraya berjalan menghampiri Ayahnya yang baru saja masuk ke dalam ruangan.Kemudian Mahanta duduk di kursi Elvan yang tadi di dudukinya dan Elvan sendiri kini duduk di kursi yang ada di sisi lain meja yang langsung berhadapan dengan Ayahnya.“Tidak ada, Dad hanya mampir ke kantor saja sebentar…” ujarnya.“Ok, aku mengerti…”“Gimana pekerjaan semuanya di sini, apa aman?” tanya Mahanta pada putranya tersebut.“Semua baik-baik saja, dan proyek resort yang ada di Pulau Seribu juga lancar tanpa kendala,” jelas Elvan.Mahanta hanya mengangguk pelan dengan wajah seriusnya.“Dad dengar saat bertemu investor kau membawa seorang wanita, siapa dia?” tanya Mahanta tanpa aba-aba yang langsung membuat mata Elvan membulat dengan sempurna.Elvan hendak menjawab tapi Mahanta menye

Bab terbaru

  • Cinta Yang Sesungguhnya   230. Aku Memang Menghindari Kakak!

    Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da

  • Cinta Yang Sesungguhnya   229. Oh... Tenyata Kamu Marah Karena Itu

    Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja

  • Cinta Yang Sesungguhnya   228. Apa Aku Bikin Salah Sama Kamu?

    “Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s

  • Cinta Yang Sesungguhnya   227. Jadi Gak Ambil Pusing

    “Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka

  • Cinta Yang Sesungguhnya   226. Bukan Menghindar, kan?

    Andrew yang sudah membaringkan tubuhnya dan bersiap untuk tidur kembali mendudukkan tubuhnya lalu meraih ponselnya. Kemudian ia mengetikkan sesuatu di sana.Andrew : Bocil udah tidur belum?Metta yang hampir terlelap kembali terbangun karena ponselnya berbunyi, saat ia memeriksanya rupanya pesan dari Andrew. Seketika rasa kantuknya hilang begitu saja.Metta : Baru mau tidur, Kak. Kenapa?Andrew : Traktir akunya besok aja ya, kamu kan gak mungkin latihan dengan kondisi perut kamu yang masih sakit.Seketika mata Metta membulat, karena ia tahu persis kondisi tubuhnya. Semuanya baik-baik saja, dan datang bulan itu hanyalah kebohongan.Metta : Tapi Kak, besok pasti udah gak apa-apa kok.Andrew : Masa kamu lagi datang bulan mau olah raga berat sih? Ngaco deh…“Aduhhh alesan apa yaa buat nolaknya,” gumam Metta yang terus menatap layar ponselnya.Andrew : Pokoknya besok aku jemput ya, jadi gak usah pake motor ahh panas!Metta : Tapi Kak aku mau latihan aja.Andrew : Gak usah deh, kan lagi sak

  • Cinta Yang Sesungguhnya   225. Kalau Sakit Ngomong Ya...

    Saat makan malam berlangsungpun Metta masih sedikit berbicara, dan semua itu karena keberadaan Andrew. Tapi Andrew terlihat biasa saja. Ia berbincang santai dengan Elvan dan Mahanta. Demikian juga Soraya dan Aya yang menyimak pembicaraan mereka sambil sesekali menimpalinya.“Ta, kenapa kamu diem aja?” tanya Aya yang merasa ada sedikit perbedaan dalam diri Metta yang sejak tadi siang menemani dirinya.“Hehe, gak ada apa-apa, Kak!” sahut Metta.“Metta lagi gak enak perut, lagi dateng bulan katanya…” imbuh Andrew tiba-tiba.Seketika Metta menoleh pada Andrew.“Ohh… pantes aja tadi sore kamu biasa aja, sekarang malah diem mulu,” ujar Aya."Barusan dapet?" bisik Aya pada Metta.Metta yang sudah menatap kakaknya hanya bisa mengangguk dan tersenyum kaku, padahal kan itu hanyalah kebohongan. Dan ia tidak menyangka Andrew akan menyahutinya seperti itu."Udah pakai pembalut?" bisik Aya lagi."Udah. Bawa di tas, Kak," jawab Metta dengan bisikan.“Kalau kamu gak enak badan, kamu nginep aja di sin

  • Cinta Yang Sesungguhnya   224. Apa Dia Marah?

    Sejak kejadian di kampus Metta dua minggu yang lalu, Andrew merasa sedikit aneh. ‘Sudah lama Si Bocil itu gak gangguin gue lagi, tapi baguslah telingaku udah gak sakit karena kebisingan suara dia!’ ujar Andrew dalam hatinya.Memang sejak kejadian setelah mereka bertemu dengan Bagas dan Tasya, Metta sama sekali tidak menghubunginya lagi. Bahkan seperti hilang ditelan bumi. Bukan hanya itu, sudah dua kali hari Sabtu, Metta juga tidak mengajak dan memaksanya untuk ikut latihan di sasana seperti sebelum-sebelumnya.“Aneh sih emang, apa dia marah gara-gara gue cium itu? Kan gak jadi buat benerin yang romantis juga, ngapain juga dia marah dan ngilang kaya gini? Cewek lain malah suka gue cium, malah pada nagih,” dengus Andrew.“Ck! Dia gak rasain permainan gue sih, orang cuma nempel aja, kalau udah serius dan rasain pasti dia minta, ck ck dasar bocil bocil…” decak Andrew seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka, dan Andrew melihat Elvan yang sudah berdiri di

  • Cinta Yang Sesungguhnya   223. Jangan Gila, Kak!

    Sebagai seorang laki-laki, Bagas masih berusaha untuk menjaga harga dirinya. “Ya, mungkin gosip itu terlalu berlebihan, dan gue emang gak pernah lihat Metta dengan wanita. Tapi, alasan dia terus menolakku dan tak pernah dekat dengan laki-laki lah yang menimbulkan kecurigaanku!” ujar Bagas.“Dengan kata lain itu cukup untuk menjadi dasar jika dia memiliki kelainan,” tambahnya.Andrew menyeringai kembali. “Jadi Lu anggap gue apa, hah? Kan gue udah bilang kalau gue kekasihnya Metta.”Bagas kini dengan berani menatap wajah Andrew, “Dari gesture tubuh kalian, sepertinya tidak terlihat jika kalian itu adalah pasangan. Gue yakin kalian hanya pura-pura saja, bantu dia.”‘Dasar, Bocah! Kayanya dia pro player nihh, sialan! Ck! Gue buaya masa bisa kalah sama kadal kecil kaya nih bocah!’ dengus Andrew.“Lu mau bukti apa? Sampe Lu percaya kalau kita emang pacaran, hemm?” tantang Andrew seraya menarik lengan Metta agar ia kini berada tepat di sampingnya dan menempel pada dirinya. Andrew-pun langsun

  • Cinta Yang Sesungguhnya   222. Narsis Kakak Gak Ada Habisnya!

    Andrew dan Metta menyembunyikan diri mereka terlebih dahulu, hal ini agar Bagas tidak melihat mereka dari kejauhan kemudian kabur dan tidak jadi menghampiri Tasya.“Kak…”“Hmmm?”“Kakak yakin gak Bagas bakal datang atau gak?” tanya Metta.“Aku sih yakin dia dateng,” sahut Andrew kemudian.Metta kemudian mengangguk pelan. "Iya sih, tadi denger omongannya Tasya di telepon sangat meyakinkan. Harusnya dia datang," gumamnya.“Hhmm.... Aku gak nyangka ternyata bocil kaya kamu punya fans garis keras juga,” ledek Andrew kemudian.“Dihh.. mana ada? Kakak kira aku bangga gitu ditaksir sama Bagas? Aku ngeri liat dia kali Kak," sahut Metta.Satu alis Andrew terangkat, "Kenapa? Fans kamu itu jelek ya?!" "Gak sih, cuma gak tau kenapa sejak awal, aku udah gak suka aja di deketin sama dia. Masak baru ketemu dua kali di luar kampus, dia udah nembak aku. Dan matanya itu kalo liatin aku kaya gimana gitu... Aku gak suka dan risih. Apalagi setelah kejadian itu, aku bener-bener takut dan lebih milih ngehi

DMCA.com Protection Status