“Duhhhh gak kira-kira sih Kak pesennya!” keluh Metta saat melihat menu pesanan Andrew yang cukup banyak.“Loh kenapa? Aku salah apa? Kan kamu bilang bebas mau pilih apa aja…” ujar Andrew.“Bebas pilih apa aja, tapi cuma satu. Lah ini banyak menu lohhh, Kak! Aduhhh… uangku pasti gak cukup,” ujar Metta.“Derita Lu….” ujar Andrew tanpa merasa bersalah, kemudian mulai mencicipi makanan pesanannya.Metta hanya bisa menelan salivanya, ‘Duh nih orang kurang ajar banget, pasti abis banyak nih duitku…’ keluh Metta dalam hati.‘Ahh ntar harus balapan nih biar dapet duit lagi…’ ujar Metta dalam hati kemudian. Metta menekuk wajahnya.Karena Andrew memesan banyak makanan, dengan sangat terpaksa Metta hanya memesan minuman saja. Ia merasa sudah cukup kenyang hanya dengan melihat begitu banyak makanan di depan Andrew yang kini sedang menikmatinya.‘Aku mending makan di rumah aja deh, dari pada harus keluar uang lagi… duhhh tau gini tadi bawa aja makanan, jangan sok-sok an mau traktirin kaya gini. Ya
Sekitar jam 19.30, Dokter datang memeriksa keadaan Aya dan pembukaan rahim ternyata masih tetap satu. Menurut hasil USG, bayi terlilit tali pusar dan Elvan segera memutuskan agar Aya melahirkan secara operasi saja. Keputusan Elvan ini didukung oleh Soraya dan Hilda karena sudah sekitar 6 jam Aya mulai kontraksi dan sudah 3 jam lebih lamanya kontraksi setiap 15 menit sekali tapi belum ada kemajuan pembukaan rahim.Dengan setia Elvan menemani Aya yang menunggu tenaga medis mempersiapkan ruangan operasi, yang di perkirakan akan siap kira-kira jam 20.30. Aya merasa sedikit panik mendengar bayinya terlilit tali pusar hingga dirinya akan di operasi tapi Hilda berusaha menenangkannya."Banyak kok bayi yang terlilit tali pusar. Kamu gak usah panik, Aya. Justru lebih aman jika melahirkan secara operasi kalau bayinya kelilit tali pusar gitu."Elvan juga merasa sangat khawatir namun ia berusaha menyembunyikan perasaan cemasnya di depan Aya. Perkataan Hilda dan sikap dokter yang terlihat tenan
Aura kebahagiaan yang begitu kuat masih menyelimuti kediaman keluarga Dewangga. Pagi ini setelah sarapan, Mahanta harus segera berangkat ke kantor. Bisa dipastikan selama beberapa hari ke depan Elvan tidak akan masuk ke kantor. Mahanta harus ada di kantor untuk mengadakan rapat bersama Andrew dan seluruh manager terkait dengan order yang diberikan oleh kliennya dari Melbourne itu.Tak lama setelah Mahanta pergi, Soraya bersiap akan ke rumah sakit. Ia membawakan makanan dan pakaian ganti untuk Elvan. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, wajah Soraya tampak begitu sumringah membalas puluhan ucapan selamat dari teman-teman sosialitanya di group maupun direct messege.'Kemarin aku cuma upload foto Arka dan video singkat saat Arka kebangun. Andai saja ada video saat Aya sedang di caesar kan lebih keren...' gumam Soraya dalam hati. Soraya berjalan dengan cepat menuju ruang perawatan tempat Aya dan Elvan berada.Setelah mengetuk dua kali, Soraya membuka pintunya."Selamat pagi," sapa Soray
