Share

Bab 2

Penulis: Ayyu S
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-01 05:15:00

Setelah 16 jam 20 menit, Grace dan Gabby akhirnya sampai di kota tujuan dengan selamat. Punggungnya terasa kaku, pun pantatnya yang hampir mati rasa. Ia tidak suka melakukan perjalanan yang terlalu jauh meski itu menggunakan pesawat.

Sementara Gabby memasukkan koper ke dalam bagasi, ia memilih membuka kacamata hitamnya, mengamati lalu lalang orang. Langit yang biru cerah itu ia pandangi cukup lama. Sudah lama ia tidak datang ke Ibukota. Setidaknya nyaris 10 tahun. Selama itu ia hanya kembali jika ada urusan penting, itupun tidak pernah lama. Seringkali orang tuanya yang pergi ke London dan menginap hingga berbulan-bulan.

Ada rasa aneh, mengingat ini adalah awal baru untuk menetap di Indonesia. Tidak hanya sekedar berkunjung terlebih berlibur. Ia akan menetap lama sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

"Yuk!"

Suara Gabby membuyarkan pandangannya, lalu menoleh ke pemilik suara.

"Kenapa? Memberi salam pada kehidupan mu yang sebenarnya?"

Gabby terkekeh sebelum memutuskan untuk memasuki mobil jemputan lebih dulu. Ia pun sudah sama lelahnya dan segera ingin pulang untuk bertemu kedua orang tuanya.

"Aku malas saat tahu kebebasan ku akan hilang."

"Kebebasan adalah milikmu sendiri, untuk apa takut?"

Ia menghela napas, malas untuk membicarakan hal yang sudah jelas Gabby tahu alasannya. Ia tidak suka tinggal dengan kedua orang tuanya. Tinggal di London adalah kebebasan untuknya, walaupun tidak sepenuhnya sebab ada Elle yang juga tinggal bersama untuk menyelesaikan sekolah musiknya sekaligus meniti karir.

Ia akui Elle wanita yang cerdas sekaligus berbakat dalam bidang musik. Cita-citanya sebagai pianis terkenal tidak hanya bunga di mulut, namun sepupunya itu benar-benar membuktikannya dengan kerja keras. Dan sampailah pada konser perdana yang sebentar lagi laksanakan. Semua orang memuji Elle sebagai wanita yang berbakat, namun baginya permainan Elle biasa saja.

"Wow, Elle benar-benar akan melangsungkan konsernya awal bulan depan."

Gabby menggumam sambil memperhatikan isi ponselnya. Ia hanya menoleh sejenak. Seakan tahu, Gabby menyodorkan ponselnya. Menunjukkan sebuah undangan yang dikirim via online oleh Elle.

"Lihatlah!"

Seperti biasa, Grace memutar bola matanya malas. Pemandangan di luar lebih indah untuk diperhatikan daripada isi undangan yang diperlihatkan Gabby.

"Kau tidak ingin memberikan tanggapan?"

"Aku tidak ada sangkut pautnya dengan dia, jadi jangan sekali-sekali membahas konsernya di depanku."

Kembali ke Indonesia membuat kebenciannya pada Elle semakin membludak. Ia tidak suka mendengar seseorang memuji orang lain depan mata kepalanya sendiri. Telinganya terasa ingin terbakar.

"Itu hanya akan terjadi dalam imajinasi mu, dalam dunia nyata kalian sepupu, bahkan Elle sudah dianggap putri kandung oleh kedua orang tuamu, dan lebih parahnya kalian tinggal satu atap. Kau kira bisa menghindar dari bahasan tentang Elle?"

"Setidaknya dirimu tidak membahasnya."

"Oke baiklah, aku minta maaf."

Gabby membuat gerakan seolah mengunci mulutnya. Sejak itu, mereka saling terdiam dengan kemelut pikiran masing-masing. Setelah satu setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah orang tua Grace.

Tanpa disuruh, Gabby membantu Grace mengeluarkan barang-barangnya dan memindahkannya ke dalam rumah karena itu memang sudah menjadi salah satu tugasnya.

"Dimana kotak kacaku?"

"Tenang, ada di dalam koper merah."

