Ketiganya melanjutkan pembicaraan, hingga tiba-tiba saja ponsel Andrew berbunyi.Seketika Andrew mendengus kesal saat ia melihat nama siapa yang menghubunginya, “Duhhhh… ganggu aja!!!”“Kenapa Lu??!” tanya Elvan yang melihat wajah Andrew begitu kesal.“Ya, ada apa? Salah satu cewek Lu lagi?” timpal Ryan.“Lebih mengerikan dari itu!!!” ujar Andrew dengan ponsel yang masih berdering.“Lantas?” tanya Elvan seraya mengerutkan keningnya.Andrew kemudian memperlihatkan layar ponsel di mana nama Metta tertera di sana ‘Metta Si Bocil Rese!’.“Ipar Lu tuh ganggu bangettt!!!” dengus Andrew.Mata Elvan seketika membelalak, “Metta??” tanyanya dengan tatapan tak percaya.“Ck!” decak Andrew, “Siapa lagi kalau bukan ipar Lu yang rese ituuu!!!”“Hahaha, akhirnya orang kaya Lu ada yang lawan juga, meski bocil tapi bikin Lu sampe kesel gitu!” ujar Ryan.“Apaan sih Lu??!” decak Andrew tak suka menatap Ryan. Tapi Ryan hanya terkekeh geli.“Udah, angkat aja. Kali aja dia butuh Lu karena ada tugas lagi,” u
“Duhhhh gak kira-kira sih Kak pesennya!” keluh Metta saat melihat menu pesanan Andrew yang cukup banyak.“Loh kenapa? Aku salah apa? Kan kamu bilang bebas mau pilih apa aja…” ujar Andrew.“Bebas pilih apa aja, tapi cuma satu. Lah ini banyak menu lohhh, Kak! Aduhhh… uangku pasti gak cukup,” ujar Metta.“Derita Lu….” ujar Andrew tanpa merasa bersalah, kemudian mulai mencicipi makanan pesanannya.Metta hanya bisa menelan salivanya, ‘Duh nih orang kurang ajar banget, pasti abis banyak nih duitku…’ keluh Metta dalam hati.‘Ahh ntar harus balapan nih biar dapet duit lagi…’ ujar Metta dalam hati kemudian. Metta menekuk wajahnya.Karena Andrew memesan banyak makanan, dengan sangat terpaksa Metta hanya memesan minuman saja. Ia merasa sudah cukup kenyang hanya dengan melihat begitu banyak makanan di depan Andrew yang kini sedang menikmatinya.‘Aku mending makan di rumah aja deh, dari pada harus keluar uang lagi… duhhh tau gini tadi bawa aja makanan, jangan sok-sok an mau traktirin kaya gini. Ya
Sekitar jam 19.30, Dokter datang memeriksa keadaan Aya dan pembukaan rahim ternyata masih tetap satu. Menurut hasil USG, bayi terlilit tali pusar dan Elvan segera memutuskan agar Aya melahirkan secara operasi saja. Keputusan Elvan ini didukung oleh Soraya dan Hilda karena sudah sekitar 6 jam Aya mulai kontraksi dan sudah 3 jam lebih lamanya kontraksi setiap 15 menit sekali tapi belum ada kemajuan pembukaan rahim.Dengan setia Elvan menemani Aya yang menunggu tenaga medis mempersiapkan ruangan operasi, yang di perkirakan akan siap kira-kira jam 20.30. Aya merasa sedikit panik mendengar bayinya terlilit tali pusar hingga dirinya akan di operasi tapi Hilda berusaha menenangkannya."Banyak kok bayi yang terlilit tali pusar. Kamu gak usah panik, Aya. Justru lebih aman jika melahirkan secara operasi kalau bayinya kelilit tali pusar gitu."Elvan juga merasa sangat khawatir namun ia berusaha menyembunyikan perasaan cemasnya di depan Aya. Perkataan Hilda dan sikap dokter yang terlihat tenan
Aura kebahagiaan yang begitu kuat masih menyelimuti kediaman keluarga Dewangga. Pagi ini setelah sarapan, Mahanta harus segera berangkat ke kantor. Bisa dipastikan selama beberapa hari ke depan Elvan tidak akan masuk ke kantor. Mahanta harus ada di kantor untuk mengadakan rapat bersama Andrew dan seluruh manager terkait dengan order yang diberikan oleh kliennya dari Melbourne itu.Tak lama setelah Mahanta pergi, Soraya bersiap akan ke rumah sakit. Ia membawakan makanan dan pakaian ganti untuk Elvan. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, wajah Soraya tampak begitu sumringah membalas puluhan ucapan selamat dari teman-teman sosialitanya di group maupun direct messege.'Kemarin aku cuma upload foto Arka dan video singkat saat Arka kebangun. Andai saja ada video saat Aya sedang di caesar kan lebih keren...' gumam Soraya dalam hati. Soraya berjalan dengan cepat menuju ruang perawatan tempat Aya dan Elvan berada.Setelah mengetuk dua kali, Soraya membuka pintunya."Selamat pagi," sapa Soray
