Pagi itu, Lian begitu semangat menikmati harinya. Setelah bangun tidur, ia langsung membersihkan tubuh, memakai pakaian kasual seperti biasanya, beribadah dan terakhir ia memakai bedak untuk mukanya dan menyemprotkan parfum bayi pada tubuhnya.
Senyumnya mengembang saat mengingat akan harinya yang baru diisi dengan bekerja di cafe milik Axel. Tidak hanya membantu melayani para pelanggan tapi juga ia bisa mendapatkan uang jika Lian dapat menyelesaikan pekerjaaannya sampai akhir bulan nanti.
Lian menuruni tangga sampai lantai bawah dan kakinya melangkah ke ruang makan untuk melihat anggota keluarganya. Ia memilih tidak ikut bergabung untuk sarapan pagi itu. Ia akan masuk kerja sekitar jam 7 pagi ini. Jadi ia hanya meminum susunya lalu pamit untuk pergi. Semua keluarganya tidak curiga sama sekali Lian akan pergi sepagi itu. Memang biasanya Lian pergi pagi. Alasannya karna ingin menjauh dari Mahesa. Namun sekarang alasan sebenarnya adalah ia ingin bekerja di res
Siang itu Lian terburu-buru memasuki kampus karna ada satu mata kuliah di jam setengah 2. Axel sudah tahu akan hal itu jadi Lian memutuskan untuk bekerja setengah hari. Padahal cafe yang baru saja ia tinggali masih ramai-ramainya oleh pengunjung tapi Lian tidak punya pilihan lain. Prioritas utamanya adalah kuliah, ia tidak mau mengabaikan kuliahnya demi pekerjaan. Memang keduanya penting tapi menurut Lian kuliahnya lah yang lebih penting karna ia ingin cepat-cepat selesai dan bisa bekerja lebih baik dari ini.Baru saja Lian ingin memasuki gedung kuliahnya, seseorang mencekal lengannya dan itu membuatnya berhenti berjalan. Ia pun melihat siapa yang telah sengaja melakukan hal itu. Rasa tangan itu seperti bukan Zia karna ukurannya lebih besar dan tenaga yang dikeluarkannya pun lebih kuat."Mahesa, lepaskan! Aku mau masuk kuliah. Aku sudah terlambat." Lian mencoba melepaskan tangannya namun tenaganya kalah dari Mahesa.Mahesa tidak mau melepasnya sampai ia ingin Li
Lian membawa segerombolan orang untuk melerai kedua laki-laki yang masih saja adu jotos dan tidak mau terpisahkan di sana. Untung saja pertolongan itu bisa melerai keduanya dan membuat mereka berhenti.Dari kedua laki-laki yang ada di depan Lian sekarang ini, Lian bingung siapa yang harus dipilih dari keduanya itu karna kedua-duanya terluka dan kedua-duanya terlihat babak belur satu sama lainya. Mereka sama-sama orang yang berarti untuk Lian.Hatinya merasa ragu akan apa yang harus Lian pilih. Namun Lian harus memberi penegasan dalam hati dan ia memilih satu dari kedua laki-laki itu, Lian memilih untuk menolong Axel. Lian menghampiri Axel dan Lian merangkul Axel untuk menjauh dari sana untuk diobati.Mahesa yang melihat Lian malah menghampiri Axel ketimbang dirinya merasa tidak terima, Mahesa berteriak pada Lian dan Axel."Kenapa kamu malah memilih dia dibanding aku, aku juga terluka Lian," teriak Mahesa dengan kencang yang membuat Lian mengabaikann
Hari itu Lian ingat betul, itu adalah hari sabtu, hari libur yang selalu Lian tunggu-tunggu setiap harinya dimana Lian bisa bersantai dan tidak ada lagi yang menganggu kegiatannya.Dan pagi itu juga adalah pagi yang bersinar cerah dimana Lian dan keluarga sedang makan bersama dalam diam sampai sebuah ketukan pintu terdengar di luar rumah.Mendadak Lian berhenti makan karna ingin mendengar dengan seksama apa benar ada yang mengetuk pintu rumah mereka pagi ini. Ternyata pendengarannya tidak salah, memang benar kalau ada tamu yang datang pagi-pagi begini. Lian menduga tamu yang mengetuk itu siapa lagi kalau bukan Mahesa karna kemarin ia tahu kalau Mahesa kesal Lian memilih Axel ketimbang dirinya"Lian tolong kamu bukakan pintunya," perintah Mama pada Lian.Lian langsung berhenti makan dan berdiri melangkah ke pintu untuk melihat siapakah yang datang mengetuk pintu. Biasanya Mahesa akan bicara setelah beberapa kali ketukan kenapa ia tidak mengatakan apa
Suasana ruang tamu itu terlihat begitu mencekam karna sekarang semua anggota keluarga sudah duduk di sova dan kami sedang membicarakan hal serius. Apalagi kalau bukan keingianan Alex yang tiba-tiba saja ingin menikah sama Lian. Jelas saja itu merupakan suatu kejutan di hari sabtu pagi yang membuat terkejut bagi semua orang. Sepengetahuan semua keluarga, Alex baru mendatangi rumah Lian sekali tapi kenapa ia langsung memutuskan untuk menikah sama Lian. Apa yang mendasari keinginannya itu dan itu menjadi tanda tanya besar bagi kedua orangtua Lian. Mereka tidak akan setuju kalau Alex hanya main-main saja. Mereka tidak akan memberi restu apalagi mereka tahu bahwa anak pertama mereka ini masih kuliah dan belum selesai."Jadi kamu itu mau menikahi anak saya?" tanya Papa begitu kami sudah menyelesaikan sarapan kami pagi itu dan Alex meminta untuk berbicara pada semua anggota keluarga."Benar itu Om, saya akan menikahi Lian karna saya mencintai anak Om ini sejak pertama kali sa
Hari-hari Lian bisa dibilang berubah karna ada seseorang yang baru hadir di dalam hidupnya. Lian mulai beradaptasi. Memang tidak sepenuhnya ia bisa berubah total karna menyadari seseorang yang baru saja datang dan mencoba mendekati. Itu tidak bisa mengubah pikirannya menjadi seseorang yang bahagia karna sekarang status mereka berubah menjadi pasangan dan lagi keluarganya juga mengetahui bahwa ia mempunyai seorang laki-laki yang akan mempertaruhkan hidupnya untuk Lian. Tidak hanya sementara tapi selamanya. Karna Axel telah memberitahu bahwa dengan segenap hati berjanji untuk membina hubungan bersama dengan Lian.Namun di sisi Lian sendiri, Lian belum mengenal betul tentang sosok Axel itu seperti apa. Pertemuan pertama mereka waktu di kampus itu hanya sebatas tahu saja, acuh dan mengerti akan karakter Axel yang ramah dan suka bercanda. Hanya itu. Selebihnya Lian tidak tahu apa-apa sama sekali tentang sosok Axel sendiri.Lian kira Axel adalah orang yang tidak akan t
Lian mengangkat kepalanya ketika Axel datang dan membawakan dua botol minuman di tangannya. Ia tersenyum sebelum memberi botol minuman itu padanya dan Lian membalas dengan memberikan ucapan terima kasih.Lian saat ini sedang duduk di teras rumah orangtua Axel. Axel sendiri sudah punya tempat tinggal, Axel tidak tinggal bersama kedua orangtuanya, Axel memilih untuk tinggal sendiri di rumahnya di kawasan kelapa gading.Lian tidak menyangka kalau keinginan Axel untuk pergi pagi itu adalah pergi ke rumah kedua orangtuanya. Lian kira, Axel akan mengajaknya pergi ke suatu tempat atau ke cafenya. Tapi yang tidak di sangka malah Axel memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah kedua orangtuanya.Pertemuan itu terasa canggung bagi Lian. Bagaimana mungkin Axel begitu mendadak mengabarinya setelah sampai di depan rumah kedua orangtuanya. Begitu sampai Lian malah di sungguhi pemandangan horor, yang benar saja, bagaimana mungkin bisa Lian bertemu tanpa ada persi