Seorang wanita paruh baya dengan daster batik keluar membantu mereka. Sepertinya pembantu baru, sebab Grace belum pernah melihatnya. Sementara Gabby bercakap-cakap dengan pembantu itu, Grace nyelonong masuk. Ia amati rumahnya yang sudah lama ia tinggalkan. Walaupun dulu ia tidak tinggal terlalu lama di rumah ini, namun ia masih ingat jelas setiap pojok rumah ini. Tidak banyak perubahan meski beberapa furnitur sudah diganti dengan model terbaru.

Di dinding sepanjang menuju ruang tengah terdapat foto keluarga mereka. Foto cukup lama, terlihat dari tampilan dirinya yang masih remaja. Bibirnya tersenyum kecil. Deretan foto itu berakhir pada sebuah nakas yang menunjukkan foto-foto lain dari keluarga mereka. Senyumnya luntur tatkala tak sengaja melihat foto Elle di sana. Dengan gerakan asal, ia menutup foto itu. Ia tidak suka ada Elle di antara keluarganya meski itu hanya foto. Untunglah ia masih dapat mengontrol dirinya, jika tidak, ia pasti sudah membanting foto itu ke lantai hingga hancur berkeping-keping.

"Ada lagi yang kau butuhkan?"

Gabby menghampirinya yang sudah sampai di ruang tengah. Ia memperhatikan pembantu rumah yang belum ia ketahui namanya itu tengah mengusung koper-kopernya ke dalam salah satu kamar di lantai atas. Ia tidak hanya memperhatikan, melainkan menunggu sapaan.

"Apa dia tidak tahu aku juga putri pemilik rumah ini?"

Gabby terkekeh seraya mengedikkan bahunya. "Mungkin wajahmu terlalu menakutkan, jadi dia tidak berani menyapamu."

"Sudahlah, kau bisa pulang. Aku ingin istirahat."

"Oke, sampai jumpa lusa. Jangan hubungi aku besok, mengerti?!"

Gabby paling tidak suka jika waktunya libur diganggu oleh Grace. Saking tidak mau diganggunya, terkadang wanita itu menonaktifkan ponselnya. Baginya, libur adalah libur.

Saat pembantu rumah itu melintas, dengan wajah songong, Grace bertanya. "Dimana Mama dan Papa?"

"Bapak dan Ibu ada acara di luar, sepertinya akan pulang sedikit malam."

Grace terlalu gengsi untuk bertanya nama orang yang sedang ia ajak bicara. Sementara pembantu tengah menyiapkan kamarnya, Grace memilih untuk istirahat sejenak di rumah tengah sambil menyalakan televisi.

"Ini adalah momen yang sudah sangat kami tunggu, seperti yang kita tahu daftar tunggu untuk menunggu mereka ini sangat panjang."

"Itu juga Lika, yang membuat kehadiran dari Railways FC ini sangat dinantikan oleh semua orang, khususnya para penonton setia suka-suka talk show."

šŸ’µšŸ’µšŸ’µ

"Ini adalah momen yang sudah sangat kami tunggu, seperti yang kita tahu daftar tunggu untuk menunggu mereka ini sangat panjang." ucap Alika, salah satu pembawa acara Suka-Suka talk show.

"Itu juga Lika, yang membuat kehadiran dari Railways FC ini sangat dinantikan oleh semua orang, khususnya para penonton setia Suka-Suka talk show."

Railways FC adalah sebuah klub sepak bola yang akhir-akhir ini trending karena berhasil memenangkan kompetisi di Liga 1. Yaitu, liga sepakbola profesional level tertinggi di sistem liga. Oleh karena itu, meski Suka-Suka talk show bukan talk show khusu olahraga, namun mereka tetap ingin mengundang sebagian pemain dari Railways FC, untuk menaikkan rating and share acara mereka.

"Selanjutnya, kami ingin bertanya kepada Andrew Kanigara yang berperan sebagai penyerang sekaligus kapten dalam Railways."

"Namanya sangat meroket akhir-akhir ini, sampai-sampai di berbagai media sosial namanya trending satu."

"Iya betul, dari aksinya di lapangan, bahkan kehidupan pribadinya. Semua orang, terutama kaum hawa. Alih-alih prestasi, mereka sangat penasaran tentang kehidupan pribadi seorang Andrew Kanigara."

Andrew Kanigara, atau yang biasanya disapa Drew itu hanya tersenyum menanggapi kedua pembawa acara. Sudah menjadi rahasia umum, Drew sangat digilai oleh para perempuan. Semua berbondong-bondong menyukai sepak bola karena ingin melihat pesona Drew.

Pria bertubuh tegap dengan tinggi 187  cm itu memiliki tubuh atletis, kulitnya yang cenderung sawo matang membuat Drew terlihat lebih maco. Alisnya yang tebal, rahangnya yang tegas, juga mata tajam, semua hal yang ada pada diri Drew menambah daya tarik.

"Kami sangat penasaran, apakah seorang Drew memiliki kekasih hati."

"Tidak." jawab Drew singkat dengan senyum yang mengembang.

"Bagaimana bisa?" pembawa acara sulit mempercayai jawaban Drew. Dengan segala pesonanya, pasti sangat mudah untuk Drew memiliki seorang kekasih. Tanpa harus mencari, pasti banyak yang mengantre.

"Oke, girls ini kesempatan bagi kalian." ucap Dimas, salah satu pembawa acara, kepada penonton. Ucapan Dimas membawa gelak pada seluruh penghuni studio.

"Drew, setelah ini tidak perlu repot mencari, tinggal tunjuk pasti banyak yang mau."

"Kalau Drew memiliki kekasih, hari itu pasti akan menjadi hari patah hati nasional." celetuk Alika.

"Ngomong-ngomong soal patah hati, apa Drew juga pernah merasakan patah hati?"

"Tentu, pernah."

Jawaban Drew membuat terkejut semua orang, kecuali teman satu timnya yang sudah pernah mendengar ceritanya.

"Saya kira itu hanya gosip. Jadi begini, beberapa waktu lalu tersebar berita di sebuah akun media sosial yang menyebutkan bahwa, Drew pernah ditolak seseorang karena orang tua Drew adalah seorang petani. Mungkin ini sekalian dapat digunakan untuk mengklarifikasi berita tersebut, apakah hoax atau nyata. Sebab kemarin-kemarin juga lumayan menggemparkan, banyak orang yang tidak percaya."

"Benar, saya memang pernah ditolak karena berasal dari keluarga petani, namun justru hal itu yang memotivasi saya hingga sampai dititik ini, sekarang."

Jawaban Drew membuat kagum banyak orang. Terkadang motivasi datang dari patah hati, seperti Drew.

"Kalau boleh tau siapa perempuan yang berani menolak seorang Drew itu?"

"Dia.. "

TBC..

Bagaimana episode 2 menurut kalian?

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian disini!

Bab terkait

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 3

    "Saya kira itu hanya gosip. Jadi begini, beberapa waktu lalu tersebar berita di sebuah akun media sosial yang menyebutkan bahwa, Drew pernah ditolak seseorang karena orang tua Drew adalah seorang petani. Mungkin ini sekalian dapat digunakan untuk mengklarifikasi berita tersebut, apakah hoax atau nyata. Sebab kemarin-kemarin juga lumayan menggemparkan, banyak orang yang tidak percaya.""Benar, saya memang pernah ditolak karena berasal dari keluarga petani, namun justru hal itu yang memotivasi saya hingga sampai dititik ini, sekarang."Jawaban Drew membuat kagum banyak orang. Terkadang motivasi datang dari patah hati, seperti Drew."Kalau boleh tau siapa perempuan yang berani menolak seorang Drew itu?""Dia hanya seseorang yang tidak penting. Cinta monyet yang sudah terlupakan sejak lama."&

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 4

    7 hari telah berlalu, sudah saatnya Grace kembali bekerja. Uang tidak akan datang dengan sendirinya. Demi kehidupan mewah yang ia jalani, ia harus bekerja keras, mengumpulkan pundi-pundi uang.Beberapa waktu lalu, sebelum kepulangannya ke Indonesia, Grace dihubungi oleh salah satu desainer ternama untuk ikut serta dalam Java's Fashion Week. Tentu saja ia langsung setuju tanpa pikir panjang. Ia sangat pandai dalam melihat peluang.Desainer itu adalah Ananta Lazuardi, desainer muda yang berhasil merambah pasar Asia sejak 3 tahun yang lalu. Beberapa kali ia memesan gaun musim semi darinya, sehingga ia cukup mengenal Ananta Lazuardi. Ini salah satu bukti bahwa koneksi sangat penting dalam dunia karir."Grace, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama." sapa Ananta dengan begitu akrab."Baru 5 bulan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 5

    "Ada apa?"Gabby mengikuti arah pandang Grace yang tertuju ke pintu masuk. Ia melihat seorang pria yang tak asing. Rasanya ia pernah melihat pria itu di suatu tempat.Pria itu tersenyum ramah ke arah pegawai yang menyambut di pintu masuk. Garis bibirnya tertarik ke atas begitu manis. Tak lama dari itu, seorang pria lain masuk dan merangkul pria pertama.Pria yang memiliki senyuman manis itu menoleh ke arah Grace, namun senyumannya tiba-tiba luntur. Tatapan mereka terkunci pada satu titik dalam sepuluh detik. Tanpa disangka, pria itu maju menghampiri Grace."Sungguh tidak menyangka akan bertemu denganmu disini." ucapnya dengan senyuman miring.Grace tetap diam dengan ekspresi yang tidak berubah sejak awal."Benar, mungkin ini hari s

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 6

    Hoam.. Grace menggeliat dibalik selimut tebalnya. Tubuhnya berganti posisi. Nyaman. Ia ingin tidur setidaknya untuk 30 menit lagi. Kelopak matanya masih terasa lengket, dan tidak mau dibuka. Namun perlahan ia paksa matanya melirik jam dinding putih yang sudah mengarah pada pukul 5.30.Gagal.Ia tidak bisa melanjutkan tidurnya. Pukul 8 ia harus bertemu dengan Mark Lee. Alih-alih sarapan bersama, mereka hendak membicarakan kerja sama yang sudah sempat mereka bicarakan via e-mail.Meski jam menunjukkan pukul setengah 6, namun ia memilih untuk sejenak mengumpulkan kesadaran. Ia menoleh ke arah gorden. Sinar mulai masuk meski masih redup. Napasnya yang berat keluar kasar. Matanya bergerak, menolah ke nakas yang terletak di samping meja riasnya. Sudut bibirnya bergerak naik.Kemarin ia melihat ada ikan cupang yang bagus. Warnanya menarik, gabungan antara hitam, biru muda

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 7

    Grace memejamkan matanya rapat. Mendapat tepukan di wajah membuatnya merasakan kantuk. Makeup artists itu mengaplikasikan bedak pada wajahnya. Kiranya, sudah hampir satu jam ia duduk dikelilingi MUA dan hairstyles, pantatnya sudah cukup panas. Bagian yang tidak terlalu ia suka saat akan menjalani pemotretan adalah bagian make up yang harus berjalan lama. Menurutnya, natural atau tidak, sama-sama lama.Hari ini ia akan menjalani pemotretan untuk sebuah majalah fashion bersama 5 model dan 2 aktris. Gilirannya masih cukup lama. Tim mendahulukan 2 aktris, yang katanya hendak ada jadwal shooting. Ia tidak terlalu mengenal kedua aktris itu, sejujurnya ia tidak terlalu suka melakukan pemotretan bersama dengan aktris atau aktor, kadang kala ada diskriminasi, seakan hanya mereka yang penting dan sibuk. Mungkin tidak semua begitu, namun dari pengalaman yang pernah ia alami, dan begitu kenyataannya. Seperti halnya hari ini, k

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 8

    Ia hanya duduk kurang dari 15 menit sebelum pertunjukkan Elle berakhir. Semakin cepat, semakin baik untuk kesehatan telinga dan hatinya. Di saat orang lain memberikan standing applause, ia hanya menyilangkan kedua tangannya sambil memutar bola mata, malas.Memangnya apa yang bisa ia lakukan?Turut bertepuk tangan dengan bangga?Tentu saja tidak. Ia datang bukan karena kebenciannya pada Elle habis, ia hanya tidak ingin memperburuk hubungan dengan Mamanya.Ia bahkan sudah berencana untuk tidak mengucapkan selamat pada Elle, demi mempertegas bahwa ia masih tidak menyukainya.Para penonton yang tadinya duduk rapi menikmati penampilan Elle, kini hulu hilir keluar dari teater. Ketika sudah sepi, ia masih menatap ke arah panggung, dimana Elle tengah berfoto dengan beberapa penggemarnya, sementara kedua orangtuanya tengah terlibat percakapan dengan beberapa orang ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 9

    Hari libur lebih suka Drew habiskan untuk melakukan gym ataupun bersantai di kamarnya, namun berbeda dengan hari ini. Ben dan Idris memaksanya untuk ikut mengunjungi pameran lukisan. Bukan karena mereka benar-benar menyukai seni, mereka hanya sedang mencari tahu sedikit hal tentang seni untuk dijadikan bahan pembicaraan dengan wanita yang tengah mereka dekati. Kata mereka, ini cara tercepat. Membaca buku lebih rumit dan menyita waktu untuk sekedar memahami."Kami hanya memerlukan informasi secara garis besar, dan satu atau dua nama pelukis.""Jika wanita yang tengah kalian dekati tahu bahwa kalian tidak sungguh-sungguh menyukai seni, mereka akan segera menjauhi mu.""Suka bisa berjalan seiring waktu. Ketika kami bergaul dengan seorang yang mencintai seni, tidak akan sulit untuk kami menyukainya nanti." ujar Idris."Mereka adalah alasan untuk kami menyukai seni, apa itu saja tidak cukup?" Ben tidak mau mengambil pusing.Percuma. Sebanyak apapun ucap

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 10

    Setelah pertengkaran dengan Mamanya, ia memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Egonya sangat tinggi. Emosinya tidak bisa hilang begitu saja. Dalam kondisi seperti ini, jika ia bertemu dengan Mamanya pasti akan terjadi pertengkaran yang lebih besar, dan ia tidak mau itu.Salah satu alasan ingin tinggal sendiri, adalah untuk menghindari hal-hal seperti ini. Ia selalu berpikir, daripada tinggal bersama namun terus bertengkar, lebih baik tinggal sendiri namun hubungan mereka di garis aman sebagai Ibu dan anak.Ia menghentikan mobilnya di halaman rumah keduanya, rumah keluarga Gabby. Ia pandangi cukup lama rumah itu. Masih saja rumah itu yang membuatnya nyaman. Setiap berkunjung ke Indonesia, ia selalu memilih tinggal di rumah itu kala bertengkar dengan Mamanya.Jujur, ia merasa sepi dan sendirian. Papanya terlalu sibuk dengan pekerjaan, Mamanya selalu mendahulukan Elle daripada dirinya. Ia tidak memiliki banyak teman, hanya Gabby yang selalu ada untuknya disaat sen

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15

Bab terbaru

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 27

    "Benar, semua desainmu sangat bagus. Aku mengusulkan Nate untuk mengambil beberapa.""Benarkah?" senyum Lenny, tipis. "Menurutku kalian berdua yang luar biasa, bisa mengamati baju rancangan Lenny meski sibuk berpose." sindiran Grace membuat ketiga pasang mata itu menatap ke belakang. Di sana Grace hanya tersenyum manis tanpa rasa bersalah."Apa maksudmu?" reflek salah satu wanita yang terlihat lebih sederhana, yang kini ia ketahui sebagai asisten pribadinya. "Siapa kau? berani sekali masuk ke pembicaraan kami.""Suaramu cukup keras untuk di dengar satu gedung, bukankah itu sama artinya dengan memberikan hal kepada orang lain untuk menanggapi ucapan mu?" sarkas Grace, membuat wanita sombong di depannya tak berani berkutik. Di sana, Lenny Tan menatap tak suka dengan kedua wanita yang tadi berusaha menjilatnya. "Ka.. Kau!"Grace tersenyum menang sebelum mengalihkan pandangannya kepada Lenny Tan, yang belum semp

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 26

    Grace tiba di fashion show temannya sedikit terlambat. Tidurnya terlampau nyenyak seperti terpengaruh oleh obat tidur. Menurut Gabby ia terlalu lelah perjalanan, namun kemungkinan ia juga kelelahan karena menangis terlalu lama. Dan karena hal itu, ia harus berlama-lama di depan kaca untuk menutup mata sembabnya. Ia dan Gabby memilih tempat duduk paling belakang. Rasanya akan memalukan jika ia memilih bangku depan di waktu pertunjukan yang sudah setengah perjalanan. Temannya adalah seorang desainer. Dia sudah lama masuk dunia fashion, namun baru kali ini berani melakukan fashion show. Mereknya tidak cukup terkenal, namun produknya berkualitas, setara dengan merek-merek terkenal lainnya. Grace mengambil satu potret model yang tengah berjalan dengan anggun, kemudian ia mengirimnya ke temannya -Lenny Tan. Tak jauh dari tempat duduknya, dua orang wanita telah menyita perhatiannya. Salah satu yang berpenampilan elegan dan mewah bergaya, menunggu wanita satuny

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 25

    Seperti biasanya, Grace harus kembali menjalani kehidupannya. Berpura-pura tidak terjadi apapun, bahagia tanpa masalah. Hampir semua orang yang dikenalnya mengira ia hidup tanpa beban. Lebih dari berkecukupan, cantik, sukses. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijauIa rasa peribahasa itu yang pantas untuk situasinya. Orang lain menganggap hidupnya lebih baik dari mereka, akan tetapi yang sebenarnya Grace rasa justru hidup mereka yang lebih bahagia. Mengadu nasib dengan orang lain tidak akan ada habisnya. Setiap orang memiliki standar bahagia masing-masing. Bahagia untuk Grace belum tentu bahagia menurut orang lain. Misal saja mendapatkan sebuah tepukan hangat di pucuk kepalanya, atau yang lebih ringan mendapatkan senyuman dari orang tuanya. Grace tahu standar kebahagiaannya terlalu rendah jika dibandingkan orang lain, namun itu yang hatinya inginkan. Hal kecil yang mungkin orang lain akan mengatakan bahwa ia terlalu berlebihan -lebay. Itulah salah sa

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 24

    Drew menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan cukup keras. Kedua tangannya telentang, matanya mengarah pada langit-langit yang putih bersih tanpa noda. Berbeda dengan pikirannya yang melayang membayangkan kejadian beberapa waktu lalu di rumah keluarga Wayne. Lagi, ia menyaksikan Grace dengan Ibunya bertengkar. Sejahat-jahatnya Grace dulu yang telah menolaknya mentah-mentah dengan dalih miskin, ia rasa tidak cukup jahat dibandingkan dengan permusuhan wanita itu dengan Ibunya. Ia baru tahu Grace memiliki sifat seburuk itu. "Tante menyesal, kamu terpaksa melihat pertengkaran tante dengan Grace."Drew hanya tersenyum canggung, "Tidak apa-apa tante.""Hubungan tante dengan Grace memang tidak baik. Tante yakin, Grace terkena pengaruh buruk ketika tinggal di London."Drew rasa sekedar pengaruh dari luar tidak akan menjadikan Grace sejahat itu. Indonesia dan luar negeri hanya berbeda kultur. Di luar negeri juga diajarkan menghormati kedua orang tua, s

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 23

    "Grace, kembali!" perintah Papanya. Ia tidak peduli dengan permintaan Papanya. Kakinya terus berjalan tak acuh. Wajahnya yang tajam perlahan mengendur. Kedua ujung bibirnya ditekuk ke dalam dengan kedua kelopak mata yang bergetar. Rahangnya ikut mengeras menahan gejolak yang hendak meledak dalam dirinya. Ia terus berjalan menuju mobilnya tanpa ada fokus. Matanya menatap ke depan, namun tidak ada yang ia perhatikan. Kakinya seolah otomatis berjalan. Sudah bisa ditebak bahwa pertengkaran tidak mungkin terelakkan, namun ketika tebakannya terbukti hatinya justru merasa perih. Hanya karena terbiasa rupanya tidak dapat menghalau sakit. Pandangannya semakin mengabur tertutupi oleh air mata yang ingin merembes. Sebelum itu benar-benar terjadi Grace sudah menghapus dengan punggung tangan kirinya. Ia tidak rela air matanya keluar. Terlihat lemah adalah hal yang paling tidak ia sukai. Mobilnya melaju kencang membelah malam. Suasana hatinya yang buruk mem

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 22

    "Ups, ada pertemuan keluarga rupanya. Apa aku mengganggu kalian?" ujarnya dengan nada merendahkan. Senyuman miring itu masih menghiasi wajahnya sementara langkahnya kian mendekat. "Apa kabar, Ma.. Pa?" sapanya sembari mengamati perubahan mimik Mamanya yang terlihat tidak suka. "Ayo, ikut makan dengan kami!" ajak Ayahnya. Grace tidak bodoh untuk menangkapnya sebagai kata basa-basi. Jelas di sana hanya ada 4 kursi dan semuanya penuh. Apa ia harus duduk di lantai? Lagi, yang membuatnya urung adalah ekspresi Mamanya yang masih melihat tidak suka. Apakah sebegitu tidak sudinya untuk berbagi meja. "Aku tidak ingin merusak acara kalian, silahkan dilanjutkan!"Sebelum melangkah pergi, lirikannya bertemu dengan tatapan Drew yang datar. Sama sekali tidak ada emosi apapun di sana. Jika dilihat dari pertemuan terakhir mereka yang cukup buruk, seharusnya tatapan kebencian yang pria itu berikan padanya. Awalnya Grace i

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 21

    Setelah dari kedai kopi, Drew pindah ke kediaman keluarga Wayne. Elle memaksanya untuk ikut makan malam, sesuai dengan janjinya tempo hari. Sembari menunggu Nyonya Wayne dan Elle menyiapkan makan malam, ia bersama dengan Tuan Wayne tengah berbincang tentang bola di ruang tamu. Diam-diam Papa Grace itu sangat menyukai bola, namun karena ia cukup sibuk terkadang ia tidak sempat untuk menyalurkan hobinya itu. "Sepertinya Om harus nonton pertandingan kamu secara langsung. Selama ini Om hanya melihat kamu di berita." "Saya akan merasa sangat senang. Minggu depan ada pertandingan CBT liga 1, jika Om berkenan untuk datang.""Oh ya? Tapi sayang sekali, lusa Om harus berangkat ke Paris untuk shooting. Ada film baru yang akan Om garap untuk penayangan pertengahan tahun depan.""Mungkin lain kali kalau Om ada waktu.""Om usahakan untuk nonton streamingnya." "... Setiap ada tim yang tanding, terutama tim kamu, semua tim minta br

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 20

    Grace mengobrak-abrik isi kamar Gabby untuk mencari paspornya. Besok ia harus ke Singapura untuk menghadiri fashion show yang diadakan oleh temannya sewaktu di London. Hanya sebentar, maka dari itu ia tidak memerlukan banyak persiapan, akan tetapi ia tetap saja memerlukan paspornya. "Sebenarnya dimana kau meletakkannya?" tanya Gabby kesal. "Aku tidak ingat." balas Grace sama kesalnya, "Coba ingat lagi, mungkin saja kau yang membawanya." "Paspor adalah barang pribadimu, aku tidak mungkin membawanya.""Terakhir kali kau datang dari London, tas mana yang kau pakai?"Grace menoleh ke seluruh tasnya yang sudah berserakan di lantai kamar. Jajaran tasnya ia absen satu persatu. Waktu itu ia memakai tas ransel kulit berwarna coklat, namun tidak ada tas itu di sana. "Aku rasa tasnya tertinggal di rumahmu." tebak Gabby. Kala itu, Grace langsung menuju rumahnya sendiri. Kemungkinan terbesar, tas itu berada di rumah keluarg

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 19

    Kini Drew sudah menjadi Drew seperti sebelumnya. Fokusnya saat latihan telah kembali. Entah mengapa, saat melihat keburukan Grace tempo hari justru membuat dirinya lebih baik. Ia mensugesti dirinya sendiri bahwa Grace memang memiliki sifat buruk seperti itu, dia selalu melukai harga diri semua orang. Ia hanya harus maklum. Kemarahan tidak mungkin tidak ada, namun cukup bisa dikendalikan. Ia pikir, karirnya lebih penting daripada dendam pribadinya pada Grace. Sifat buruk Grace tidak akan mampu membuatnya menghancurkan karir dirinya sendiri. "Drew!" panggil Ben sambil menunjuk seseorang yang tengah duduk di tribun dengan dagunya. Drew mengikuti arah pandang Ben. Seorang wanita berbaju putih dengan rambut terurai tengah melambaikan tangannya. Sekali lihat, Drew langsung bisa mengenali wanita itu. Elle. Tempo hari ia menyuruh Elle untuk mampir ke tempat latihannya saat tahu bahwa Elle sering ada acara di sekitar sana. Drew berlari kecil menghampiri Elle. Se

DMCA.com Protection Status