Dua hari setelah Aya melahirkan, ia masih berada di rumah sakit untuk tetap mendapatkan perawatan intensif luka bekas caesarnya.Meski semuanya berjalan dengan lancar dan dokter sudah mengijinkannya pulang sore ini tapi tetap saja Elvan ingin menundanya satu atau dua hari lagi untuk perawatan luka operasi Aya. Elvan merasa khawatir akan terjadi infeksi dan Elvan ingin memberikan yang terbaik untuk istri dan anaknya. Sejak Aya melahirkan, Elvan selalu berada di rumah sakit setiap hari. Ia memantau pekerjaannya melalui telepon dan Mahanta yang selalu standby di kantor dari pagi hingga sore hari.Meski bekas sayatan terkadang masih terasa begitu sakit dan membuatnya harus berjalan pelan-pelan, tapi itu tidak mengurangi kebahagiaan Aya. Moment yang begitu ditunggu-tunggunya selama ini, di mana akhirnya ia bisa merasakan menjadi seorang wanita yang sesungguhnya, hamil dan melahirkan seorang bayi.Saat ini Arka tertidur di sampingnya setelah kenyang minum ASI. Aya terus memandangnya sambil
Aya tersenyum dengan ramah. "Syukurlah Mama sudah sehat. Semoga Mama cepat pulih seperti dulu lagi," ucapnya dengan tulus.Aya sama sekali tak menyimpan dendam pada keluarga Sanjaya, terutama setelah tahu semua perbuatan Shella pada mereka. Bahkan Andre sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf.Memang Chandra dan Martina memiliki sifat tinggi hati dan selalu merasa paling hebat. Perlahan Aya bisa menyadari, Andre hanya salah didikan karena sejak kecil selalu di atur oleh kedua orang tuanya. Kedua mantan mertuanya sudah mendapat pelajaran yang sangat berharga dari sifat buruknya dan itu sudah cukup bagi Aya. Ia tidak mau menyimpan sakit hati atau dendam, terlebih kini mantan ibu mertuanya datang dengan maksud baik.Martina tak mampu menyahuti ucapan tulus dari Aya. Bibirnya terlalu gemetar untuk berkata-kata, tapi sorot matanya jelas mengungkapkan semua perasaannya. Ia kembali mengangguk pelan. "Teri..ma kasih.." lirihnya.“Aya sangat senang, Mama mau datang ke sini dan menjenguk A
Soraya masih menemani Aya hingga hari sudah gelap. Meski Elvan tak pernah meninggalkan Aya, namun Soraya seakan sudah sangat jatuh cinta pada Arka--cucunya dan enggan untuk berpisah dengan cucu kesayangannya itu terlalu lama. Padahal besok pagi juga ia akan kembali ke sini dan menggendong Arka.“Mamih pulang aja, udah mau malem loh…” ujar Elvan dengan lembut tanpa bermaksud mengusir Soraya.“Gak apa-apa loh, Mamih kan seneng ngajak maen Arka, lagian juga kayanya Arka gak mau jauh tuh dari Oma-nya…” sahut Soraya yang masih menggendong Arka. “Bukan gitu, Mih. Maksud Elvan, Mamih pulang dan istirahat. Besok kan ke sini lagi, Mamih harus cukup istirahat, nanti kecapean. Lagian ada Elvan yang jagain Aya sama Arka. Nanti Mamih dicari Daddy loh,” ucap Elvan."Daddy pulang malam. Sudah pamit kok.""Daddy keluar kota?""Enggak. Daddy diajak makan malam sama relasinya yang datang dari Surabaya. Mamih males ikut. Mendingan di sini aja, bisa gendong Arka. Lagian Mamih juga gak kenal sama istriny
Andrew langsung merasa bingung, “Lahhh, emang Metta gak bilang?”“Gak, Lu gak macem-macem kan?” tanya Elvan.“Macem-macem apaan?” tanya Andrew.“Lu kan playboy!”Mata Andrew membulat, dan beberapa detik kemudian ia seakan baru sadar, lalu tertawa. “Astagaaa… aduhhh jangan gilaaa, Lu. Serem gue ma Metta. Misal gue iseng colek dia dikit aja, yang ada gue di hajar sampe babak belur,” ujar Andrew. Aya membulat dengan sempurna.“Ehh awas ya Ndrew kalau kamu sampe berani macem-macemin Metta! Mamih beneran hajar kamu!” ancam Soraya.“Aduhh, Mih. Gak mungkin lah, Andrew masih sayang nyawa. Metta bar-bar, yang ada Andrew di pukulin sama Metta sampe gak berbentuk!” ujar Andrew.“Kalau sampai itu terjadi, gue pasti akan senang!” seru Elvan.Andrew kembali mendelik pada Elvan, “Lu tuh paling suka emang liat gue menderita!” dengusnya.“Lu tuh emang harusnya dapet balasan, karena selama ini Lu udah terlalu banyak maen-maen sama cewek, Ndew!” ujar Elvan.“Enak aja! Gue tuh gak maen-maen sama mereka
Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“
“Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak
“Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And
Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya
“Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka