Share

Bab 3

Penulis: Ayyu S
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-02 04:00:00

"Saya kira itu hanya gosip. Jadi begini, beberapa waktu lalu tersebar berita di sebuah akun media sosial yang menyebutkan bahwa, Drew pernah ditolak seseorang karena orang tua Drew adalah seorang petani. Mungkin ini sekalian dapat digunakan untuk mengklarifikasi berita tersebut, apakah hoax atau nyata. Sebab kemarin-kemarin juga lumayan menggemparkan, banyak orang yang tidak percaya."

"Benar, saya memang pernah ditolak karena berasal dari keluarga petani, namun justru hal itu yang memotivasi saya hingga sampai dititik ini, sekarang."

Jawaban Drew membuat kagum banyak orang. Terkadang motivasi datang dari patah hati, seperti Drew.

"Kalau boleh tau siapa perempuan yang berani menolak seorang Drew itu?"

"Dia hanya seseorang yang tidak penting. Cinta monyet yang sudah terlupakan sejak lama."

Jawaban aman yang terkesan sangat tenang. Dalam kalimatnya tersirat makna bahwa masalah kehidupan pribadinya tidak perlu dibahas lebih. Ia tahu pertanyaan ini pasti akan ditanyakan. Beberapa hari ini berita tentang masa lalunya itu cukup banyak diulas. Akun media sosialnya banyak ditandai karena masalah itu.

Soal cerita penolakannya sudah terlupakan atau belum, hanya dirinya yang mengetahui. Cukup ia yang tahu tentang kisah itu.

šŸ’µšŸ’µšŸ’µ

Keesokan harinya

Grace menuruni tangga masih dengan baju tidur biru tua. Wajahnya masih lesu, rambutnya masih berantakan. Ia malas mandi pagi jika tidak ada kegiatan.

Empat pasang mata tengah mengamatinya dari ruang makan. Bukan Grace, jika ia peduli. Ia dengan santainya berjalan ke meja makan.  Matanya mengerjap beberapa kali, menyadari kedua orang tuanya, beserta Elle dan seorang pembantu yang tengah mengamatinya.

"Grace, mandilah dulu sebelum makan." Mama Grace lebih dulu mengeluarkan suara.

"Aku malas."

Mama Grace berkacak pinggang mendengar jawaban putrinya. "Berapa umurmu, sampai mandi pun harus disuruh? Lihatlah Elle, dia sudah siap sejak pagi!"

Grace memejamkan matanya. Ini masih hari pertama di rumah, namun ia sudah mulai dibandingkan dengan sepupunya.

"Itu Elle, bukan Grace."

"Apa bedanya? Kalian sama-sama perempuan, seharusnya kamu contoh Elle. Bangun pagi.. "

"Ma!" sentak Grace.

Kini kantuknya sudah benar-benar pergi. Ia paling tidak suka dibanding-bandingkan, terutama dengan Elle. Hal seperti ini yang membuat dirinya lebih menyukai tinggal di London daripada di Indonesia. Meskipun di London ia tetap bertemu Elle, namun tidak ada yang membandingkannya. Mereka hidup sesuai keinginan masing-masing.

"Berani kamu teriak sama Mama? Jadi ini yang kamu dapat di London, hah?"

"Ma.. " Papa Grace mengingatkan.

Grace memutar bola matanya, malas berdebat pagi-pagi. Lagipula ini hari pertamanya, ia ingin damai. Ia melangkah kembali ke lantai atas. Tidur lebih baik daripada bertengkar dengan orang tuanya.

"Lihat, Pa! Dia sama sekali tidak menghargai kita. Dia berani teriak depan Mama. Elle juga tinggal di London, tapi sikapnya tetap sopan. Mama yakin, Grace salah memilih teman, makanya dia jadi tidak sopan."

Suara Mamanya yang cukup keras masih dapat Grace dengar walaupun sudah di lantai atas. Samar terdengar Papanya dan Elle menenangkan Mamanya, tetapi siapa yang peduli. Mendengar pembelaan Elle hanya membuat Grace tambah malas.