Dua hari setelah Aya melahirkan, ia masih berada di rumah sakit untuk tetap mendapatkan perawatan intensif luka bekas caesarnya.Meski semuanya berjalan dengan lancar dan dokter sudah mengijinkannya pulang sore ini tapi tetap saja Elvan ingin menundanya satu atau dua hari lagi untuk perawatan luka operasi Aya. Elvan merasa khawatir akan terjadi infeksi dan Elvan ingin memberikan yang terbaik untuk istri dan anaknya. Sejak Aya melahirkan, Elvan selalu berada di rumah sakit setiap hari. Ia memantau pekerjaannya melalui telepon dan Mahanta yang selalu standby di kantor dari pagi hingga sore hari.Meski bekas sayatan terkadang masih terasa begitu sakit dan membuatnya harus berjalan pelan-pelan, tapi itu tidak mengurangi kebahagiaan Aya. Moment yang begitu ditunggu-tunggunya selama ini, di mana akhirnya ia bisa merasakan menjadi seorang wanita yang sesungguhnya, hamil dan melahirkan seorang bayi.Saat ini Arka tertidur di sampingnya setelah kenyang minum ASI. Aya terus memandangnya sambil
Aya tersenyum dengan ramah. "Syukurlah Mama sudah sehat. Semoga Mama cepat pulih seperti dulu lagi," ucapnya dengan tulus.Aya sama sekali tak menyimpan dendam pada keluarga Sanjaya, terutama setelah tahu semua perbuatan Shella pada mereka. Bahkan Andre sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf.Memang Chandra dan Martina memiliki sifat tinggi hati dan selalu merasa paling hebat. Perlahan Aya bisa menyadari, Andre hanya salah didikan karena sejak kecil selalu di atur oleh kedua orang tuanya. Kedua mantan mertuanya sudah mendapat pelajaran yang sangat berharga dari sifat buruknya dan itu sudah cukup bagi Aya. Ia tidak mau menyimpan sakit hati atau dendam, terlebih kini mantan ibu mertuanya datang dengan maksud baik.Martina tak mampu menyahuti ucapan tulus dari Aya. Bibirnya terlalu gemetar untuk berkata-kata, tapi sorot matanya jelas mengungkapkan semua perasaannya. Ia kembali mengangguk pelan. "Teri..ma kasih.." lirihnya.“Aya sangat senang, Mama mau datang ke sini dan menjenguk A
Soraya masih menemani Aya hingga hari sudah gelap. Meski Elvan tak pernah meninggalkan Aya, namun Soraya seakan sudah sangat jatuh cinta pada Arka--cucunya dan enggan untuk berpisah dengan cucu kesayangannya itu terlalu lama. Padahal besok pagi juga ia akan kembali ke sini dan menggendong Arka.“Mamih pulang aja, udah mau malem loh…” ujar Elvan dengan lembut tanpa bermaksud mengusir Soraya.“Gak apa-apa loh, Mamih kan seneng ngajak maen Arka, lagian juga kayanya Arka gak mau jauh tuh dari Oma-nya…” sahut Soraya yang masih menggendong Arka. “Bukan gitu, Mih. Maksud Elvan, Mamih pulang dan istirahat. Besok kan ke sini lagi, Mamih harus cukup istirahat, nanti kecapean. Lagian ada Elvan yang jagain Aya sama Arka. Nanti Mamih dicari Daddy loh,” ucap Elvan."Daddy pulang malam. Sudah pamit kok.""Daddy keluar kota?""Enggak. Daddy diajak makan malam sama relasinya yang datang dari Surabaya. Mamih males ikut. Mendingan di sini aja, bisa gendong Arka. Lagian Mamih juga gak kenal sama istriny
Andrew langsung merasa bingung, “Lahhh, emang Metta gak bilang?”“Gak, Lu gak macem-macem kan?” tanya Elvan.“Macem-macem apaan?” tanya Andrew.“Lu kan playboy!”Mata Andrew membulat, dan beberapa detik kemudian ia seakan baru sadar, lalu tertawa. “Astagaaa… aduhhh jangan gilaaa, Lu. Serem gue ma Metta. Misal gue iseng colek dia dikit aja, yang ada gue di hajar sampe babak belur,” ujar Andrew. Aya membulat dengan sempurna.“Ehh awas ya Ndrew kalau kamu sampe berani macem-macemin Metta! Mamih beneran hajar kamu!” ancam Soraya.“Aduhh, Mih. Gak mungkin lah, Andrew masih sayang nyawa. Metta bar-bar, yang ada Andrew di pukulin sama Metta sampe gak berbentuk!” ujar Andrew.“Kalau sampai itu terjadi, gue pasti akan senang!” seru Elvan.Andrew kembali mendelik pada Elvan, “Lu tuh paling suka emang liat gue menderita!” dengusnya.“Lu tuh emang harusnya dapet balasan, karena selama ini Lu udah terlalu banyak maen-maen sama cewek, Ndew!” ujar Elvan.“Enak aja! Gue tuh gak maen-maen sama mereka
