Dari Rabat mereka menuju Marrakesh, kemudian pergi ke tempat lainnya. Tak lupa Elvan dan Aya membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga dan teman mereka di Jakarta. Bahkan Aya menyempatkan diri untuk membelikan oleh-oleh untuk Ega dan akan mengirimkannya ke tempat Ega nanti. Setelah melalui 10 hari yang sangat menyenangkan, akhirnya mereka harus kembali ke Jakarta. Perjalanan kembali ke Jakarta tidak sebentar, tapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Hingga akhirnya pesawat yang mereka tumpangi mendarat juga.“Hmm… aku ingin bertanya padamu, tapi belum sempat…” ujar Aya ketika mereka beada di dalam mobil.“Apa?” tanya Elvan.“Setelah ini kita tinggal di mana? Apa di rumah orang tuamu?” tanya Aya.Elvan tersenyum, kemudian menggeleng. “Tidak, kita akan menempati apartement untuk sementara selama aku mencari rumah untuk kita tempati nantinya. Tadinya aku mau langsung mencari rumah saja, tapi ku urungkan…” jelas Elvan.“Kenapa?” tanya Aya.“Aku takut kau tidak suka dengan rumahnya, jadi
Hampir sebulan Aya dan Elvan menikah, kehidupan mereka sangatlah bahagia. Perubahan yang sangat drastis bagi keduanya dan mereka sangat menikmatinya. Bahkan keluarga Sanjaya tidak terdengar lagi, mereka sendiripun tidak memperdulikan apa yang akan di lakukan pada keluarga mereka. Yang jelas Elvan sendiri tidak akan membiarkan siapapun mengganggu keluarganya.Beberapa jam lagi Elvan akan pulang dari kantor, jadi setidaknya Aya harus bersiap-siap untuk menyiapkan makan malam bagi suaminya tersebut. Tapi tiba-tiba saja ia merasa pusing, kepalanya terasa sangat berat. Bahkan ia harus berpegangan pada dinding saat ia akan berjalan menuju dapur.“Aduhhh kepalaku tiba-tiba aja sakit…” lirih Aya seraya menyentuh kepalanya dan menahan dirinya di dinding agar tidak jatuh.“Tadi aku baik-baik aja deh…” gumamnya sambil meringis.Aya ingat jika di kotak obat ada obat untuk meredakan sakit kepala. Aya mencoba berjalan dengan perlahan dan hati-hati agar tidak terjatuh. Rasanya sungguh aneh, sejak pa
Dini hari Aya terbangun karena perutnya merasa tidak enak, ia merasa sangat mual hingga ingin mengeluarkan isi perutnya. Saat ini Elvan masih tampak terlelap dalam tidurnya, dengan perlahan Aya turun dari atas tempat tidur agar tidak membangunkan Elvan. Dengan cepat ia menuju kamar mandi karena sudah merasa tidak tahan.Tak lupa Aya menyalakan air untuk menyamarkan suaranya.‘Apa ini yang di rasakan oleh hampir semua wanita yang sedang hamil muda?’ tanya Aya dalam dirinya. Tapi masih ada perasaan skeptis yang ia rasakan, mungkin saja ini hanya terbawa suasana.Rasanya ia begitu lemas setelah mengeluarkan semua isi perutnya. Aya mencuci wajahnya agar tidak ada bau-bau tidak sedap tertinggal di tubuhnya. Bahkan ia menggosok giginya, agar Elvan tidak curiga.Aya kembali ke atas tempat tidur mencoba untuk melanjutkan tidurnya. Tapi sayangnya ia tidak bisa kembali terlelap. Banyak pikiran berkecamuk di kepalanya saat ini.
Selama perjalanan Elvan ke rumah orang tuanya, Elvan terus menggenggam tangan Aya, tapi sesaat ia melepaskan tangannya untuk menghubungi ibunya.“Mih di mana?” tanya Elvan begitu panggilannya di angkat oleh ibunya.Aya hanya diam di samping Elvan dan memperhatikan Elvan, saat ini sedang macet hingga tidak terlalu bahaya untuk Elvan menghubungi ibunya di sambil menyetir, ia juga menggunakan airpod hingga tidak kesulitan.“Di rumah, Mamih lagi nunggu Mama Hilda kita ada kumpulan bentar lagi. Kenapa?” tanya Mamih Soraya.Elvan tersnyum lebar, “Elvan sama Aya lagi otw ke sana, tungguin ya jangan dulu pergi,” ujar Elvan.“Hmm, ada apa sih? Kok ngedadak gitu?” tanya Soraya bingung karena ini masih jam kerja.“Nanti aja, pokoknya tungguin aja.”“Iya iya, awas kalau gak penting Mamih jewer kamu!” ancam Soraya.“Dihh, Ma
Baik Mahanta maupun Aji, keduanya sangat bahagia begitu mendengar kabar kehamilan Aya. Terutama Aji yang memang sempat mempercayai tuduhan Aya mandul. Ia baru tahu sebenarnya setelah kasus KDRT dan gugatan Aya mencuat di media, dan dari mulut Aya sendiri. Aji merasa sakit hati atas pelakuan dan hinaan dari keluarga Sanjaya pada putrinya itu, dan juga pada keluarganya.Sama seperti Hilda--istrinya, Aji sempat tak percaya jika Aya--putrinya memang tidak dapat hamil, tapi kini ia merasa sangat senang. Karena hanya berselang satu bulan saja pernikahan Aya dan Elvan, kini Aya sudah mengandung cucunya. Cucu pertamanya dan ini lah yang sangat dinanti-nanti olehnya. Hingga tanpa memikirkan apapun Aji meninggalkan kantornya dan meminta wakilnya untuk mengerjakan semua pekerjaannya, dan ia segera pergi ke kediaman keluarga Dewangga--besannya.Pelukan haru namun bahagia terjadi tatkala Aji memeluk Aya, bahkan matanya berkaca-kaca. Sungguh ia merasa sangat bahagia, dan
Tiba-tiba saja Aya terbangun di malam hari, saat ia melirik jam rupanya masih menunjukkan pukul 00.17.“Aduhhh masih malam rupanya…” gumam Aya sangat pelan karena takut membangunkan Elvan yang masih terlelap di sampingnya.Aya kembali mencoba untuk tidur, tapi rasanya sulit. Bukan hanya itu, ia juga merasa sedikit aneh pada dirinya. Tiba-tiba saja ia menginginkan sebuah makanan.“Hmm… besok pagi aja deh nyarinya…” bisik Aya sangat pelan.Aya kembali memejamkan matanya. Tapi semakin ia lupakan ia semakin menginginkan makanan itu.‘Ini aneh, aku gak kaya biasanya kaya gini… apa ini namanya ngidam itu?’ tanya Aya pada dirinya.Ia ingin membangunkan Elvan, hanya saja ia merasa sungkan. Besok pagi Elvan harus bekerja dan ia tidak mau merepotkan suaminya.Tapi sekitar setengah jam lamanya Aya merasa sangat gelisah. Ia bergerak-gerak mencari posisi yang nyaman untuk membaringkan tubuhnya.Hingga tidak sengaja Elvan terbangun dari tidur, "Kamu kenapa? Susah tidur?" tanya Elvan dengan suara se
Hari ini Andrew sedang tidak ada di tempat, ia mendapatkan pekerjaan keluar kota dua hari ini. Hingga Elvan yang menghandle semua pekerjaan yang ada di kantor dan yang biasa dikerjakan oleh Andrew.Aya saat ini dalam kondisi yang sehat di usia kandungannya yang sudah menginjak 11 minggu. Meski belum besar, tapi perutnya sudah sedikit terlihat membuncit. Dan Elvan sangat senang dengan kondisi istrinya tersebut, meski Aya masih mengalami morning sickness dan juga ngidamnya tapi untung saja ngidamnya Aya tidak terlalu ektrim seperti Mamih-nya.Tiba-tiba saja Sissy menghubungi line teleponnya dan mengatakan jika wanita yang satu bulan yang lalu datang kembali dan mengatakan sudah membuat janji. Mengatasnamakan Soraya Dewangga untuk menemui Elvan.‘Ck! Dia masih tidak menyerah untuk menemuiku rupanya…’ decak Elvan dalam hati.Elvan tadinya hendak menolaknya, hanya saja ia penasaran dengan maksud wanita itu datang ke kantornya beberapa kali dan ingin menemuinya. Hingga Elvan memutuskan untu
Sekitar jam 5 sore, Elvan sudah sampai di rumah kediaman orang tuanya. Ia memutuskan tidak kembali ke kantor setelah meeting dengan salah satu rekan bisnisnya. Saat ia akan menuju lantai atas di mana kamarnya berada, Elvan melihat ibunya dari kejauhan yang sedang duduk di kursi yang ada di pinggir kolam dan taman belakang. Elvan mengurungkan niatnya untuk naik dan menghampiri ibunya yang rupanya tampak sedang berkutat dengan ponselnya, sesekali tampak terkikik geli. Elvan tak bisa menebak apa yang sedang ibunya baca atau lihat di ponselnya.“Mihhh….” sapa Elvan.“Ehh kamu udah pulang rupanya…” sahut Soraya yang langsung menoleh pada Elvan.Elvan mengangguk, “Aya mana?” tanya Elvan.“Di kamar. Tadi sekitar jam 3, Mamih suruh dia istirahat setelah mantau cafenya,” jelas Soraya.“Ohhh….” gumam Elvan, kemudian ia duduk di kursi yang kosong.“Ada apa?” tanya Soraya melihat gelagat aneh dari anaknya. “Elvan mau ngomong, mumpung Aya gak ada,” ujar Elvan.Kening Soraya berkerut, “Ada apa? T
Beberapa hari berlalu, dan Elvan masih melihat Andrew yang sesekali masih termenung.“Lu masih belum hubungi Metta?” tanya Elvan.Andrew menggeleng, “Udah sih tapi seperti yang sudah-sudah, gak dibaca.”“Samperin dia udah?” tanya Elvan lagi.Andrew menggeleng, “Gue gak mau bikin dia makin kesel sama gue kalau tiba-tiba dateng gitu aja.”Elvan tampak berpikir, “Iya sih…”“Metta masih muda, pasti dia agak sedikit keras kepala. Dan Lu harusnya udah bisa berpikir dewasa, Ndrew.”“Maksud Lu?” tanya Andrew.“Gue tau emang Lu gak salah sepenuhnya karena niat Lu juga baik. Dan gue bisa liat kalau Lu emang nyesel… Tapi emang Lu harus samperin dia dan minta maaf lagi,” ujar Elvan.“Kalian emang harus ketemu, tapi usahain kaya yang gak sengaja gitu…” lanjur Elvan.“Nahhh itu yang susah, karena gue takutnya Metta mikirnya gue nguntit dia,” ujar Andrew.Elvan mengangguk. Kemudian ia tampak berpikir. Tak lama kemudian Elvan ingat dengan rencana Mamih Soraya tempo hari yang sempat Mamih bicarakan.“
“Jawabannya cuma satu kalau Lu masih ngerasa kaya ada yang hilang dan pengennya selalu ketemu dia...” ujar Elvan tak lama kemudian.Andrew yang sejak tadi menatap Elvan kemudian mengerutkan keningnya, “Apa?” tanyanya dengan suara yang masih lirih."Gue akan jawab panjang lebar dan jangan Lu potong dulu, tapi tolong Lu simak baik-baik, oke?!"Andrew mengangguk.“Tanyakan pada dirimu sendiri, coba masuki hatimu yang paling dalam. Gue yakin selama Lu deket dengan cewek-cewek Lu selama ini, Lu tuh gak pernah pake hati atau perasaan sama mereka. Lu selalu mengedepankan dan memanjakan pandangan mata Lu yang di hibur oleh kecantikan mereka, dan nafsu Lu yang besar,” ujar Elvan.“Mata Lu di hibur oleh visual mereka yang menarik, hingga akhirnya Lu tertarik dan di sambungkan sama nafsu Lu. Lu gak pernah menyukai mereka dengan hati dan pikiran Lu. Jadi saat mereka pergi dari hidup Lu gak akan ada rasa kehilangan yang bakal Lu rasain, beda dengan sekarang. Mungkin Lu gak pernah mencoba untuk pak
“Astagaaaa!! Gila Lu yaaa!!” decak Elvan tak percaya.“Dengerin dulu! Kan gue udah bilang kalau gue ada alesan kenapa lakuin itu! Situasinya sangat memaksa. Tuh cowok gak percaya banget kalo Metta itu cewek normal meski gue udah rangkul pinggangnya. Dia dendam banget karena ditolak Metta dan gagal nglecehin. Jadi menurut gue, dia gak akan berhenti dan pasti akan bikin susah Metta di kemudian hari. Cowok itu ngomong sendiri, kalo dia gak bisa dapetin Metta, yang lainnya juga gak akan bisa. Jadi spontan gue nyium bibirnya di depan dua orang itu untuk mentahin prasangka buruknya," jelas Andrew.Elvan terdiam dan berusaha membayangkan situasi yang terjadi saat itu.Rasanya sangat sulit bagi Elvan, mengingat posisi Andrew saat itu sama saja dengan dirinya dan Aya di saat Aya sedang di sudutkan oleh Andre dan Shella dulu di pesta, hingga ia langsung mengatakan jika Aya adalah calon istrinya. Hanya saja yang menjadi perbedaan adalah saat itu Aya memang calon istrinya sungguhan. Sedangkan And
Sejak pagi Elvan mengamati Andrew, memang menurutnya Andrew sedikit berubah. Tapi ia belum tahu apakah perubahan dalam diri Andrew ini berhubungan dengan Metta atau tidak. Tapi melihat hubungannya dengan Metta sedikit aneh, serta tindakan sikap mereka berdua semakin menguatkan pada tebakannya.Siang ini Andrew masuk ke dalam ruangannya untuk memberikan berkas pada Elvan.“Mau makan di mana ntar?” tanya Andrew seraya menunggu berkas yang sedang di periksa dan akan ditanda tangani oleh Elvan. “Di sini aja lah, lagi males keluar. Kayanya panas banget,” ujar Elvan. “Emang Lu mau keluar?” tanya Elvan kemudian.“Tadinya sih, cuma kaya emang panas banget, jadi males lah…” balas Andrew.“Makan sini ajalah, Lu pesenin ya, biasa. Gue bayarin lah…” ujar Elvan.“Beneran nih?” tanya Andrew.Elvan mengangguk.“Awas ya, udah ini Lu malah mau balik cepet-cepet! Nggak kan?” desis Andrew seraya menatap tajam pada Elvan.“Gak lahh. Kerjaan banyak gini gue gak mungkin balik cepet-cepet!” seru Elvan.“Ya
“Wahhh… cantiknyaa….” puji Hilda pada putrinya--Metta. Metta tampak begitu cantik dengan dress potongan sederhana, namun menojolkan bentuk tubuhnya yang bagus. Riasan wajahnya punt tidak terlalu berlebihan, begitu juga dengan rambut pendek Metta yang dibiarkan tergerai, di tata dengan sangat simple namun terlihat rapi.“Ma, gak bisa pake celana aja gitu?” tanya Metta.“Duhh… gak bisa dong, ini kan acara resmi, kamu kan dampingi Papa gantiin Mama, kalau Mama sehat sih Mama yang pergi.” Hilda masih memperhatikan penampilan putrinya yang terlihat begitu cantik.Metta mendengus. “Kamu ini perempuan sayang, meski kamu emang tomboy, kamu juga harus bisa berpenampilan seperti ini sesekali. Gimana kalau kamu nanti dapat pasangan kaya Papa, kamu harus loh mendampinginya ke acara seperti ini,” ujar Hilda.“Iya sih, Ma. Tapi…”“Ah jangan ada tapi-tapinya deh, pokoknya kamu tuh cantik banget kok!” ujar Hilda.Metta hanya mengangguk, dengan terpaksa dan tanpa bisa menolak lagi, Metta harus mengga
Setelah Metta bisa meredam emosinya ia kembali berkata seraya menatap Andrew lagi. Jika tidak ingat siapa Andrew, dan sudah banyak pertolongannya padanya, sudah pasti Metta akan menghajar Andrew dengan tangannya saat ini juga. Tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu terima kasih dan tidak tahu diri, jadi Metta berusaha menahan dirinya dan tetap berpikir dingin."Karena aku bukan bocil yang biasa dicium cowok gitu aja, Kak. Apalagi setelah tau, cowok yang menciumku adalah seorang player. Aku gak biasa banget kaya gitu dan gak mau di biasakan untuk hal yang seperti itu. Mencium itu seharusnya pakai hati pake perasaan, demikian juga yang terima ciumann dari kakak. Bukan sekedar rasa kepo pengen tau rasanya dicium kaya apa. Aku gak kaya Kakak. Mungkin buat Kakak itu hal yang biasa, Kakak bebas mencium siapa aja, tapi gak denganku!”Andrew terdiam mendengar perkataan Metta yang terdengar sangat serius itu.“Asal Kakak tahu, aku emang menghindari Kakak! Dan minggu lalu aku bohong soalnya da
Sudah tiga hari ini Andrew mencoba menghubungi Metta dengan mengiriminya chat, tapi Metta tak pernah membalasnya, hanya membacanya saja. Bahkan Andrew juga sempat menghubunginya melalui panggilan suara bahkan panggilan video, tapi Metta tak mengangkatnya sama sekali.“Bocil ini aneh banget sihh… Apa datang bulannya belum selesai?” gumam Andrew di dalam ruangannya.Tadinya ia ada rencana untuk makan siang di luar, karena setelah makan siang ia ada janji dengan klien dan tempatnya berdekatan dengan kampus Metta. Jadi dia mau mengajak Metta makan siang bersama jika dia ada di kampus, tapi selama tiga hari ini dan yang barusan terakhir Metta tetap tak menggubrisnya.“Ini bener-bener aneh…” gumam Andrew lagi.Ia belum bisa menemui Metta kecuali siang ini, karena besok sampai akhir pekan ini Andrew sangat sibuk. Tapi ia penasaran pada Metta yang tiba-tiba saja berubah drastis padanya.“Kalau ada waktu nanti aku temui dia deh…” ujar Andrew lagi.Andrew masih sangat penasaran mengapa Metta ja
“Ck!” Andrew tampak kesal saat ia membuka pintu mobilnya, bersamaan dengan itu, wanita yang tadi berbicara dengan Andrew pergi begitu saja meninggalkan tempat ini.“Sorry, agak lama nunggunya,” ujar Andrew begitu ia sudah kembali masuk ke dalam mobil, dan langsung memasang sabuk pengaman ke tubuhnya. Andrew juga langsung menyalakan mesin mobilnya. "Kita pergi sekarang!”“Hmm…” sahut Metta. Masih ada perasaan tak percaya dalam dirinya atas apa yang sudah di lihatnya beberapa saat yang lalu dan pengakuan dari mulut Andrew sendiri bahwa ia memiliki banyak mantan kekasih bahkan kini tangannya terasa gemetar. Metta mencoba mengeratkan genggamannya agar Andrew tidak mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya.Mobil yang Andrew kendarai mulai memasuki jalanan besar. “Kita pulang aja, Kak.” Metta tiba-tiba saja berkata.“Loh, kan kamu mau nemenin aku ke sana!” sahut Andrew.“Gak enak badan, Kak. Tiba-tiba lemes!” ujar Metta.Andrew menolehkan pandangannya pada Metta sejenak, “Mau ke rumah s
“Makanan di sini emang enak ternyata,” ujar Andrew setelah ia mencoba makanannya yang beberapa saat lalu sudah datang dan di sajikan di hadapan mereka.Metta yang duduk di hadapan Andrew mengangguk menyetujuinya. Memang makanan yang sedang di makannya pun juga terasa enak. Meski pun ia sebenarnya bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan.“Iya, Kak. Enak…” sahut Metta.Andrew tersenyum, “Eh masih sakit?” tanyanya.Metta menggeleng, “Gak kok, Kak. Udah mendingan,” bohong Metta. Karena sudah terlanjur berbohong jadi Metta harus terus melanjutkan kebohongan yang sudah terlanjur ia buat sendiri.Duduk di hadapan Andrew seperti ini sangatlah tersiksa, tapi Metta mencoba untuk mengontrol dirinya. Jadi saat menatap Andrew di usahakan dirinya tidak melihat bibir Andrew atau matanya tapi melihat ke arah keningnya saja untuk menghindari kontak mata.“Abis dari sini enaknya ke mana ya?” tanya Andrew.“Aku gak tau, Kak.”“Lumayan, tumben-tumenan aku pengen jalan-jalan kaya gini, udah lama juga ka