Ia ingat di kamarnya masih ada sisa buah yang semalam dibawa pembantu rumah untuk camilan. Ah, Grace masih belum tahu siapa nama pembantu mereka.

Di atas sebuah piring polos, masih ada satu buah apel yang tersisa. Tanpa pikir panjang, Grace segera melahapnya. Ia buka pintu menuju balkon kamarnya. Udara cukup segar. Kepalanya ia putar untuk melenturkan otot leher. Grace masih sangat lelah. Rasanya ia ingin tidur seharian.

Baru satu hari, ia sudah merindukan London. Di jam segini biasanya ia masih bergumul dengan guling dan selimut tebalnya yang hangat. Suasana hatinya juga selalu melambung tinggi setiap pagi. Akan tetapi disini berbeda, mendengar teriakan Mamanya membuat suasana hatinya anjlok.

Grace terpikirkan sebuah ide untuk pergi ke rumah Gabby. Setidaknya di sana ia bisa mengajak personal assistant-nya itu untuk keluar, melihat Ibukota.

šŸ’µšŸ’µšŸ’µ

Jarak dari rumahnya menuju rumah Gabby cukup jauh. Dengan mobil sport merahnya yang terlihat mewah, Grace menuju rumah Gabby. Setelah hampir 2 jam, ia sampai di rumah yang klasik satu lantai yang memiliki halaman cukup luas. Impiannya memiliki rumah berhalaman luas adalah di mulai dari sini.

Mobilnya ia bawa masuk ke dalam halaman. Sebelum turun, ia sengaja menekan klaksonnya lama hingga penghuni rumah itu keluar terburu-buru. Gabby keluar dengan kedua orang tuanya. Tangannya berkacak pinggang, sebal, setelah tahu siapa biang keroknya.

"Grace!" kesal Gabby.

"Halo, Ayah, Bunda, i'm coming."

Grace menunjukkan wajah sumringah menghampiri ketiga orang yang masih menatap sebal ke arahnya.

"Ayah.. Bunda.. " Grace memeluk mereka bergantian. Sikapnya sangat santai tanpa menghiraukan tatapan tajam temannya.

"Grace, pakaian apa yang kamu pakai!" Bunda Gabby melototi tubuh Grace.

"Ini namanya fashionable, Bunda."

"Fashionable, apa?! Lihat ini! Rok sebatas lutut, baju ketat, buka sana, buka sini."

"Cepat masuk, pinjam baju Gabby!" suruh Ayah Gabby.

Grace melirik ke arah temannya yang menatap tajam. Kedua tangannya masih berkacak pinggang.

"Siapa yang menyuruhmu kesini?"

"Inisiatif."

"Grace, apa kau tidak bisa membiarkan aku libur sehari?!"

"Aku kesini untuk bertemu dengan Ayah dan Bunda, sama sekali tidak mengganggu hari liburmu."

"Grace, tetap saja. Aku tidak bisa tenang menikmati hari liburku selama mata ku masih bisa melihatmu."

Bagi Gabby, libur adalah tidak melihat Grace. Selama ada Grace dalam jangkauan matanya, ia tidak akan pernah bisa menikmati hari liburnya. Tidak ada ceritanya kehadiran Grace tidak membawa kerepotan. Dan benar saja, baru sampai, Grace sudah membongkar isi lemarinya.

"Grace, percuma saja kau bongkar semua isi lemari."

"Apa kau tidak memiliki baju rumah yang lebih modis?"

Grace mengambil satu persatu pakaian, jika tidak cocok langsung melemparnya ke atas ranjang. Sudah hampir setengah isi lemarinya dikeluarkan oleh Grace.

"Semua baju rumah sama saja, mau yang seperti apa?"

"Setidaknya harus bermerek."

Gabby menepuk jidatnya. Ia rasa Grace tidak memiliki alergi memakai baju tanpa merek terkenal, namun dia terlalu pemilih. Semua harus bermerk dan modis. Ia masih ingat bagaimana bingungnya Grace sekedar untuk memilih baju tidur.

"Aku tidak mau tahu, kau harus membereskan semua bajuku!"

"Ini rumahmu, lemari mu, kenapa tidak kau saja yang membereskan?"

Gabby menahan dirinya agar tidak berteriak. Di pagi harinya yang cerah, ia belum sarapan, ia tidak sudi menghabiskan energinya untuk meneriaki Grace.

"Hari ini aku libur, jadi jangan berpikir kau bisa menyuruhku!"

"Kalau begitu lakukan besok. Besok kau sudah mulai bekerja lagi, kan?"

"Grace!!"

Gabby tidak sanggup menahan kekesalannya. Menghadapi Grace memang tidak pernah sesederhana itu. Dia selalu berhasil menguras energinya. Sikap Grace yang arogan selalu berakhir menyebalkan jika sudah dihadapannya. Wanita itu selalu tahu bagaimana membuat orang kesal.

TBC...

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian sebanyak-banyaknya, guys ā¤

Bab terkait

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 4

    7 hari telah berlalu, sudah saatnya Grace kembali bekerja. Uang tidak akan datang dengan sendirinya. Demi kehidupan mewah yang ia jalani, ia harus bekerja keras, mengumpulkan pundi-pundi uang.Beberapa waktu lalu, sebelum kepulangannya ke Indonesia, Grace dihubungi oleh salah satu desainer ternama untuk ikut serta dalam Java's Fashion Week. Tentu saja ia langsung setuju tanpa pikir panjang. Ia sangat pandai dalam melihat peluang.Desainer itu adalah Ananta Lazuardi, desainer muda yang berhasil merambah pasar Asia sejak 3 tahun yang lalu. Beberapa kali ia memesan gaun musim semi darinya, sehingga ia cukup mengenal Ananta Lazuardi. Ini salah satu bukti bahwa koneksi sangat penting dalam dunia karir."Grace, akhirnya kita bertemu setelah sekian lama." sapa Ananta dengan begitu akrab."Baru 5 bulan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-02
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 5

    "Ada apa?"Gabby mengikuti arah pandang Grace yang tertuju ke pintu masuk. Ia melihat seorang pria yang tak asing. Rasanya ia pernah melihat pria itu di suatu tempat.Pria itu tersenyum ramah ke arah pegawai yang menyambut di pintu masuk. Garis bibirnya tertarik ke atas begitu manis. Tak lama dari itu, seorang pria lain masuk dan merangkul pria pertama.Pria yang memiliki senyuman manis itu menoleh ke arah Grace, namun senyumannya tiba-tiba luntur. Tatapan mereka terkunci pada satu titik dalam sepuluh detik. Tanpa disangka, pria itu maju menghampiri Grace."Sungguh tidak menyangka akan bertemu denganmu disini." ucapnya dengan senyuman miring.Grace tetap diam dengan ekspresi yang tidak berubah sejak awal."Benar, mungkin ini hari s

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-03
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 6

    Hoam.. Grace menggeliat dibalik selimut tebalnya. Tubuhnya berganti posisi. Nyaman. Ia ingin tidur setidaknya untuk 30 menit lagi. Kelopak matanya masih terasa lengket, dan tidak mau dibuka. Namun perlahan ia paksa matanya melirik jam dinding putih yang sudah mengarah pada pukul 5.30.Gagal.Ia tidak bisa melanjutkan tidurnya. Pukul 8 ia harus bertemu dengan Mark Lee. Alih-alih sarapan bersama, mereka hendak membicarakan kerja sama yang sudah sempat mereka bicarakan via e-mail.Meski jam menunjukkan pukul setengah 6, namun ia memilih untuk sejenak mengumpulkan kesadaran. Ia menoleh ke arah gorden. Sinar mulai masuk meski masih redup. Napasnya yang berat keluar kasar. Matanya bergerak, menolah ke nakas yang terletak di samping meja riasnya. Sudut bibirnya bergerak naik.Kemarin ia melihat ada ikan cupang yang bagus. Warnanya menarik, gabungan antara hitam, biru muda

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-06
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 7

    Grace memejamkan matanya rapat. Mendapat tepukan di wajah membuatnya merasakan kantuk. Makeup artists itu mengaplikasikan bedak pada wajahnya. Kiranya, sudah hampir satu jam ia duduk dikelilingi MUA dan hairstyles, pantatnya sudah cukup panas. Bagian yang tidak terlalu ia suka saat akan menjalani pemotretan adalah bagian make up yang harus berjalan lama. Menurutnya, natural atau tidak, sama-sama lama.Hari ini ia akan menjalani pemotretan untuk sebuah majalah fashion bersama 5 model dan 2 aktris. Gilirannya masih cukup lama. Tim mendahulukan 2 aktris, yang katanya hendak ada jadwal shooting. Ia tidak terlalu mengenal kedua aktris itu, sejujurnya ia tidak terlalu suka melakukan pemotretan bersama dengan aktris atau aktor, kadang kala ada diskriminasi, seakan hanya mereka yang penting dan sibuk. Mungkin tidak semua begitu, namun dari pengalaman yang pernah ia alami, dan begitu kenyataannya. Seperti halnya hari ini, k

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-11
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 8

    Ia hanya duduk kurang dari 15 menit sebelum pertunjukkan Elle berakhir. Semakin cepat, semakin baik untuk kesehatan telinga dan hatinya. Di saat orang lain memberikan standing applause, ia hanya menyilangkan kedua tangannya sambil memutar bola mata, malas.Memangnya apa yang bisa ia lakukan?Turut bertepuk tangan dengan bangga?Tentu saja tidak. Ia datang bukan karena kebenciannya pada Elle habis, ia hanya tidak ingin memperburuk hubungan dengan Mamanya.Ia bahkan sudah berencana untuk tidak mengucapkan selamat pada Elle, demi mempertegas bahwa ia masih tidak menyukainya.Para penonton yang tadinya duduk rapi menikmati penampilan Elle, kini hulu hilir keluar dari teater. Ketika sudah sepi, ia masih menatap ke arah panggung, dimana Elle tengah berfoto dengan beberapa penggemarnya, sementara kedua orangtuanya tengah terlibat percakapan dengan beberapa orang ya

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 9

    Hari libur lebih suka Drew habiskan untuk melakukan gym ataupun bersantai di kamarnya, namun berbeda dengan hari ini. Ben dan Idris memaksanya untuk ikut mengunjungi pameran lukisan. Bukan karena mereka benar-benar menyukai seni, mereka hanya sedang mencari tahu sedikit hal tentang seni untuk dijadikan bahan pembicaraan dengan wanita yang tengah mereka dekati. Kata mereka, ini cara tercepat. Membaca buku lebih rumit dan menyita waktu untuk sekedar memahami."Kami hanya memerlukan informasi secara garis besar, dan satu atau dua nama pelukis.""Jika wanita yang tengah kalian dekati tahu bahwa kalian tidak sungguh-sungguh menyukai seni, mereka akan segera menjauhi mu.""Suka bisa berjalan seiring waktu. Ketika kami bergaul dengan seorang yang mencintai seni, tidak akan sulit untuk kami menyukainya nanti." ujar Idris."Mereka adalah alasan untuk kami menyukai seni, apa itu saja tidak cukup?" Ben tidak mau mengambil pusing.Percuma. Sebanyak apapun ucap

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-14
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 10

    Setelah pertengkaran dengan Mamanya, ia memutuskan untuk tidak pulang ke rumah. Egonya sangat tinggi. Emosinya tidak bisa hilang begitu saja. Dalam kondisi seperti ini, jika ia bertemu dengan Mamanya pasti akan terjadi pertengkaran yang lebih besar, dan ia tidak mau itu.Salah satu alasan ingin tinggal sendiri, adalah untuk menghindari hal-hal seperti ini. Ia selalu berpikir, daripada tinggal bersama namun terus bertengkar, lebih baik tinggal sendiri namun hubungan mereka di garis aman sebagai Ibu dan anak.Ia menghentikan mobilnya di halaman rumah keduanya, rumah keluarga Gabby. Ia pandangi cukup lama rumah itu. Masih saja rumah itu yang membuatnya nyaman. Setiap berkunjung ke Indonesia, ia selalu memilih tinggal di rumah itu kala bertengkar dengan Mamanya.Jujur, ia merasa sepi dan sendirian. Papanya terlalu sibuk dengan pekerjaan, Mamanya selalu mendahulukan Elle daripada dirinya. Ia tidak memiliki banyak teman, hanya Gabby yang selalu ada untuknya disaat sen

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 11

    "Kau bahkan tidak layak menjadi temanku. Anak petani seperti mu, bermimpi menjadi kekasih ku?"Ucapan pedas Grace masih terngiang-ngiang di kepalanya. Rasanya seperti de javu. Katanya mungkin berbeda, namun memiliki inti sama dengan ucapan Grace bertahun-tahun lalu. Saat ia mengungkapkan perasaannya yang tulus, Grace malah menghinanya. Bukan hanya dirinya, tapi juga pekerjaan orang tuanya yang saat itu sebagai petani.Di ruang ganti pemain, Drew masuk dengan wajah menggelap, menunjukkan kemarahan. Rambut serta tubuhnya basah oleh keringat. Dengan gerakan cepat, ia melepas jersey biru putih bernomor 13 itu dengan cepat."Arghhh." teriaknya frustasi."Apa yang salah dengan mu, Drew?" tanya Ben."Permainanmu sangat buruk tadi.""Bersyukurlah ini masih latihan, kalau tidak, pelatih pasti akan sangat marah padamu."Drew m

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16

Bab terbaru

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 27

    "Benar, semua desainmu sangat bagus. Aku mengusulkan Nate untuk mengambil beberapa.""Benarkah?" senyum Lenny, tipis. "Menurutku kalian berdua yang luar biasa, bisa mengamati baju rancangan Lenny meski sibuk berpose." sindiran Grace membuat ketiga pasang mata itu menatap ke belakang. Di sana Grace hanya tersenyum manis tanpa rasa bersalah."Apa maksudmu?" reflek salah satu wanita yang terlihat lebih sederhana, yang kini ia ketahui sebagai asisten pribadinya. "Siapa kau? berani sekali masuk ke pembicaraan kami.""Suaramu cukup keras untuk di dengar satu gedung, bukankah itu sama artinya dengan memberikan hal kepada orang lain untuk menanggapi ucapan mu?" sarkas Grace, membuat wanita sombong di depannya tak berani berkutik. Di sana, Lenny Tan menatap tak suka dengan kedua wanita yang tadi berusaha menjilatnya. "Ka.. Kau!"Grace tersenyum menang sebelum mengalihkan pandangannya kepada Lenny Tan, yang belum semp

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 26

    Grace tiba di fashion show temannya sedikit terlambat. Tidurnya terlampau nyenyak seperti terpengaruh oleh obat tidur. Menurut Gabby ia terlalu lelah perjalanan, namun kemungkinan ia juga kelelahan karena menangis terlalu lama. Dan karena hal itu, ia harus berlama-lama di depan kaca untuk menutup mata sembabnya. Ia dan Gabby memilih tempat duduk paling belakang. Rasanya akan memalukan jika ia memilih bangku depan di waktu pertunjukan yang sudah setengah perjalanan. Temannya adalah seorang desainer. Dia sudah lama masuk dunia fashion, namun baru kali ini berani melakukan fashion show. Mereknya tidak cukup terkenal, namun produknya berkualitas, setara dengan merek-merek terkenal lainnya. Grace mengambil satu potret model yang tengah berjalan dengan anggun, kemudian ia mengirimnya ke temannya -Lenny Tan. Tak jauh dari tempat duduknya, dua orang wanita telah menyita perhatiannya. Salah satu yang berpenampilan elegan dan mewah bergaya, menunggu wanita satuny

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 25

    Seperti biasanya, Grace harus kembali menjalani kehidupannya. Berpura-pura tidak terjadi apapun, bahagia tanpa masalah. Hampir semua orang yang dikenalnya mengira ia hidup tanpa beban. Lebih dari berkecukupan, cantik, sukses. Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijauIa rasa peribahasa itu yang pantas untuk situasinya. Orang lain menganggap hidupnya lebih baik dari mereka, akan tetapi yang sebenarnya Grace rasa justru hidup mereka yang lebih bahagia. Mengadu nasib dengan orang lain tidak akan ada habisnya. Setiap orang memiliki standar bahagia masing-masing. Bahagia untuk Grace belum tentu bahagia menurut orang lain. Misal saja mendapatkan sebuah tepukan hangat di pucuk kepalanya, atau yang lebih ringan mendapatkan senyuman dari orang tuanya. Grace tahu standar kebahagiaannya terlalu rendah jika dibandingkan orang lain, namun itu yang hatinya inginkan. Hal kecil yang mungkin orang lain akan mengatakan bahwa ia terlalu berlebihan -lebay. Itulah salah sa

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 24

    Drew menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan cukup keras. Kedua tangannya telentang, matanya mengarah pada langit-langit yang putih bersih tanpa noda. Berbeda dengan pikirannya yang melayang membayangkan kejadian beberapa waktu lalu di rumah keluarga Wayne. Lagi, ia menyaksikan Grace dengan Ibunya bertengkar. Sejahat-jahatnya Grace dulu yang telah menolaknya mentah-mentah dengan dalih miskin, ia rasa tidak cukup jahat dibandingkan dengan permusuhan wanita itu dengan Ibunya. Ia baru tahu Grace memiliki sifat seburuk itu. "Tante menyesal, kamu terpaksa melihat pertengkaran tante dengan Grace."Drew hanya tersenyum canggung, "Tidak apa-apa tante.""Hubungan tante dengan Grace memang tidak baik. Tante yakin, Grace terkena pengaruh buruk ketika tinggal di London."Drew rasa sekedar pengaruh dari luar tidak akan menjadikan Grace sejahat itu. Indonesia dan luar negeri hanya berbeda kultur. Di luar negeri juga diajarkan menghormati kedua orang tua, s

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 23

    "Grace, kembali!" perintah Papanya. Ia tidak peduli dengan permintaan Papanya. Kakinya terus berjalan tak acuh. Wajahnya yang tajam perlahan mengendur. Kedua ujung bibirnya ditekuk ke dalam dengan kedua kelopak mata yang bergetar. Rahangnya ikut mengeras menahan gejolak yang hendak meledak dalam dirinya. Ia terus berjalan menuju mobilnya tanpa ada fokus. Matanya menatap ke depan, namun tidak ada yang ia perhatikan. Kakinya seolah otomatis berjalan. Sudah bisa ditebak bahwa pertengkaran tidak mungkin terelakkan, namun ketika tebakannya terbukti hatinya justru merasa perih. Hanya karena terbiasa rupanya tidak dapat menghalau sakit. Pandangannya semakin mengabur tertutupi oleh air mata yang ingin merembes. Sebelum itu benar-benar terjadi Grace sudah menghapus dengan punggung tangan kirinya. Ia tidak rela air matanya keluar. Terlihat lemah adalah hal yang paling tidak ia sukai. Mobilnya melaju kencang membelah malam. Suasana hatinya yang buruk mem

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 22

    "Ups, ada pertemuan keluarga rupanya. Apa aku mengganggu kalian?" ujarnya dengan nada merendahkan. Senyuman miring itu masih menghiasi wajahnya sementara langkahnya kian mendekat. "Apa kabar, Ma.. Pa?" sapanya sembari mengamati perubahan mimik Mamanya yang terlihat tidak suka. "Ayo, ikut makan dengan kami!" ajak Ayahnya. Grace tidak bodoh untuk menangkapnya sebagai kata basa-basi. Jelas di sana hanya ada 4 kursi dan semuanya penuh. Apa ia harus duduk di lantai? Lagi, yang membuatnya urung adalah ekspresi Mamanya yang masih melihat tidak suka. Apakah sebegitu tidak sudinya untuk berbagi meja. "Aku tidak ingin merusak acara kalian, silahkan dilanjutkan!"Sebelum melangkah pergi, lirikannya bertemu dengan tatapan Drew yang datar. Sama sekali tidak ada emosi apapun di sana. Jika dilihat dari pertemuan terakhir mereka yang cukup buruk, seharusnya tatapan kebencian yang pria itu berikan padanya. Awalnya Grace i

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 21

    Setelah dari kedai kopi, Drew pindah ke kediaman keluarga Wayne. Elle memaksanya untuk ikut makan malam, sesuai dengan janjinya tempo hari. Sembari menunggu Nyonya Wayne dan Elle menyiapkan makan malam, ia bersama dengan Tuan Wayne tengah berbincang tentang bola di ruang tamu. Diam-diam Papa Grace itu sangat menyukai bola, namun karena ia cukup sibuk terkadang ia tidak sempat untuk menyalurkan hobinya itu. "Sepertinya Om harus nonton pertandingan kamu secara langsung. Selama ini Om hanya melihat kamu di berita." "Saya akan merasa sangat senang. Minggu depan ada pertandingan CBT liga 1, jika Om berkenan untuk datang.""Oh ya? Tapi sayang sekali, lusa Om harus berangkat ke Paris untuk shooting. Ada film baru yang akan Om garap untuk penayangan pertengahan tahun depan.""Mungkin lain kali kalau Om ada waktu.""Om usahakan untuk nonton streamingnya." "... Setiap ada tim yang tanding, terutama tim kamu, semua tim minta br

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 20

    Grace mengobrak-abrik isi kamar Gabby untuk mencari paspornya. Besok ia harus ke Singapura untuk menghadiri fashion show yang diadakan oleh temannya sewaktu di London. Hanya sebentar, maka dari itu ia tidak memerlukan banyak persiapan, akan tetapi ia tetap saja memerlukan paspornya. "Sebenarnya dimana kau meletakkannya?" tanya Gabby kesal. "Aku tidak ingat." balas Grace sama kesalnya, "Coba ingat lagi, mungkin saja kau yang membawanya." "Paspor adalah barang pribadimu, aku tidak mungkin membawanya.""Terakhir kali kau datang dari London, tas mana yang kau pakai?"Grace menoleh ke seluruh tasnya yang sudah berserakan di lantai kamar. Jajaran tasnya ia absen satu persatu. Waktu itu ia memakai tas ransel kulit berwarna coklat, namun tidak ada tas itu di sana. "Aku rasa tasnya tertinggal di rumahmu." tebak Gabby. Kala itu, Grace langsung menuju rumahnya sendiri. Kemungkinan terbesar, tas itu berada di rumah keluarg

  • Cinta Wanita MatreĀ Ā Ā Bab 19

    Kini Drew sudah menjadi Drew seperti sebelumnya. Fokusnya saat latihan telah kembali. Entah mengapa, saat melihat keburukan Grace tempo hari justru membuat dirinya lebih baik. Ia mensugesti dirinya sendiri bahwa Grace memang memiliki sifat buruk seperti itu, dia selalu melukai harga diri semua orang. Ia hanya harus maklum. Kemarahan tidak mungkin tidak ada, namun cukup bisa dikendalikan. Ia pikir, karirnya lebih penting daripada dendam pribadinya pada Grace. Sifat buruk Grace tidak akan mampu membuatnya menghancurkan karir dirinya sendiri. "Drew!" panggil Ben sambil menunjuk seseorang yang tengah duduk di tribun dengan dagunya. Drew mengikuti arah pandang Ben. Seorang wanita berbaju putih dengan rambut terurai tengah melambaikan tangannya. Sekali lihat, Drew langsung bisa mengenali wanita itu. Elle. Tempo hari ia menyuruh Elle untuk mampir ke tempat latihannya saat tahu bahwa Elle sering ada acara di sekitar sana. Drew berlari kecil menghampiri Elle. Se

DMCA.com Protection Status