Dengan langkah yang di penuhi oleh amarah, Shella berjalan keluar dari dalam kamar, mencoba mencari Johan dan menemuinya. Shella menemukan Johan yang sedang duduk santai di ruang tengah. Johan tampak berkutat dengan ponselnya.Tapi Shella yang sudah dikuasai oleh amarah langsung melemparkan kedua benda yang ada di tangannya hingga mengenai kepala Johan. Johan langsung terkesiap.“Punya siapa ituuu??!!” Suara Shell hampir memekik, wajahnya terlihat begitu merah menahan marahnya yang sudah sampai di ubun-ubun.Tentu saja Shella marah dan emosi, ia menemukan dua benda laknat yang bukan miliknya berada di kamar dirinya dan Johan. Ia dan Johan sudah menjalin hubungan cukup lama, bahkan beberapa tahun sebelum ia menikah dengan Andre karena desakan Tantenya yang sangat tidak menyukai Johan.Tapi bukankah mereka saling mencintai? Dan Johan sudah tidak mempermasalahkan dirinya menikah dengan Andre? Pernikahannya dengan Andre bukanlah berlandaskan perasaan cinta. Shella akhirnya setuju menikah
Meski Shella kesal dan marah karena Johan sudah mengkhianati dirinya, tapi Shella tak punya tujuan tempat lagi untuk dirinya. Ia juga tak mungkin kembali ke rumah Tantenya, sudah pasti Tantenya akan menyerahkan nya pada Andre. "Brengsekk!! Kenapa ini bisa terjadi sama Gue?!! Si Johan kurang ajar! Lihat saja! Akn ku balas nanti!!" geram Shella merutuki nasibnya. Ia sama sekali tidak menyangka Johan akan tega mengkhianatinya.'Gue gak akan nyerah. Gue gak boleh kalah sama jalang itu. Sekarang gue sudah ada di sini terus jadi gua akan penuhi semua yang Johan mau. Gue gak akan kasi kesempatan pada jalang itu untuk menguasai Johan,' tekad Shella dalam hati.Kini ia sudah berada di dalam kamarnya. "Kayanya gue butuh hiburan!" dengusnya masih dipenuhi amarah. Shella mulai berjalan menuju lemari. Seingatnya Johan menyimpan cukup banyak uang cash di sana. "Gue mau pergi ke bar atau club, mana ajalah yang penting gue bisa lupain ini sebentar!!" gumam Shella. Ada sebuah kotak di dalam lemari
Setelah membeli sebuah ponsel dan mengaktifkannya, Shella segera memanggil taksi untuk melanjutkan perjalanannya ke sebuah bar. Ia ingin menghibur dirinya sendiri dan memikirkan bagaimana membenahi hidupnya kembali. Misi utamanya adalah mendepak Tessa dari rumah Johan, lalu membuat Johan mengemis minta kembali padanya. Di dalam perjalanan ke salah satu bar kelas atas, Shella merias wajahnya secantik mungkin di dalam taksi. Dan setelah sampai di sana, ia langsung melangkah dengan anggun, memasang senyum terbaiknya dan duduk di meja yang berada di depan bartender. Kemudian ia langsung memesan segelas cocktail kesukaannya. Sambil menikmati minumannya, Shella mengedarkan pandangannya untuk mencari pria kaya yang datang sendirian. Shella mencoba untuk menebar jaring dengan pesonanya. Ia cukup percaya diri karena bentuk tubuhnya tetap seksi, tidak berubah setelah melahirkan.Shella sudah muak pada Johan dan jalangnya. Dengan cara ia mendapatkan pria baru yang kaya, maka Shella bisa keluar
Andre masih berada di Kantor Polisi bersama dengan Handoko mendengar penjelasan dari Petugas yang menanganni kasusnya.Beberapa menit yang lalu, Petugas menjelaskan Shella baru saja di bawa ke ruangan khusus untuk di interogasi dan ia terpaksa meninggalkan Andre dan Handoko untuk mengurus pekerjaan yang lain.“Kira-kira bagaimana?” Andre meminta pendapat pada Handoko tentang situasi saat ini.Mereka tidak akan dapat menemui Shella langsung karena ia masih di dalam ruangan penyidik dan harus menjawab banyak pertanyaan. Apalagi Johan--yang diduga adalah kekasih gelap Shella, yang juga sudah menjadi target polisi karena bisnis obat-obatan terlarang ikut tertangkap."Karena kekasih gelapnya itu juga ikut tertangkap, sudah bisa dipastikan akan banyak sekali pertanyaan yang akan diajukan oleh tim penyidik. Mereka pasti akan mengorek keterlibatan Nyonya Shella dalam jaringan perdagangan obat-obatan terlarang yang dikelola oleh Johan," jawab Handoko.“Jika sampai terbukti Nyonya Shella ikut s