Aku turun dari atas gedung kampus melalui tangga. Namun, saat aku berbelok mau ke ruang dosen. Seseorang mencegatku di lorong. Dengan tiba-tibanya dia berdiri di sana membuatku ingin menjerit. "Ada apa lagi? Aku sedang sibuk. Aku tidak bisa bertemu denganmu saat ini." Dia mengunyah permen karetnya dengan suara berisik. "Peduli amat kamu mau kemana. Sekarang temenin aku." Mahesa menarikku dari sana dan aku langsung menghempaskan tangannya. "Aku nggak bisa. Kamu tau kan kata-kata itu. Butuh di perjelas? Hah!" Mahesa memperlihatkan seringainya di sela-sela dia mengunyah permen itu. Sikapnya yang tidak sopan membuatku berang. Aku marah pada laki-laki ini. Dengan tak tau dirinya dia menarikku seakan aku dan dia masih mempunyai hubungan padahal tidak sama sekali. "kamu makin ketus makin cantik aja ya." "Nggak peduli kamu mau ngomong apa. Sekarang aku lagi sibuk. Aku nggak bisa lama-lama di sini
Aku berjalan keluar kelas setelah menyelesaikan kuliahku hari ini. Perutku berbunyi. Aku merasa lapar setelah seharian aku berpikir. Tapi aku merasa tidak mood untuk makan ke kantin. Semua itu karna ulah dari Mahesa.Aku keluar dari kelas baru berjalan sebentar namun terhenti karna Zia memegang tangan Lian. Ia terlihat cantik dengan menggunakan gaun selutut berwarna hitam dengan rambut berwarna coklat tergerai indah. Ia menampilkan senyumnya yang anggun mengarah padaku. "Wajah kamu kelihatan pucat dan kamu seperti ada sesuatu yang menganggu. Ayo ikut sama aku, kamu harus cerita, aku nggak mau kamu sembunyiin cerita mengerikan di belakang aku. Kamu tahu kan aku ini teman terbaik di dunia yang ngerti kamu, kamu teman baik aku. Jadi pas lihat kamu seperti mumi begitu, aku harus bertindak. Ayo kita ke kantin dan cerita apa yang terjadi."Lian mendecak. "Nggak ada apa-apa, kamu salah paham. Aku kelihatan pucat karna perutku seperti mau datang bulan."
Pernikahan yang telah di tunggu-tunggu itu pun akhirnya terjadi dan terlaksana. Setelah sekian lama kami merajut suatu hubungan, kami memutuskan untuk melanjutkan kepada hubungan serius apalagi kalau bukan menikah.Tentu saja semua yang terjadi membuatku bahagia. Tidak ada rasa sedih sama sekali. Aku bahagia. Ku pikir yang tadinya aku merasa ragu dengan kenyataan. Nyatanya tidak begitu. Pertanyaan demi pertanyaan masuk ke dalam hati. Haruskah aku menikah dengan Alex. Apakah bisa aku menjalaninya bersama dia? Apakah hubungan kami akan baik-baik saja nantinya? Apakah kami akan bersama tanpa ada permasalahan yang timbul. Semua pertanyaan itu selalu saja ada selama waktu menunggu pernikahan itu terjadi.Tapi segera aku tepis ketika Alex dengan lantangnya mengucapkan janjinya pada penghulu. Memberikanku keyakinan kalau dia memang yang terbaik untukku.Dengan sorot mata tegas dia berikrar akan menjalani pernikahan bersamaku. Detik itu juga ada rasa lega da
Setelah taksi itu berhenti tepat di depan rumah Mahesa. Raisa dengan semangat turun dari taksi lalu melangkah masuk ke dalam rumah Mahesa. Pintu gerbang tak di kunci jadi dia langsung masuk dan mengentuk pintu depannya. Raisa menunggu dengan sabar sampai sepuluh menit kemudian Mahesa membuka pintu dengan penampilan yang sudah terlihat rapi. Pakaian yang biasa di pakai tidak seperti ini. Sekarang dia sudah menggunakan jaket yang menutupi tubuh atletisnya."Kak aku datang untuk menemuimu dan juga aku ingin kita pergi bersama. Aku sudah membuatkan bekal untuk kita berdua. Kita akan berpiknik dan mengunjungi satu tempat. Gimana? Kak Mahesa nggak sibuk kan? Ayolah kita pergi, lihat di luar sana. Hari ini terlihat begitu cerah jadi kita jangan membuang-buang waktu tanpa berpergian.""Hm ... aku tidak bisa. Aku harus melakukan sesuatu hari ini dan ... masuklah dulu, kita sebaiknya bicara di dalam. Aku akan memberitahu sesuatu untukmu."Raisa menelan salivanya karna uca
Raisa menatap penampilannya yang sudah rapi itu pada sebuah kaca yang di letakkan tak jauh dari tempat tidurnya. Dia mengamati penampilannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar dari kamarnya.Sebelumnya dia merasa frustasi dengan gaun apa yang dirasa cocok untuk dia gunakan. Dia sudah berkali-kali memakai gaun yang dinilainya sempurna untuk bertemu seseorang tapi setelah dipakai kenyataannya tak terlihat cocok untuk dia pakai. Raisa menggerutu karna rasanya tak ada gaun yang menarik minatnya. Tapi saat melihat salah satu gaun tersisa yang belum dia coba, Raisa mencobanya dan sangat pas untuk tubuhnya. Akhirnya pilihan terakhir adalah gaun yang dia pakai ini. Bermotif bunga kecil berwarna kuning cerah.Merasa sudah baik semua, Raisa mengambil tas slempangnya dan keluar dari kamar. Langkahnya menuju ke dapur dimana dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk Mahesa. Sesuatu yang akan membuatnya melupakan perasaannya pada Lian.Setelah Raisa tahu kalau Alex t
Lian membuka mata dan langsung menatap langit-langit kamar yang tak pernah berubah sedikit pun. Rasa pusing menyerang kepalanya. Namun dia abaikan. Semua itu penyebabnya adalah rasa lelah yang dia derita dan airmata yang ia tumpahkan sejak semalam. Pertemuannya dengan Mahesa menyisakan sebuah pertanyaan dan duka yang masih ada, dia tidak bisa menjawabnya tapi rasanya ia yakin kalau memang itu yang terbaik untuk mereka berdua.Tatapan terakhir dari sorot matanya itu mengisyaratkan betapa dia sangat mencintainya. Sungguh, hatiku berkata demikian. Tak mungkin kalau hanya sekedarnya saja dan bodohnya lagi, sentuhan yang diberi olehnya juga tak bisa membuat tubuhku menolak sedikit pun. Sangat memalukan. Jelas-jelas aku menerimanya dan tak berdusta ketika aku juga menginginkan hal yang sama.Tapi lagi-lagi aku berpikir, aku tak mau jatuh ke titik yang sama seperti dulu meskipun dengan satu alasan yang sama, Mahesa mencintaiku, aku tidak berbalik arah.Aku
Malam itu Raisa ingin memberi kejutan pada Mahesa. Dia sudah membuat sebuah coklat spesial untuknya. Mahesa pasti suka dengan coklat buatannya. Dulu dia bilang rasa coklat yang Raisa buat tergolong unik dan enak. Mahesa menyukainya dan sekarang Raisa akan memberinya lagi untuknya dengan tujuan supaya dia bisa lebih dekat dengan laki-laki itu.Raisa tak sabar ingin mengetahui bagaimana reaksinya saat Raisa membawakan coklat ini untuknya. Raisa tersenyum begitu mengingat wajah Mahesa yang tampak terkejut mengetahui Raisa yang begitu perhatian.Taksi pun berhenti di depan rumah Mahesa dan tanpa ragu kakinya melangkah mendekati rumah Mahesa membuka pintu gerbang yang tidak terkunci lalu mengetuk pelan pintu depan rumahnya.Tak lama kemudian pintu itu pun terbuka dengan penampilan Mahesa yang sedikit berantakan. Raisa mengernyit memandang laki-laki itu yang tidak rapi seperti biasanya. Namun berbeda dengan Mahesa. Dia malah tampak terkejut mendapati Raisa berdiri di
Merasa istirahatku sudah cukup, aku pun membuka mata dan merenggangkan tanganku. Setelah tidur panjang dan meminum obat yang di beri Lian, pusingku sudah menghilang. Aku melihat ke sekeliling dan sempat merasa tak sadar aku dimana. Kini aku mendapati aku berada di dalam kosong dan tak berpenghuni.Aku beranjak ke kamar mandi untuk membasuh mukaku lalu keluar untuk mengganti pakaianku yang terasa lembab dan sudah berbau keringat. Pendingin ruangan yang menyala tidak membuat suhu tubuhku menjadi dingin malah membuatku berkeringat. Mungkin efek dari aku meminum obat itu yang membuat aku merasakan sedikit lebih berkeringat.Kakiku melangkah keluar dan mencari dimana keberadaan Lian. Dia berjanji menungguku dan ku pastikan dia masih berada di rumah ini.Ternyata Lian sedang memasak sesuatu di dapur. Baunya harum dan sepertinya dia lumayan jago memasak. Mahesa berdeham dan Lian pun menoleh untuk melihat. Mahesa berdiri di depan pintu su
"Aku tahu kamu semalam sama siapa Mahesa."Lian pagi itu datang ke rumah Mahesa dengan sengaja karna dia tahu harus melakukan sesuatu. Lian butuh penjelasan dan Mahesa harus memberitahunya kalau tidak dia harus melakukan sesuatu menekannya agar menjauh dari hidup mereka."Masuk!" Mahesa berucap tegas dan memerintah. Mahesa menyingkir memberi jalan untuk Lian masuk ke dalamnya."Aku tidak mau berlama-lama di sini Mahesa. Aku harus kerja dan aku butuh penjelasanmu sekarang. Aku tidak mau berbohong jawablah jujur dan aku segera pergi.""Aku salah apalagi?""Kamu yang mengantar Raisa tadi malam? Mama khawatir saat tahu Raisa tidak ada di rumah tadi malam. Dia meneleponku dan menanyakan apakah Raisa ada di tempatku atau tidak dan jawabannya siapa lagi kalau bukan ada di rumahmu. Kamu menyuruhnya untuk ke rumahmu? Malam-malam begitu?""Duduk lah aku sedang pusing terlalu banyak alkohol yang ku minum semalam."Lian tetap berdiri di san
Aku merasa sedang bermimpi saat ini. Sesuatu yang mustahil aku lakukan dan itu demi satu nama Mahesa. Ya karna dia aku berada di sini. Di suatu club yang tidak pernah aku injak dimana pun itu.Suara alunan musik terdengar begitu keras dari luar dan itu membuat telinga yang tidak terbiasa mendengar suara musik ini ingin menutup telinga namun rasanya sangat bodoh, orang lain terbiasa lalu mengapa aku harus menutup telinga demi semua itu. Aku biarkan semua itu dan bersikap sewajarnya.Seperti dugaanku tidak hanya musik yang mengalun begitu keras aroma pekat dari alkohol bercampur dengan nikotin tercium ke dalam indera penciumanku."Oh yang benar saja, aku tak menyukai bau ini, mengapa dia membiarkanku masuk dan mencium aroma ini," gerutuku dalam hati.Mahesa meneleponku dan aku terpaksa menemuinya karna ku tahu dari suaranya dia terdengar sangat membutuhkanku. Nekat aku pun datang ke sini untuk mencarinya.Begitu berada di dalam aku
Bugg ...Satu pukulan mengenai mata Mahesa, Alex ingin memukulnya kembali namun langsung di tangkis oleh Mahesa. Mahesa waspada dan tak lupa menahan diri agar tak tersulut emosi. Tadinya dia tidak tahu kalau Alex akan memukulnya. Setelah pukulan menyentuh wajahnya baru dia sadar kalau dia dalam bahaya.Mahesa menyeringai, memandang satu arah dimana lawannya saat ini sedang berdiri tegak memandang sengit ke arahnya.Mahesa memang tak belajar beladiri tapi dia tahu harus bertindak bagaimana saat ini. Mengalah tak akan pernah membuat lawannya tahu kalau yang sebenarnya dari satu pukulan itu tidak akan baik untuk ke depannya. Memukul memang tidak sulit tapi tak kan bisa menyelesaikan masalah. Itu yang sebenarnya dia inginkan untuk Alex sendiri. Kalau dia suka memukul pasti ke depannya juga sikapnya tak jauh berbeda. Bagaimana dengan Lian nantinya kalau mereka bersama?Mahesa mengusap hidungnya dengan cepat lalu memasang kuda-kuda dan segera