Selepas membersihkan tubuhnya, Andrew hanya bisa diam dan duduk di atas tempat tidur. Ia tiba di apartemennya hampir jam 10 malam. Saat mengantar Soraya pulang, Andrew sengaja menyempatkan diri untuk masuk ke rumah dan menyapa Mahanta, berbasa basi dan sedikit bicara mengenai pekerjaan.Tubuhnya sudah terasa segar, tapi tidak dengan isi kepalanya. Kini pikirannya masih tertuju pada ucapan dan wejangan-wejangan Mamih Soraya sepanjang perjalanan.“Apa gue emang udah gak muda lagi?” gumam Andrew pelan.“Tapi apa yang Mamih ucapin emang bener, gue juga udah mulai jenuh banget jalanin keseharian gini-gini aja. Deket cewek sana-sini tapi gak ada satu-pun yang gue masukin di hati. Mereka kayak hiburan melepas penat aja bagi gue,” lanjutnya.Setiap kata kalimat yang Soraya ucapkan sekitar 2 jam yang lalu seolah terngiang di telinganya.‘Saat ini umur gue 30 tahun. Artinya kalau detik ini juga gue punya anak, pas anak gue umur 17 tahun berarti umur gue udah 47 tahun. Dan umur 17 tahun itu anak
Andrew menitikkan air mata untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang bisa ia ingat, saat ia mendengar suara tangisan putrinya yang baru saja lahir ke dunia ini.Kini ia resmi menyandang status sebagai seorang ayah.Ya, anaknya adalah seorang perempuan, sesuai dengan hasil pemeriksaan USG beberapa bulan yang lalu. Hingga dirinya dan Metta menyiapkan segala kebutuhan untuk putri mereka.Baik Andrew ataupun Metta tidak mempermasalahkan apakah mereka akan memiliki seorang putra ataupun putri. Semua anak sama saja, dan mereka akan mencintainya dengan setulus hati. Saat mereka memberitahu hasil USG pada Peter beberapa bulan yang lalu, ia menyambut dengan sangat gembira. Peter dulu sangat menginginkan anak perempuan yang menurutnya sangat menggemaskan jika memakai baju anak yang lucu-lucu tapi istrinya tidak bisa hamil lagi karena ada kanker di rahimnya hingga akhirnya merenggut nyawanya. Peter juga sudah diberitahu perkiraan hari kelahiran cucu perempuannya dan ia akan mengajukan cuti jauh
Selama seminggu ini Andrew berusaha untuk menjadi suami siaga, karena menurut perkiraan Metta akan melahirkan minggu ini. Elvan sendiri memberikan keringanan untuknya agar tidak terlalu lama berada di kantor ataupun datang ke kantor. Andrew hanya datang ke kantor sesekali saja, ia lebih banyak bekerja di apartement dan mengirimkan laporan via email pada Elvan.Bahkan pekerjaan keluar kota ataupun yang agak jauh dari Jakarta, semua di handle oleh Elvan.Seperti biasanya, Andrew saat ini berada di ruang keluarga. Ia menyalakan laptop miliknya dan bekerja di sana. Sesekali ia melakukan panggilan video dengan Elvan atau sekretarisnya, membicarakan pekerjaan mereka.Sedangkan Metta menemani Andrew dengan duduk di sofa, ia menselonjorkan kakinya ke atas sofa yang mulai terasa pegal. Bahkan kakinya tampak sedikit membengkak. Metta sudah tidak bisa banyak bergerak dengan perutnya yang besar, seakan hendak meledak.Metta sedikit meringis, saat ia bergerak untuk mencari posisi yang nyaman untu
