Beranda / Romansa / Cinta Yang Sesungguhnya / 141. Aku Memang Tegang Banget

Share

141. Aku Memang Tegang Banget

Penulis: S.Rustandi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-01 15:17:53

Rasanya Aya masih bingung dengan keadaan saat ini, antara senang dan jantung yang berdebar. Saat masuk ke dalam kamar di mana kamar tersebut sudah di persiapkan sebelumnya untuk di tempati mereka setelah melangsungkan pernikahan.

Kamar dengan model Griya Trawang ini terletak di atas hotel resort milik keluarga Elvan. Mamih Soaraya lah yang memilihkan kamar ini untuk mereka tempati.

Semuanya sudah disiapkan dengan sangat baik. Kamar yang luas dan pemandangan yang indah dari lantai teratas. Bukan hanya itu, ada taman indah di depan kamar. Seakan kamar ini terpisah dari gedung dan tepat ada di roof top gedung hotel. Bahkan ada kolam renang kecil yang langsung terhubung ke pintu sekaligus jendela di sisi kamar. Hanya ada tiga kamar seperti ini di lantai atas. Dan hanya kamar mereka saja yang kini terisi.

Nuansa kamar di dominasi oleh kayu, bahkan lantainya. Di atas tempat tidur terdapat tirai putih yang mampu menutupi seluruh tempat tidur.

Meski sudah menjadi pasangan sah, tapi tetap saja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Yang Sesungguhnya   142. Aku Suka Dengan Permulaannya

    Elvan menempatkan tubuh Aya di atas tubuhnya, Aya memekik saat Elvan sedikit menarik tubuhnya dan mendudukkan Aya di atas perutnya. Napasnya tercekat saat tangan Elvan mulai menarik tali pengikat bathdrobenya. Jantungnya semakin berdebar dengan kencang. Karena ia tahu, jika bathdrobe tersebut dibuka, makanya tubuhnya akan langsung polos, karena ia tidak memakai apapun di balik bathdrobenya.Hanya dengan sekali gerakan, Elvan mampu menghempaskan bathdrobe yang di kenakan oleh Aya. Kini Aya duduk di atas tubuhnya dengan keadaan tak tertutup sehelai pakaianpun. Tangannya mulai menarik tubuh Aya, agar menempel ke tubuhnya. Dada keduanya saling bersentuhan dan Elvan langsung menarik tengkuk Aya dan mendaratkan bibirnya di bibir Aya. Tangan Aya bertumpu pada kasur di ke dua sisi kepala Elvan.Dengan perlahan tangan Elvan mulai menuruni dan membelai punggung Aya.Aya semakin menggeliat dan merasakan hawa panas bergejolak dan dirinya hingga ke titik yang sangat ektrem. “Elvannn…” kata-kata

  • Cinta Yang Sesungguhnya   143. Kenapa? Ganteng Ya?

    Sementara itu…Sejak tadi Andrew tidak bisa berdiam di dalam kamar. Setelah acara selesai Mamih Soraya mengajak Andrew dan Ryan untuk menginap di resort, karena week end. Tapi sayangnya Ryan tidak bisa, karena ia dan Riani ada keperluan dan harus kembali ke Kota.Andrew yang datang sendirian tentu saja tidak bisa menolak ajakan Mamih Soraya. Jika Mamih Soraya yang sudah mengatakannya siapa yang bisa menolaknya, bahkan Daddy saja tidak bisa menolaknya. Keadaan resort sudah hampir sepi, bahkan tempat acara pernikahan Elvan dan Aya sudah dibersihkan. Masih ada beberapa pekerja yang tampak sibuk merapikan tempat tersebut. Andrew baru saja keluar dari dalam bar yang ada di resort setidaknya sudah 2 gelas cocktail ia tenggak. Tapi ia masih enggan untuk kembali ke dalam kamar.Ia menyesal tidak membawa salah satu kekasihnya untuk datang ke sini, jika ia membawannya pasti bukan hanya Elvan saja yang sedang melakukan malam pertamanya, tapi dirinya juga.‘Ck! Pacar masa depan gue udah gugur,

  • Cinta Yang Sesungguhnya   144. Kirain Mamih Kalian Pingsan

    Elvan bergerak dalam tidurnya dengan perlahan ia kemudian membuka matanya, dan menemukan jika matahari sudah tinggi. Dan Aya tampak masih tidur dalam pelukannya di bawah selimut yang sama.Awalnya Elvan tak ingin membangunkan Aya, tapi rupanya gerakannya membuat Aya bergerak dan dengan perlahan membuka matanya.“Ini sudah pagi?” tanya Aya dengan suara seraknya, dan terlihat jelas jika Aya sangat kelelahan. Rambut panjangnya tampak begitu acak-acakan.Jelas saja Aya lelah, karena mereka selesai saat menjelang dini hari. Elvan tersenyum lembut kemudian mempererat pelukannya pada Aya, Aya seakan tak bertenaga hingga ia tidak bisa menolak pelukan Elvan. Tubuhnya terasa begitu remuk redam karena sudah di serang semalaman oleh Elvan. “Hmm… aku mau mandi dan turun ke bawah, apa kau mau ikut?” bisik Elvan di telinga Aya.“Mau… kalau aku gak ikut malu…” balas Aya dengan parau.“Mandi bareng yuk…” ajak Elvan.Aya sedikit memundurkan kepalanya agar bisa melihat Elvan. “Mandi aja tapi… gak malu

  • Cinta Yang Sesungguhnya   145. Apa Kamu Cinta Sama Aku?

    Hampir 22 jam lamanya Elvan dan Aya berada di dalam pesawat hingga akhirnya mereka mendarat di Rabat, Maroko. Elvan memang membawa Aya ke Maroko untuk bulan madu mereka. Elvan sengaja tidak memilih tempat yang biasa di kunjungi oleh pasangan pengantin baru lainnya untuk berbulan madu.Sebenarnya tujuan utama Elvan bukanlah ke Rabat yang merupakan ibu kota dari Maroko, tapi ia ingin ke Marrakesh, hanya saja setidaknya ia ingin menikmati kota Rabat 1-2 hari kemudian baru bertandang ke Marrakesh.Maroko begitu eksotis, karena memiliki perpaduan bangunan kuno dan modern yang mengagumkan. Perpaduan Afrika, Arab dan Perancis, membuat Elvan memutuskan untuk datang ke sini membawa Aya.Aya kaget bukan main, ia mengira Elvan akan membawanya ke negara-negara di Eropa, tapi rupanya tidak. Aya tidak kecewa tapi justru ia senang. “Ya ampunnn… aku pernah membaca beberapa artikel tentang Maroko, dan mereka menyebutnya dengan Land Of God, dan aku gak sangka kamu akan membawa aku ke sini!” seru Aya d

  • Cinta Yang Sesungguhnya   146. Iya Nanti Gue Pikirin

    Dari Rabat mereka menuju Marrakesh, kemudian pergi ke tempat lainnya. Tak lupa Elvan dan Aya membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga dan teman mereka di Jakarta. Bahkan Aya menyempatkan diri untuk membelikan oleh-oleh untuk Ega dan akan mengirimkannya ke tempat Ega nanti. Setelah melalui 10 hari yang sangat menyenangkan, akhirnya mereka harus kembali ke Jakarta. Perjalanan kembali ke Jakarta tidak sebentar, tapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Hingga akhirnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat juga.“Hmm… aku ingin bertanya padamu, tapi belum sempat…” ujar Aya ketika mereka beada di dalam mobil.“Apa?” tanya Elvan.“Setelah ini kita tinggal di mana? Apa di rumah orang tuamu?” tanya Aya.Elvan tersenyum, kemudian menggeleng. “Tidak, kita akan menempati apartement untuk sementara selama aku mencari rumah untuk kita tempati nantinya. Tadinya aku mau langsung mencari rumah saja, tapi ku urungkan…” jelas Elvan.“Kenapa?” tanya Aya.“Aku takut kau tidak suka dengan rumahnya, jadi

  • Cinta Yang Sesungguhnya   147. Setidaknya Aku Harus Memastikannya

    Hampir sebulan Aya dan Elvan menikah, kehidupan mereka sangatlah bahagia. Perubahan yang sangat drastis bagi keduanya dan mereka sangat menikmatinya. Bahkan keluarga Sanjaya tidak terdengar lagi, mereka sendiripun tidak memperdulikan apa yang akan di lakukan pada keluarga mereka. Yang jelas Elvan sendiri tidak akan membiarkan siapapun mengganggu keluarganya.Beberapa jam lagi Elvan akan pulang dari kantor, jadi setidaknya Aya harus bersiap-siap untuk menyiapkan makan malam bagi suaminya tersebut. Tapi tiba-tiba saja ia merasa pusing, kepalanya terasa sangat berat. Bahkan ia harus berpegangan pada dinding saat ia akan berjalan menuju dapur.“Aduhhh kepalaku tiba-tiba aja sakit…” lirih Aya seraya menyentuh kepalanya dan menahan dirinya di dinding agar tidak jatuh.“Tadi aku baik-baik aja deh…” gumamnya sambil meringis.Aya ingat jika di kotak obat ada obat untuk meredakan sakit kepala. Aya mencoba berjalan dengan perlahan dan hati-hati agar tidak terjatuh. Rasanya sungguh aneh, sejak pa

  • Cinta Yang Sesungguhnya   148. Maaf Aku Berbohong

    Dini hari Aya terbangun karena perutnya merasa tidak enak, ia merasa sangat mual hingga ingin mengeluarkan isi perutnya. Saat ini Elvan masih tampak terlelap dalam tidurnya, dengan perlahan Aya turun dari atas tempat tidur agar tidak membangunkan Elvan. Dengan cepat ia menuju kamar mandi karena sudah merasa tidak tahan.Tak lupa Aya menyalakan air untuk menyamarkan suaranya.‘Apa ini yang di rasakan oleh hampir semua wanita yang sedang hamil muda?’ tanya Aya dalam dirinya. Tapi masih ada perasaan skeptis yang ia rasakan, mungkin saja ini hanya terbawa suasana.Rasanya ia begitu lemas setelah mengeluarkan semua isi perutnya. Aya mencuci wajahnya agar tidak ada bau-bau tidak sedap tertinggal di tubuhnya. Bahkan ia menggosok giginya, agar Elvan tidak curiga.Aya kembali ke atas tempat tidur mencoba untuk melanjutkan tidurnya. Tapi sayangnya ia tidak bisa kembali terlelap. Banyak pikiran berkecamuk di kepalanya saat ini.

  • Cinta Yang Sesungguhnya   149. Pokoknya Kalian Tinggal Di Sini!!

    Selama perjalanan Elvan ke rumah orang tuanya, Elvan terus menggenggam tangan Aya, tapi sesaat ia melepaskan tangannya untuk menghubungi ibunya.“Mih di mana?” tanya Elvan begitu panggilannya di angkat oleh ibunya.Aya hanya diam di samping Elvan dan memperhatikan Elvan, saat ini sedang macet hingga tidak terlalu bahaya untuk Elvan menghubungi ibunya di sambil menyetir, ia juga menggunakan airpod hingga tidak kesulitan.“Di rumah, Mamih lagi nunggu Mama Hilda kita ada kumpulan bentar lagi. Kenapa?” tanya Mamih Soraya.Elvan tersnyum lebar, “Elvan sama Aya lagi otw ke sana, tungguin ya jangan dulu pergi,” ujar Elvan.“Hmm, ada apa sih? Kok ngedadak gitu?” tanya Soraya bingung karena ini masih jam kerja.“Nanti aja, pokoknya tungguin aja.”“Iya iya, awas kalau gak penting Mamih jewer kamu!” ancam Soraya.“Dihh, Ma

Bab terbaru

  • Cinta Yang Sesungguhnya   235. Duh Manisnya Mereka

    Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“

  • Cinta Yang Sesungguhnya   234. Jangan Lu Potong Dan Simak Baik-baik

    “Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak

  • Cinta Yang Sesungguhnya   233. Aneh Dan Merasa Kehilangan

    “Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And

  • Cinta Yang Sesungguhnya   232. Jelasin, Ndew!

    Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya

  • Cinta Yang Sesungguhnya   231. Ada Yang Aneh Dengan Mereka

    “Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga

  • Cinta Yang Sesungguhnya   230. Aku Memang Menghindari Kakak!

    Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da

  • Cinta Yang Sesungguhnya   229. Oh... Tenyata Kamu Marah Karena Itu

    Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja

  • Cinta Yang Sesungguhnya   228. Apa Aku Bikin Salah Sama Kamu?

    “Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s

  • Cinta Yang Sesungguhnya   227. Jadi Gak Ambil Pusing

    “Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka

DMCA.com Protection Status