Dini hari Aya terbangun karena perutnya merasa tidak enak, ia merasa sangat mual hingga ingin mengeluarkan isi perutnya. Saat ini Elvan masih tampak terlelap dalam tidurnya, dengan perlahan Aya turun dari atas tempat tidur agar tidak membangunkan Elvan. Dengan cepat ia menuju kamar mandi karena sudah merasa tidak tahan.Tak lupa Aya menyalakan air untuk menyamarkan suaranya.‘Apa ini yang di rasakan oleh hampir semua wanita yang sedang hamil muda?’ tanya Aya dalam dirinya. Tapi masih ada perasaan skeptis yang ia rasakan, mungkin saja ini hanya terbawa suasana.Rasanya ia begitu lemas setelah mengeluarkan semua isi perutnya. Aya mencuci wajahnya agar tidak ada bau-bau tidak sedap tertinggal di tubuhnya. Bahkan ia menggosok giginya, agar Elvan tidak curiga.Aya kembali ke atas tempat tidur mencoba untuk melanjutkan tidurnya. Tapi sayangnya ia tidak bisa kembali terlelap. Banyak pikiran berkecamuk di kepalanya saat ini.
Selama perjalanan Elvan ke rumah orang tuanya, Elvan terus menggenggam tangan Aya, tapi sesaat ia melepaskan tangannya untuk menghubungi ibunya.“Mih di mana?” tanya Elvan begitu panggilannya di angkat oleh ibunya.Aya hanya diam di samping Elvan dan memperhatikan Elvan, saat ini sedang macet hingga tidak terlalu bahaya untuk Elvan menghubungi ibunya di sambil menyetir, ia juga menggunakan airpod hingga tidak kesulitan.“Di rumah, Mamih lagi nunggu Mama Hilda kita ada kumpulan bentar lagi. Kenapa?” tanya Mamih Soraya.Elvan tersnyum lebar, “Elvan sama Aya lagi otw ke sana, tungguin ya jangan dulu pergi,” ujar Elvan.“Hmm, ada apa sih? Kok ngedadak gitu?” tanya Soraya bingung karena ini masih jam kerja.“Nanti aja, pokoknya tungguin aja.”“Iya iya, awas kalau gak penting Mamih jewer kamu!” ancam Soraya.“Dihh, Ma
Baik Mahanta maupun Aji, keduanya sangat bahagia begitu mendengar kabar kehamilan Aya. Terutama Aji yang memang sempat mempercayai tuduhan Aya mandul. Ia baru tahu sebenarnya setelah kasus KDRT dan gugatan Aya mencuat di media, dan dari mulut Aya sendiri. Aji merasa sakit hati atas pelakuan dan hinaan dari keluarga Sanjaya pada putrinya itu, dan juga pada keluarganya.Sama seperti Hilda--istrinya, Aji sempat tak percaya jika Aya--putrinya memang tidak dapat hamil, tapi kini ia merasa sangat senang. Karena hanya berselang satu bulan saja pernikahan Aya dan Elvan, kini Aya sudah mengandung cucunya. Cucu pertamanya dan ini lah yang sangat dinanti-nanti olehnya. Hingga tanpa memikirkan apapun Aji meninggalkan kantornya dan meminta wakilnya untuk mengerjakan semua pekerjaannya, dan ia segera pergi ke kediaman keluarga Dewangga--besannya.Pelukan haru namun bahagia terjadi tatkala Aji memeluk Aya, bahkan matanya berkaca-kaca. Sungguh ia merasa sangat bahagia, dan
Tiba-tiba saja Aya terbangun di malam hari, saat ia melirik jam rupanya masih menunjukkan pukul 00.17.“Aduhhh masih malam rupanya…” gumam Aya sangat pelan karena takut membangunkan Elvan yang masih terlelap di sampingnya.Aya kembali mencoba untuk tidur, tapi rasanya sulit. Bukan hanya itu, ia juga merasa sedikit aneh pada dirinya. Tiba-tiba saja ia menginginkan sebuah makanan.“Hmm… besok pagi aja deh nyarinya…” bisik Aya sangat pelan.Aya kembali memejamkan matanya. Tapi semakin ia lupakan ia semakin menginginkan makanan itu.‘Ini aneh, aku gak kaya biasanya kaya gini… apa ini namanya ngidam itu?’ tanya Aya pada dirinya.Ia ingin membangunkan Elvan, hanya saja ia merasa sungkan. Besok pagi Elvan harus bekerja dan ia tidak mau merepotkan suaminya.Tapi sekitar setengah jam lamanya Aya merasa sangat gelisah. Ia bergerak-gerak mencari posisi yang nyaman untuk membaringkan tubuhnya.Hingga tidak sengaja Elvan terbangun dari tidur, "Kamu kenapa? Susah tidur?" tanya Elvan dengan suara se
Hari ini Andrew sedang tidak ada di tempat, ia mendapatkan pekerjaan keluar kota dua hari ini. Hingga Elvan yang menghandle semua pekerjaan yang ada di kantor dan yang biasa dikerjakan oleh Andrew.Aya saat ini dalam kondisi yang sehat di usia kandungannya yang sudah menginjak 11 minggu. Meski belum besar, tapi perutnya sudah sedikit terlihat membuncit. Dan Elvan sangat senang dengan kondisi istrinya tersebut, meski Aya masih mengalami morning sickness dan juga ngidamnya tapi untung saja ngidamnya Aya tidak terlalu ektrim seperti Mamih-nya.Tiba-tiba saja Sissy menghubungi line teleponnya dan mengatakan jika wanita yang satu bulan yang lalu datang kembali dan mengatakan sudah membuat janji. Mengatasnamakan Soraya Dewangga untuk menemui Elvan.‘Ck! Dia masih tidak menyerah untuk menemuiku rupanya…’ decak Elvan dalam hati.Elvan tadinya hendak menolaknya, hanya saja ia penasaran dengan maksud wanita itu datang ke kantornya beberapa kali dan ingin menemuinya. Hingga Elvan memutuskan untu
Sekitar jam 5 sore, Elvan sudah sampai di rumah kediaman orang tuanya. Ia memutuskan tidak kembali ke kantor setelah meeting dengan salah satu rekan bisnisnya. Saat ia akan menuju lantai atas di mana kamarnya berada, Elvan melihat ibunya dari kejauhan yang sedang duduk di kursi yang ada di pinggir kolam dan taman belakang. Elvan mengurungkan niatnya untuk naik dan menghampiri ibunya yang rupanya tampak sedang berkutat dengan ponselnya, sesekali tampak terkikik geli. Elvan tak bisa menebak apa yang sedang ibunya baca atau lihat di ponselnya.“Mihhh….” sapa Elvan.“Ehh kamu udah pulang rupanya…” sahut Soraya yang langsung menoleh pada Elvan.Elvan mengangguk, “Aya mana?” tanya Elvan.“Di kamar. Tadi sekitar jam 3, Mamih suruh dia istirahat setelah mantau cafenya,” jelas Soraya.“Ohhh….” gumam Elvan, kemudian ia duduk di kursi yang kosong.“Ada apa?” tanya Soraya melihat gelagat aneh dari anaknya. “Elvan mau ngomong, mumpung Aya gak ada,” ujar Elvan.Kening Soraya berkerut, “Ada apa? T
Mahanta mendengarkan penjelasan Elvan dengan seksama di depan istrinya, ia sempat merasa kaget dengan apa yang diceritakan oleh putranya tersebut.“Kau yakin, Van?” tanya Mahanta.“Tentu saja, Dad. Elvan masih simpen semua kiriman laporan dari orang suruhan Elvan. Bisa Elvan kirim ke Daddy sekarang juga,” sahut Elvan.Mahanta mengangguk, “Daddy gak sangka keluarga Sanjaya bisa punya menantu yang memiliki skandal dengan seseorang yang memiliki bisnis gelap seperti itu.""Elvan sendiri juga kaget waktu dapat info seperti itu, Dad. Makanya Elvan buru-buru kasi tau Aya supaya menghindari Shella. Dan karena Shella ada niat goda Elvan sampe nekat bawa-bawa nama Mami, Elvan langsung kasi tau Mami," jelas Elvan.Mahanta kembali mengangguk, "Sebaiknya kirimkan semua bukti yang kau miliki itu pada Daddy. Besok Daddy akan coba temui teman Daddy yang merupakan salah satu petinggi di Kepolisian supaya
Hari ini usia kandungan Aya sudah menginjak minggu ke 20. Perut sudah terlihat menonjol, ia sudah tidak bisa menggunakan celana panjang kain miliknya lagi kecuali celana khusus ibu hamil. Dan Aya sudah mengalami kenaikan berat badan yang cukup signifikan.Dan hari ini saat ia di antar Elvan check up kehamilannya di rumah sakit. Elvan benar-benar tidak akan pernah membiarkan istrinya pergi sendiri ke rumah sakit meski di antar oleh ibunya dan dikawal oleh dua orang bodyguard wanita. Selain masih trauma dengan kecelakaan tragis yang merenggut nyawa Davina dan calon bayinya, Elvan juga tidak ingin melewatkan perkembangan calon bayinya dan kesehatan Aya.Hari ini Elvan sengaja meluangkan waktunya untuk tidak pergi ke kantor karena ingin menemani Aya. Ia cukup khawatir sudah dua bulan berlalu dan Johan masih juga belum bisa ditangkap. Menurut ayahnya, BNN dan polisi terus mengintai Johan namun ia memang sangat licik dan licin. Pihak kepolisian harus mengumpulkan bukti yang kuat supaya bis
Andrew menitikkan air mata untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang bisa ia ingat, saat ia mendengar suara tangisan putrinya yang baru saja lahir ke dunia ini.Kini ia resmi menyandang status sebagai seorang ayah.Ya, anaknya adalah seorang perempuan, sesuai dengan hasil pemeriksaan USG beberapa bulan yang lalu. Hingga dirinya dan Metta menyiapkan segala kebutuhan untuk putri mereka.Baik Andrew ataupun Metta tidak mempermasalahkan apakah mereka akan memiliki seorang putra ataupun putri. Semua anak sama saja, dan mereka akan mencintainya dengan setulus hati. Saat mereka memberitahu hasil USG pada Peter beberapa bulan yang lalu, ia menyambut dengan sangat gembira. Peter dulu sangat menginginkan anak perempuan yang menurutnya sangat menggemaskan jika memakai baju anak yang lucu-lucu tapi istrinya tidak bisa hamil lagi karena ada kanker di rahimnya hingga akhirnya merenggut nyawanya. Peter juga sudah diberitahu perkiraan hari kelahiran cucu perempuannya dan ia akan mengajukan cuti jauh
Selama seminggu ini Andrew berusaha untuk menjadi suami siaga, karena menurut perkiraan Metta akan melahirkan minggu ini. Elvan sendiri memberikan keringanan untuknya agar tidak terlalu lama berada di kantor ataupun datang ke kantor. Andrew hanya datang ke kantor sesekali saja, ia lebih banyak bekerja di apartement dan mengirimkan laporan via email pada Elvan.Bahkan pekerjaan keluar kota ataupun yang agak jauh dari Jakarta, semua di handle oleh Elvan.Seperti biasanya, Andrew saat ini berada di ruang keluarga. Ia menyalakan laptop miliknya dan bekerja di sana. Sesekali ia melakukan panggilan video dengan Elvan atau sekretarisnya, membicarakan pekerjaan mereka.Sedangkan Metta menemani Andrew dengan duduk di sofa, ia menselonjorkan kakinya ke atas sofa yang mulai terasa pegal. Bahkan kakinya tampak sedikit membengkak. Metta sudah tidak bisa banyak bergerak dengan perutnya yang besar, seakan hendak meledak.Metta sedikit meringis, saat ia bergerak untuk mencari posisi yang nyaman untu
Andrew langsung meraih tangan Metta dan menghadangnya, “Mau kemana? Udah duduk aja di sini, kenapa?” seru Andrew pada istrinya.“Aku mau turun, Kak!” seru Metta.Kening Andrew berkerut, “Ke lintasan?” tanyanya hampir tak percaya. Saat ini mereka berdua sedang berada di sirkuit. Karena Metta yang memaksa Andrew untuk menonton balapan yang ada di sirkuit hari ini. Dari pada membuat istrinya kembali sedih seperti beberapa bulan yang lalu, Andrew memilih untuk mengabulkan permintaan istrinya ini.Metta mengangguk antusias, “Iya dong, biar aku bisa liat dengan jelas motor mereka!” ujar Metta seraya menunjuk ke arah seorang pembalap yang masih berdiri di samping motornya dengan seorang mekanik. Pembalap itu tampak membicarakan sesuatu.“Aduhhhh! Itu terlalu dekat, kalau Sayangnya aku keserempet gimana? Aduhhh…” seru Andrew. “Ya gak dong, Kak. Aku kan di pinggir bukan ke tengah lintasan!” ujar Metta.“Gak boleh pokoknya gak boleh! Udah duduk manis aja di sini ya, ini udah keliatan jelas lo
Saat Andrew pulang ke apartement, ia merasa ada yang berbeda dengan istrinya tersebut. Metta menyambut kepulangannya dengan lembut dan seperti biasanya. Tapi, Andrew merasa jika senyuman Metta tampak hambar, bahkan tatapannya tampak kosong.Awalnya Andrew mengira mungkin Metta hanya kelelahan saja. Sejak Metta hamil, Andrew memang terbiasa membawa makan malam dari luar jika ibu mertuanya tidak datang menemani Metta. Karena Mama Hilda yang akan menyiapkan makanan, ia hanya tinggal menghangatkannya saja.Saat makan malampun, Metta masih menjawab setiap pertanyaannya dengan baik. Berbincang seperti biasanya, hanya saja Andrew masih merasa sedikit aneh dengan istrinya tersebut.Hingga sebelum waktu tidur, Andrew membuatkan susu untuk Metta. “Mau tidur sekarang?” tanya Andrew setelah menyimpan gelas bekas minum susu di meja.Metta mengangguk, “Iya, Kak. Aku mau tidur aja, agak ngantuk,” jawab Metta.Andrew mengangguki ucapan Metta, kemudian membantu menyelimuti tubuh Metta. Agar istri dan
Satu bulan berlalu, seharusnya di mana Metta sudah masuk kuliah di semester yang baru. Kini ia hanya bisa diam di dalam apartement. Bahkan hanya untuk keluar apartement dengan berjalan kaki menikmati fasilitas yang ada di gedung ini atau ke pertokoan dan mini market yang ada di sekitar apartement, ia harus lebih dahulu memberitahukan pada Andrew yang berada di kantor. Jika sudah sampai apartement lagi, Andrew pasti akan menghubunginya.Sejak hamil, Andrew juga melarang Metta untuk datang ke cafe Aya kecuali bersama dirinya. Ia tidak mau Metta kelelahan atau terpeleset saat membantu kesibukan di cafe. Andrew memang lebih protektif pada Metta demi kebaikan Metta dan kandungannya.Metta membaringkan tubuhnya di sofa sambil menatap ke arah jendela, ia menghembuskan napas panjangnya dengan tangan yang mulai membelai lembut perutnya. Perutnya masih terlihat rata, tapi beberapa celana mulai terasa sesak ketika di gunakan. Metta sendiri sudah tidak menggunakan celana jeans karena sudah mulai
“Gue hebat, kan? Tiga minggu-an udah jadi!” bangga Andrew pada Elvan, kini mereka berdua berada di taman belakang. Sedangkan yang lainnya menemani Metta di dalam dan mengobrol mengenai kehamilannya. Metta masih sangat muda dan tomboy sehingga Aya, Hilda dan Soraya memberikan ekstra perhatian dan wejangannya. Sementara Aji dan Mahanta ngobrol di ruangan kerja.“Bangga Lu? Gue juga gak lama kali!” dengus Elvan.“Iya emang gak lama, tapi cepetan gue kan?” Andrew masih begitu bangga, “Tokcer banget kan?”“Dih dasar, bukan itu yang harus Lu perhatiin sekarang, tapi kondisi istri Lu sama calon anak Lu!” seru Elvan mengingatkan.“Iyalahh, kalau itu gue dah paham bangettt! Tadi aja abis dari rumah sakit gue udah borong susu hamil banyak-banyak!” seru Andrew.“Bukan cuma itu! Tapi mulai sekarang Lu perhatiin Metta baik-baik, kebutuhan dia juga perhatian dia, biar anak kalian tumbuh dengan baik. Selalu anter Metta juga kalau mau periksa ke dokter,” ujar Elvan.“Gua paham!” seru Andrew.Elvan j
Dokter hanya bisa tersenyum kemudian menggeleng kecil, ia tak mengerti kenapa suami pasiennya tampak sangat kebingungan seperti saat ini dan memberikan pertanyaan konyol.“Tentu saja istri Anda yang hamil, Pak.” tanya dokter pria berusia sekitar 40 tahunan tersebut.“Saya akan memberikan rujukan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter kandungan saat ini juga agar di berikan vitamin untuk kehamilan,” lanjut dokter tersebut seraya mulai menuliskan sesuatu di atas kertas.Andrew hanya bisa terbengong-bengong, begitu juga dengan Metta. Tapi Metta sudah mengerti sejak awal, hanya saja mulutnya tampak kaku dan terkunci rapat hingga tak bisa mengucapkan sepatah katapun.Beberapa detik kemudian Andrew seperti sadar dari pikiran kosongnya. “Jadi maksud dokter istri saya hamil? Gitu?” tanya Andrew tak percaya dan sedikit heboh.“Betul, Pak. Yang hamil, gak mungkin saya juga, kan?” tanya balik dokter tersebut.Kebahagiaan tak bisa dibendung lagi oleh Andrew, jika bisa berteriak ia sudah pasti bert
“Kamu ini gimana sih, Ndrew?! Istri sakit bukannya di perhatiin?!” tegur Soraya begitu Andrew masuk ke dalam ruang kerja milik Aya. Di mana saat ini Metta sedang duduk di sofa, seraya menghirup minyak angin dengan aroma theraphy, agar rasa pusing di kepalanya mereda. Bahkan Metta juga merasa mual.“Pagi tadi baik-baik aja, Mih,” ujar Andrew seraya menghampiri Metta dan duduk di sampingnya kemudian memeriksa keadaan Metta.“Sayangnya aku kenapa? Yuk ke dokter,” ajak Andrew panik melihat raut wajah Metta yang tampak amat lesu dan pucat.“Masuk angin tuh kayanya!” dengus Soraya kesal, “Kamu ajak Metta ngapain sih sampe kaya gitu?!”“Duh, Mih. Masa Andrew ceritain sih!” sahut Andrew. Soraya hanya bisa mendengus seraya memutar bola matanya jengah. “Dasar anak muda, kalau apa-apa tuh gak pake aturan! Maen trabas aja sih! Pake kira-kira dong, udah gini kan orang tua juga ikut khawatir!” desis Soraya.“Iya iya, Mih. Pokoknya Andrew mau bawa Metta dulu ke rumah sakit!” sahut Andrew.Metta men
Beberapa menit yang lalu Soraya datang ke cafe milik menantunya, dengan membawa Arka--cucunya yang digendong oleh pengasuhnya. Awalnya Soraya memang baru saja pulang dari rumah temannya, di mana anaknya baru saja pulang dari rumah sakit setelah melahirkan cucu teman Soraya.Soraya sengaja membawa Arka, karena ia menengoknya di rumah bukan rumah sakit. Jika masih di rumh sakit Soraya tak akan mengajak Arka. Lagipula Soraya tidak bisa meninggalkan Arksa sendirian dengan pengasuh saja, di mana ibunya saat ini sedang sibuk di cafe. Jadi Soraya membawa Arka.Maka dari itu Soraya mampir dan ingin melihat langsung cafe milik menantunya ini. Cafe ini sudah berjalan 3 bulan lamanya sejak pembukaan. Setelah pembukaan hanya sesekali Soraya datang. Karena ia fokus untuk ikut mengasuh dan mengawasi Arka di bawah asuhan pengasuhnya selama Aya fokus merintis cafe barunya ini.Soraya sendiri sudah mendengar mimpi Aya, baik dari Elvan atau Aya secara langsung. Jadi selama dua bulan ke belakang memang