Andrew langsung meraih tangan Metta dan menghadangnya, “Mau kemana? Udah duduk aja di sini, kenapa?” seru Andrew pada istrinya.“Aku mau turun, Kak!” seru Metta.Kening Andrew berkerut, “Ke lintasan?” tanyanya hampir tak percaya. Saat ini mereka berdua sedang berada di sirkuit. Karena Metta yang memaksa Andrew untuk menonton balapan yang ada di sirkuit hari ini. Dari pada membuat istrinya kembali sedih seperti beberapa bulan yang lalu, Andrew memilih untuk mengabulkan permintaan istrinya ini.Metta mengangguk antusias, “Iya dong, biar aku bisa liat dengan jelas motor mereka!” ujar Metta seraya menunjuk ke arah seorang pembalap yang masih berdiri di samping motornya dengan seorang mekanik. Pembalap itu tampak membicarakan sesuatu.“Aduhhhh! Itu terlalu dekat, kalau Sayangnya aku keserempet gimana? Aduhhh…” seru Andrew. “Ya gak dong, Kak. Aku kan di pinggir bukan ke tengah lintasan!” ujar Metta.“Gak boleh pokoknya gak boleh! Udah duduk manis aja di sini ya, ini udah keliatan jelas lo
Saat Andrew pulang ke apartement, ia merasa ada yang berbeda dengan istrinya tersebut. Metta menyambut kepulangannya dengan lembut dan seperti biasanya. Tapi, Andrew merasa jika senyuman Metta tampak hambar, bahkan tatapannya tampak kosong.Awalnya Andrew mengira mungkin Metta hanya kelelahan saja. Sejak Metta hamil, Andrew memang terbiasa membawa makan malam dari luar jika ibu mertuanya tidak datang menemani Metta. Karena Mama Hilda yang akan menyiapkan makanan, ia hanya tinggal menghangatkannya saja.Saat makan malampun, Metta masih menjawab setiap pertanyaannya dengan baik. Berbincang seperti biasanya, hanya saja Andrew masih merasa sedikit aneh dengan istrinya tersebut.Hingga sebelum waktu tidur, Andrew membuatkan susu untuk Metta. “Mau tidur sekarang?” tanya Andrew setelah menyimpan gelas bekas minum susu di meja.Metta mengangguk, “Iya, Kak. Aku mau tidur aja, agak ngantuk,” jawab Metta.Andrew mengangguki ucapan Metta, kemudian membantu menyelimuti tubuh Metta. Agar istri dan
Satu bulan berlalu, seharusnya di mana Metta sudah masuk kuliah di semester yang baru. Kini ia hanya bisa diam di dalam apartement. Bahkan hanya untuk keluar apartement dengan berjalan kaki menikmati fasilitas yang ada di gedung ini atau ke pertokoan dan mini market yang ada di sekitar apartement, ia harus lebih dahulu memberitahukan pada Andrew yang berada di kantor. Jika sudah sampai apartement lagi, Andrew pasti akan menghubunginya.Sejak hamil, Andrew juga melarang Metta untuk datang ke cafe Aya kecuali bersama dirinya. Ia tidak mau Metta kelelahan atau terpeleset saat membantu kesibukan di cafe. Andrew memang lebih protektif pada Metta demi kebaikan Metta dan kandungannya.Metta membaringkan tubuhnya di sofa sambil menatap ke arah jendela, ia menghembuskan napas panjangnya dengan tangan yang mulai membelai lembut perutnya. Perutnya masih terlihat rata, tapi beberapa celana mulai terasa sesak ketika di gunakan. Metta sendiri sudah tidak menggunakan celana jeans karena sudah mulai
“Gue hebat, kan? Tiga minggu-an udah jadi!” bangga Andrew pada Elvan, kini mereka berdua berada di taman belakang. Sedangkan yang lainnya menemani Metta di dalam dan mengobrol mengenai kehamilannya. Metta masih sangat muda dan tomboy sehingga Aya, Hilda dan Soraya memberikan ekstra perhatian dan wejangannya. Sementara Aji dan Mahanta ngobrol di ruangan kerja.“Bangga Lu? Gue juga gak lama kali!” dengus Elvan.“Iya emang gak lama, tapi cepetan gue kan?” Andrew masih begitu bangga, “Tokcer banget kan?”“Dih dasar, bukan itu yang harus Lu perhatiin sekarang, tapi kondisi istri Lu sama calon anak Lu!” seru Elvan mengingatkan.“Iyalahh, kalau itu gue dah paham bangettt! Tadi aja abis dari rumah sakit gue udah borong susu hamil banyak-banyak!” seru Andrew.“Bukan cuma itu! Tapi mulai sekarang Lu perhatiin Metta baik-baik, kebutuhan dia juga perhatian dia, biar anak kalian tumbuh dengan baik. Selalu anter Metta juga kalau mau periksa ke dokter,” ujar Elvan.“Gua paham!” seru Andrew.Elvan j
Dokter hanya bisa tersenyum kemudian menggeleng kecil, ia tak mengerti kenapa suami pasiennya tampak sangat kebingungan seperti saat ini dan memberikan pertanyaan konyol.“Tentu saja istri Anda yang hamil, Pak.” tanya dokter pria berusia sekitar 40 tahunan tersebut.“Saya akan memberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan saat ini juga agar di berikan vitamin untuk kehamilan,” lanjut dokter tersebut seraya mulai menuliskan sesuatu di atas kertas.Andrew hanya bisa terbengong-bengong, begitu juga dengan Metta. Tapi Metta sudah mengerti sejak awal, hanya saja mulutnya tampak kaku dan terkunci rapat hingga tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Beberapa detik kemudian Andrew seperti sadar dari pikiran kosongnya. “Jadi maksud dokter istri saya hamil? Gitu?” tanya Andrew tak percaya dan sedikit heboh.“Betul, Pak. Yang hamil, gak mungkin saya juga, kan?” tanya balik dokter tersebut.Kebahagiaan tak bisa dibendung lagi oleh Andrew, jika bisa berteriak ia sudah pasti bert
“Kamu ini gimana sih, Ndrew?! Istri sakit bukannya di perhatiin?!” tegur Soraya begitu Andrew masuk ke dalam ruang kerja milik Aya. Di mana saat ini Metta sedang duduk di sofa, seraya menghirup minyak angin dengan aroma theraphy, agar rasa pusing di kepalanya mereda. Bahkan Metta juga merasa mual.“Pagi tadi baik-baik aja, Mih,” ujar Andrew seraya menghampiri Metta dan duduk di sampingnya kemudian memeriksa keadaan Metta.“Sayangnya aku kenapa? Yuk ke dokter,” ajak Andrew panik melihat raut wajah Metta yang tampak amat lesu dan pucat.“Masuk angin tuh kayanya!” dengus Soraya kesal, “Kamu ajak Metta ngapain sih sampe kaya gitu?!”“Duh, Mih. Masa Andrew ceritain sih!” sahut Andrew. Soraya hanya bisa mendengus seraya memutar bola matanya jengah. “Dasar anak muda, kalau apa-apa tuh gak pake aturan! Maen trabas aja sih! Pake kira-kira dong, udah gini kan orang tua juga ikut khawatir!” desis Soraya.“Iya iya, Mih. Pokoknya Andrew mau bawa Metta dulu ke rumah sakit!” sahut Andrew.Metta men
Beberapa menit yang lalu Soraya datang ke cafe milik menantunya, dengan membawa Arka--cucunya yang digendong oleh pengasuhnya. Awalnya Soraya memang baru saja pulang dari rumah temannya, di mana anaknya baru saja pulang dari rumah sakit setelah melahirkan cucu teman Soraya.Soraya sengaja membawa Arka, karena ia menengoknya di rumah bukan rumah sakit. Jika masih di rumh sakit Soraya tak akan mengajak Arka. Lagipula Soraya tidak bisa meninggalkan Arksa sendirian dengan pengasuh saja, di mana ibunya saat ini sedang sibuk di cafe. Jadi Soraya membawa Arka.Maka dari itu Soraya mampir dan ingin melihat langsung cafe milik menantunya ini. Cafe ini sudah berjalan 3 bulan lamanya sejak pembukaan. Setelah pembukaan hanya sesekali Soraya datang. Karena ia fokus untuk ikut mengasuh dan mengawasi Arka di bawah asuhan pengasuhnya selama Aya fokus merintis cafe barunya ini.Soraya sendiri sudah mendengar mimpi Aya, baik dari Elvan atau Aya secara langsung. Jadi selama dua bulan ke belakang memang