Andrew merebahkan tubuhnya di atas sofa yang ada di ruang tengah apartementnya setelah ia pulang. Rasanya sungguh melelahkan, tubuhnya terasa pegal di mana-mana. Seminggu ini pekerjaannya di kantor cukup padat. Beberapa kali ia harus menggantikan Elvan untuk meeting dengan klien atau suplier di luar kantor, di tambah lagi ia juga harus menghandle beberapa pekerjaan Elvan yang kini sedang menjadi suami siaga, yang selalu pulang on time.“Ck!! Bukan hanya itu, tapi adik iparnya juga merepotkanku!!” decak Andrew seraya memejamkan matanya dan mengusap wajahnya.Andrew kemudian membuka matanya saat ia ingat jika ia memiliki buku yang dicari oleh Metta, “Bentar… kayanya gue punya dehhh…” gumamnya kemudian beranjak dari duduknya dan mulai berjalan menuju rak bukunya yang tak jauh dari sana.Andrew mulai melihat satu per satu deretan buku-buku miliknya yang tertata begitu rapi di rak. Hingga akhirnya telunjuknya berhenti di sebuah buku berwarna kuning. “Ini dia!!” serunya kemudian mengambiln
Menjelang pukul 9 pagi, Soraya sudah tampak bersiap. Semalam mereka membicarakan bahwa hari ini mereka akan keluar dan berjalan-jalan. Tujuan utamanya adalah untuk membeli perlengkapan bayi bagi calon cucunya. Kamar bayi sudah dipersiapkan sedemikian rupa, di lantai 2, tepat di samping kamar Elvan dan Aya. Bahkan Soraya dan Aya yang mempersiapkan segalanya. Kamar tersebut sudah di desaign sedemikian rupa, ranjang, lemari dan meja sudah terisi. Hanya tinggal mencari sisanya saja.“Duhhh Mamih udah gak sabar pengen pilih-pilih baju dan perlengkapan yang lainnya. Pokoknya Mamih mau milih yang lucu-lucu!” seru Soraya tak bisa menyimpan kebahagiaannya.Elvan dalam posisi mengemudikan mobil. Aya dan Soraya duduk di belakang, Elvan akan selalu menjadi sopir pribadi mereka sampai kapanpun.Aya mengangguk pelan, “Iya Mih…” Aya sambil mengelus-ngelus perut besarnya. Pergerakannya semakin sulit saja karena perutnya yang kian membesar.“Pokoknya buat cucu kesayangan Mamih, harus beli yang terbai
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hingga tidak sampai dua minggu lagi akan tiba waktu Aya untuk melahirkan. Semuanya sudah di persiapkan dengan sebaik mungkin. Kamar bayipun sudah lengkap dengan perabotannya. Meski kondisi keadaan saat ini sudah semakin aman, Soraya dan Mahanta tetap meminta Elvan dan Aya tinggal di rumahnya paling tidak sampai bayi mereka lahir dan berumur setahun. Memang anak Elvan ini bukanlah cucu yang pertama bagi Mahanta dan Soraya, namun mereka tidak pernah ikut mengasuh cucu dalam waktu lama karena kedua kakak Elvan tinggal di luar negeri. Saat kedua kakak Elvan melahirkan, Mahanta dan Soraya hanya tinggal di sana kurang dari dua minggu. Demikian juga saat cucu mereka ulang tahun. Aya merasa tidak keberatan karena mertuanya sangat menyayangi dirinya seperti anak sendiri.Meski perutnya kian membesar dan menyulitkannya untuk bergerak, tapi Aya tetap melakukan senam kehamilan dan berusaha menjalani semua dengan tenang dan santai. Semua agar persalinanny
Ketiganya melanjutkan pembicaraan, hingga tiba-tiba saja ponsel Andrew berbunyi.Seketika Andrew mendengus kesal saat ia melihat nama siapa yang menghubunginya, “Duhhhh… ganggu aja!!!”“Kenapa Lu??!” tanya Elvan yang melihat wajah Andrew begitu kesal.“Ya, ada apa? Salah satu cewek Lu lagi?” timpal Ryan.“Lebih mengerikan dari itu!!!” ujar Andrew dengan ponsel yang masih berdering.“Lantas?” tanya Elvan seraya mengerutkan keningnya.Andrew kemudian memperlihatkan layar ponsel di mana nama Metta tertera di sana ‘Metta Si Bocil Rese!’.“Ipar Lu tuh ganggu bangettt!!!” dengus Andrew.Mata Elvan seketika membelalak, “Metta??” tanyanya dengan tatapan tak percaya.“Ck!” decak Andrew, “Siapa lagi kalau bukan ipar Lu yang rese ituuu!!!”“Hahaha, akhirnya orang kaya Lu ada yang lawan juga, meski bocil tapi bikin Lu sampe kesel gitu!” ujar Ryan.“Apaan sih Lu??!” decak Andrew tak suka menatap Ryan. Tapi Ryan hanya terkekeh geli.“Udah, angkat aja. Kali aja dia butuh Lu karena ada tugas lagi,” u
Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“
“Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak
“Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And
Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya
“Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka