Beranda / Romansa / Cinta Untuk Si Ayam Kampus / Keributan dan Kehebohan Di Ruang Akademik

Share

Keributan dan Kehebohan Di Ruang Akademik

Penulis: Choki Si Kopi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Flo!” Panggil salah satu mahasiswa yang tidak sekelas dengan Flo. Namanya, Toni. Saat itu, Flo sedang di kelas. Sedang duduk sambil merapihkan rambutnya yang basah akibat siraman air dadakan di kantin, mengaca dengan cermin kecil yang ia bawa, dan ia juga sedang mendengarkan ceramah dari Rasya.

“Ish, apaan lagi sih, Ton?” Tanya Flo kesal. Ia langsung memasukkan cerminnya ke dalam tas. Dan, Rasya mulai menatapnya lagi. Penuh dengan tanda tanya.

“Flo?” Rasya mulai mencoba mengintimidasi Flo lewat tatapan matanya.

“Ck. Apaan sih, Syaaaaa.” Flo memutar kedua bola matanya. Kesal.

“Lo, nggak punya masalah lagi kan dengan hubungan orang lain?” Tanya Rasya penuh selidik.

Flo menghela napas berat, kemudian menatap sejenak ke langit-langit ruang kelasnya, lalu kembali menatap Rasya. “Ya, gue nggak tahu, lah, Sya!” Sahut Flo kesal.

“EH! Malah saling tanya-tanya! Lo, udah ditungguin Flo di ruang akademik!” Toni mengingatkan kembali.

“Duh, apaan lagi sih? Kayaknya, hidup gue nggak ada tenang-tenangnya?! Heran gue!” Gerutu Flo, dan bangkit dari duduknya. Hendak menuju ke ruang akademik, sesuai titah dari Toni. Namun, Toni sudah pergi meninggalkannya terlebih dulu, sebelum Flo bertanya lebih lanjut, siapakah yang sudah memanggilnya ke ruangan akademik.

“Gue ikut,” Rasya langsung berdiri, dan tersenyum. Ingin mendampingi Flo.

“Ck.” Flo mencebikan bibirnya. “Terserah.” Ketusnya. Lalu, berjalan dengan langkah kaki berdebum-debum.

Rasya tersenyum, lalu mengekor langkah kaki Flo. Ia tidak mengindahkan tatapan anak-anak kampus yang menatap Rasya dengan tatapan sinis.

“Eh, kamu mau ke mana, Beb?” Tiba-tiba tangan Rasya dicekal oleh seorang mahasiswi dengan paras cantik, belasteran. Perpaduan ras asia dan eropa. Clara Abigael, namanya. Rasya mendengus kesal. Lalu, melepas paksa tangannya yang dicekal oleh Clara.

“Bukan urusan lo, Ra.” Jawab Rasya dingin.

“Ih, Beb, aku serius, kamu mau ke mana? Dan, ngapain ngikutin cewek nggak jelas kayak Flo?!” Tanya Clara dengan nada sinisnya. Flo yang mendengar ucapan Clara, langsung menghentikan langkahnya, dan membalikkan badannya, menatap Clara dengan tatapan sinis.

“Dan satu hal lagi, Ra. Nggak usah manggil gue, Beb. Ngerti, lo?!” Rasya memberi peringatan dengan nada dinginnya. Tidak ada tatapan teduh ketika ia menatap Clara. Tidak seperti ketika ia menatap Flo.

Flo menyunggingkan senyuman miringnya. Senyuman singkat. “Hahaha, pasang telinga lo baik-baik, Ra!” Sarkas Flo.

“Dasar cewek recehan!” Bentak Clara yang sudah kesal dengan ledekan Flo.

“Cukup, Ra!” Bentak Rasya tiba-tiba. “Jangan ikutin gue lagi!” Imbuh Rasya, mengingatkan Clara sekali lagi. Tatapannya tajam, lalu melenggang begitu saja meninggalkan Clara yang kecewa bercampur marah ketika Rasya menggenggam dan menarik tangan Flo.

Bye!” Flo melambaikan tangannya walau sesaat, dengan senyuman liciknya, lalu berjalan beriringan dengan Rasya. Meninggalkan Clara yang sudah semakin meradang melihat tingkah Flo yang pecicilan.

“AKHH!” Jerit Clara histeris. Ia mengacak-acak rambutnya.

Di depan ruang akademik kampus, sudah terlihat ramai. Banyak warga kampus yang sudah berkumpul dan terdengar ada teriakan-teriakan keras dari seorang wanita. Flo kembali memejamkan kedua matanya sesaat. ‘Duh, apaan lagi sih, ini?!’ Hatinya menggumam. Ia sudah membayangkan hal yang bukan-bukan. Namun, entah mengapa ia sudah yakin seratus persen, pasti ada hubungannya dengan dia.

“CEPAT MAS KATAKAN! SIAPA WANITA YANG SETIAP HARI KAMU TRANSFER UANG KAMU?!”

“AKU NGGAK MAU, YA, RUMAH TANGGA KITA HANCUR GARA-GARA KAMU PUNYA ISTRI SIMPANAN!”

“WOOOO ….” Bukannya membantu untuk mendamaikan sepasang suami istri yang sedang bertengkar masalah rumah tangga akibat ulah si wanita simpanan, para anak kampus malah menyuraki si suami tersebut, yang tidak lain adalah staf bagian akademik di kampus. Pak Darsono. Lelaki yang kelihatan sudah kepala empat ini, hanya diam saja, menunduk pasrah ketika dimaki istrinya dan disuraki oleh para mahasiswa.

‘Mampus! Si Darsono lagi!’ Umpat Flo dalam hati. Jantungnya mulai berdebar tak keruan, dan tentu saja langkah kakinya langsung terhenti. Wajahnya tampak menegang, dan tentu saja ekspresinya sudah terbaca oleh Rasya. Laki-laki itu masih menggenggam erat tangan Flo, dan ia rasakan bahwa Flo juga menggenggam erat tangannya.

“Lo tenang aja, Flo.” Bisik Rasya yang langsung membuat Flo tersentak. Ia langsung menoleh, dan menatap Rasya penuh keheranan. Di tengah riuh rendahnya suara wanita yang semakin menggema, mengisi penuh seluruh ruang dan setiap sudut, Rasya tersenyum dan menatap Flo dengan tatapan teduhnya. “Gue tahu kok,” imbuh Rasya, yang membuat Flo semakin tidak nyaman. Air mukanya semakin menegang. Ada peluh yang terlihat di kening Flo. Dan, Rasya bisa lihat itu.

“Ada gue,” ucap Rasya berusaha untuk menenangkan Flo. Flo tersenyum.

“MAS! CEPAT BILANG! SIAPA WANITA SIMPANAN ITU?!”

“DIA!” Wanita yang entah dari mana asalnya, dan tidak dikenal oleh Flo dan teman-temannya langsung menunjuk Flo. Membuat atensi semua warga kampus berubah. Kini, mereka semua menatap Flo dan Rasya penuh dengan tanda tanya.

“Wah, drama Flo kayaknya mulai lagi, ya, Bund ….” Bisik salah satu mahasiswa kepada teman di sebelahnya.

“Kita lihat aja deh.” Sahut temannya.

“OH, DIA ORANG NYA!” Ucap wanita yang diketahui adalah istri dari staf kampus, Pak Darsono. Wanita itu langsung berjalan menghampiri Flo dengan jalannya yang terlihat sangat angkuh, dan tatapannya yang merendahkan Flo. “Heh, ini wanita simpanan suami saya?” Cantik, Muda, dan Bodoh!” Umpat wanita itu, yang seketika membuat Flo ingin menampar pipi wanita yang sudah berdiri dengan tegak dan angkuh di depannya.

“Iya, Mbak. Dia adalah orang yang telah menggoda suami kita berdua!” Timpal wanita yang beberapa menit yang lalu membuat kerusahan dengan Flo di kantin kampus. Ia mulai menyalakan kompor yang akan meledak. Wanita itu tersenyum licik.

“Berani-beraninya, kamu mere__”

Rasya langsung mencekal pergelangan tangan wanita itu. Mencoba untuk melindungi Flo dari tamparan untuk yang kedua kalinya. Sekali lagi, Rasya berdiri di samping Flo sebagai tameng pelindung untuk Flo.

“Bu, tolong ya, jangan main kasar. Ada undang-undangnya, Bu.” Ucap Rasya dengan santainya. Sementara Flo hanya diam saja, tanpa bersuara sedikitpun, dan tidak ada ekspresi yang ia tunjukkan di wajahnya.

“Eh, nggak usah ya, ikut campur urusan orang!” Bentak wanita itu.

“Flo adalah urusan saya, Bu. Jadi, saya harus ikut campur juga.” Balas Rasya dengan ucapan yang sama ketika ia membalas ucapan wanita yang telah membuat Flo basah di kantin.

“Ck!” Wanita itu langsung melepas paksa tangannya yang dicekal oleh Rasya, dan Rasya juga melepaskannya.

“Dasar wanita murahan!” Umpat wanita itu kesal, karena aksi tamparnya telah digagalkan oleh Rasya.

“Bu, maaf saya mau tanya, apa Ibu punya bukti kalau teman saya ini, adalah wanita murahan?” Tanya Rasya dengan santai. Tatapannya teduh. Sama sekali tidak tajam.

Wanita itu terdiam. Bibirnya terkatup rapat.

“ADA!” Sahut wanita satunya lagi, yang sudah kesal dengan sikap Rasya yang sok jagoan. “Saya punya buktinya!” Wanita itu berjalan dengan langkah kaki berdebum-debum, meninggalkan Darsono yang masih membungkuk ketakutan.

“Ini buktinya!” Wanita yang sudah sangat kesal itu, langsung mengeluarkan sebuah foto yang bergambar seorang laki-laki dan wanita sedang berpelukan mesra di sebuah sofa yang terlihat seperti di club malam.

‘Mampus! Dapat dari mana si perempuan aneh ini?!’ Gerutu Flo dalam hati. Ia mulai keringat dingin, dan sudah yakin seratus persen kalau Rasya sudah tidak bisa menolongnya lagi dengan argument-argumen dan bantahan jitunya. Flo sudah pasrah dan siap memasang wajah tembok, serta watados, alias wajah tanpa dosa.

Rasya mengambil selembar foto yang berada di genggaman wanita tersebut, dan mulai mengamati dengan serius. Sementara wanita yang sudah menaruh kebencian terhadap Flo, mulai menyunggingkan senyuman licik.

“Bukti yang Ibu berikan tidak cukup kuat untuk menuduh teman saya adalah wanita yang ada di foto itu.” Ungkap Rasya, setelah beberapa saat diam mengamati foto di tangannya.

“Hah? APA?!” Kedua wanita itu mengangkat suara secara bersamaan.

Rasya mengangguk pelan dan tersenyum manis. “Benar, Bu. Coba ibu lihat lagi warna rambut wanita yang ada di foto ini.” Rasya mulai mengajak kedua wanita itu, dan Flo ikut serta mengamati foto yang ada di tangan Rasya. ‘Itu gue! Hufft …. Untung aja, gue udah cat lagi warna rambut gue tadi pagi,’ Hati Flo menggumam. Ia cukup merasa lega, karena warna rambutnya saat ini, tidak sama dengan yang ada di foto.

“Ta-ta-tapi kan, wajahnya sama,” balas wanita yang sepertinya tidak terima dengan argument Rasya.

Rasya menggeleng dan tersenyum. “Dari mana Ibu bilang wajahnya sama dengan wajah teman saya?” Rasya menoleh dan menatap sebentar Flo, kemudian menatap kedua wanita yang sudah kebingungan di hadapannya.

“Di foto ini, wajah wanita itu hanya terpotret dari samping, Bu. Dan, Ibu tahu, apa hukumnya jika menuduh orang tanpa bukti yang jelas?” Rasya mulai melihat ada kekalahan di pihak lawannya. Dan, sepertinya sekali lagi Flo akan selamat dari umpatan ibu-ibu yang merasa yakin bahwa suami mereka telah digoda dan dijadikan wanita simpanan. Diam-diam, Flo mengembuskan nafas. Lega.

“Sanksi jelas, ya, bu. Ibu nggak mau kan, saya bawa ke ranah hukum? Ke meja hijau?”

“Ck!” Wanita yang tak lain adalah istri dari Darsono mulai kelihatan kalah telak. Mati kutu.

“Mas, awas aja kalau kamu ketahuan benar-benar punya istri simpanan!” Ancam wanita itu, sambil menatap suaminya dengan tajam, kemudian kembali menatap Flo.

“Dan, kamu!” Jari telunjuknya mulai mengacung ke depan wajah Flo.

“Awas saja, kalau memang kamulah yang selama ini menjadi wanita simpanan suami saya! Kamu akan tahu akibatnya!” Ancam wanita itu, dengan jari telunjuknya yang tidak turun sama sekali. “Kamu masih muda! Dan, jangan menghancurkan masa depan kamu hanya karena uang!” Imbuh wamita itu yang langsung mempermalukan Flo di muka umum.

Flo hanya diam, menerima semua ucapan wania tersebut.

“Apa kamu tidak kasihan dengan kedua orang tua kamu?!” Lanjut wanita tersebut, semakin menginterogasi Flo, meski sudah Rasya katakan bahwa bukan Flo yang ada di foto tersebut.

“Nggak perlu bawa-bawa orang tua di sini!” Sahut Flo dengan geram. Tatapannya tajam.

“Coba tanyakan lagi Bu, apakah teman saya yang benar-benar wanita simpanan suami Ibu?” Rasya kembali ikut campur.

“Buk-bukan, s-s-sayang. Bukan dia!” Balas Darsono tiba-tiba.

Dua wanita itu semakin geram, dan langsung membalikkan badannya. Meninggalkan Flo dan Rasya tanpa sepatah kata.

Kerumunan yang sedari tadi tercipta, seketika bubar, dan menyuraki dua wanita yang sudah membuat keributan di kampus mereka. Aneh memang. Dalam sehari, ada dua kali keributan. Pertama di kantin, dan yang kedua di depan ruang akademik. Dan, lagi-lagi Flo-lah yang diklaim sebagai biang masalah. Dan, Darsono menarik tangan istrinya. Mengajaknya meninggalkan ruang akademik. Entah ke mana.

“Flo, gue mau tanya sesuatu sama lo,” lirih Rasya yang hanya bisa di dengar oleh Flo.

Flo menundukkan wajahnya. Pasrah pada ajakan Rasya. Ia tidak bisa menolak dengan alasan apapun, karena Rasya telah dua kali menjadi pahlawannya. Menjadi tameng saat dia butuh perlindungan dari berbagai hujatan yang menghujani dirinya.

Bab terkait

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Pertanyaan dan Perhatian Dari Rasya

    Rasya mengajak Flo ke sebuah café yang letaknya tidak begitu jauh dari kampus mereka. Mereka duduk di kursi dan satu meja yang letaknya berada di luar café. Flo yang ingin duduk di luar café. Tidak ingin di dalam. Dan Rasya menurut saja.“Flo, lo mau minum apa?” Tanya Rasya dengan tatapan penuh perhatian.Bukannya menjawab pertanyaan Rasya, Flo malah mengeluarkan sebungkus rokok, dan pemantik dari dalam tasnya.“Flo?! Lo?” Rasya terperangah melihat Flo yang sudah memasukkan satu batang rokoknya ke dalam mulutnya dan satu tangannya sudah siap menyalakan pemantik api. Flo hanya menaikkan dua alisnya dengan santai. Sebagai isyarat dari kata tanya, ‘kenapa?’“Nggak!” Rasya langsung menarik tiba-tiba batang rokok yang sudah bertengger di mulut Flo. Membuat Flo kesal. Dan meletakkan pemantiknya di atas meja dengan kasar.“Sya! Balikin nggak?!” Bentak Flo kesal.&ldquo

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Dosen Baru Sedingin Es, Sepanas Api

    Hari ini, para mahasiswa semester lima jurusan komunikasi kedatangan seorang dosen baru yang konon katanya tampan, usianya sekitar tiga puluh tahun, dan masih melajang. Para mahasiswi semester lima mulai saling berbisik-bisik dan sesekali menatap dosen tampan yang baru saja datang dan sedang duduk dengan posisi tegap, dan tatapannya yang tajam. Kemeja berwarna abu-abu, celana hitam yang terlihat sangat licin, dan sepatu pantofel yang hitam mengkilap, benar-benar telah membuat dosen baru itu, semakin terlihat sempurna di mata para mahasiswi, dan semakin buruk di mata para mahasiswa. Pasalnya, sebagian besar mahasiswa laki-laki menatap garang dan berdecak sebal, ketika para mahasiswi berbisik-bisik rusuh tentang ketampanan dosen baru mereka.“Oke, selamat siang semuanya.” Sapa dosen baru itu, kemudian bangkit dari posisi duduknya, kemudian berjalan ke tengah ruangan.“Selamat siang juga, Pak.” Sahut para mahasiswa bersamaan.Rasya yang seda

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Perdebatan Yang Tak Pernah Usai

    “APA?! BAPAK MAU APA, HAH?!” Bentak Flo yang tidak kalah hebatnya. Suaranya juga ikut bergema. Tidak kalah dengan suara Beni. Suara Flo bergema, memenuhi seluruh sudut koridor kampus. Bahkan, seluruh mahasiswa keluar dari kelas mereka masing-masing. Hanya demi menonton apa yang sedang terjadi di luar kelas mereka.“Yah, ini mah nggak bakalan kelar-kelar, dah.” Ucap salah satu mahasiswi yang keluar dari ruang kelas yang terdapat di sebelah ruang kelas Flo. Ia melipat kedua tangannya, menikmati sinetron dadakan yang sedang dimainkan oleh Flo dan dosen barunya.“GILA, WOY! Si Flo udah nggak sehat, otaknya! Dia berantem sama dosen yang gantengnya melebihi Antares and the genk!” Timpal mahasiswi yang satunya lagi.“Ah, udahlah! Kalau udah urusan sama Flo, gue jamin itu dosen bakalan resign. Nggak kuat ngeladenin mahasiswi koplak kayak Flo.” Tukas mahasiswa yang lainnya lagi.“Fix!

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Beng-Beng Dan Pesanan

    “Halo, iya, ada apa sayang?” Ucap Flo dengan berbisik. Kedua matanya melirik ke sana ke mari. Seolah ia sedang menelpon seorang penjahat yang bekerja sama dengannya.“Apa? Malam ini?” Tanyanya dengan nada meninggi, namun ia masih tahan, agar tidak terlalu terdengar. Ia buru-buru membekap mulutnya.“Oh, oke-oke, deh, sayang. Nanti sore, aku langsung ke hotel, ya.”“Bye,” Flo langsung menutup teleponnya, dan menghela napas lega.“Sayang? Siapa, Flo?”Suara Rasya membuat Flo terkejut setengah mati. Hampir saja, ia melempar gawainya ke udara. “Eh!” Jantung Flo langsung berdebar-debar tak karuan.“Lo, lagi telponan sama siapa, Flo?” Rasya menatap Flo dengan intens. Membuat Flo semakin salah tingkah.‘Mampus gue, kalau si kepo ini dengar apa yang barusan gue omongin sama om-om penghasil duit, gue.’ Flora menggumam, dan tatapan penuh ketakutan, se

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Flo Dan Dunianya

    ‘Akhirnya, ada yang ambil coklat Beng-Beng gue.’ Gumam Flo. Inilah dunia Flo yang sesungguhnya. Dunianya yang sesungguhnya baru akan dimulai ketika Sang Bagaskara mulai masuk, beristirahat di ufuk barat, serta langit mulai berubah warna dari jingga ke hitam gelap. Flo sudah siap untuk melancarkan aksinya demi memenuhi dunianya. Seperti biasa, ketika jam kuliah sudah selesai, Flo langsung membeli coklat Beng-Beng di kantin, dan mulai menempelkan sebuah kertas berisi tulisan “Just call me”, dengan tak lupa mencantumkan nomor ponselnya di kertas putih tersebut. Lalu, ia akan menaruhnya di saku belakang celana jeansnya. Dan, jika ada laki-laki yang mengambil coklat Beng-Bengnya, sudah dipastikan laki-laki tersebut “sedang menginginkannya”. Dan, sudah pasti akan menelponnya. Flo sudah lama melakukan hal semacam ini, di kampusnya, dan hanya segelintir warga kampus yang paham apa maksud dan tujuan Flo menyelipkan coklat Beng-Beng di saku belakang celananya. Namun, ada juga ya

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Sugar Daddy

    “Flo! Dari mana aja, lo? Jam segini baru nyampe?” Tanya Karin sambil menunjukkan layar gawainya, terlihat sudah jam sembilan malam. “Lama banget, lo!” Tukas Karin dengan tatapan sebal. Flo hanya mendengus kasar. “Rin, ya lo tahu gue, kan? Gue tinggal sama nenek gue, dan ya, gue tadi sempat ditanya-tanyain dulu sama nenek gue, mau ke mana, dan pulang jam berapa.” Jelas Flo dengan nada malas. Suara mereka hampir tidak terdengar karena DJ memainkan musin dengan bunyi yang cukup kuat. Ditambah dengan teriakan orang-orang yang sedang merasakan euphoria kehidupan malam di bar. Riuh rendah. Nada-nada yang tidak terkontrol. Mereka berdua sedang berada di depan pintu masuk bar.“Ck. Kapan matinya sih, nenek lo itu, Flo?” Ketus Karin yang langsung mendapatkan sambutan berupa tatapan mata elang dari Flo.“Ngomong apa lo barusan?” Tatapan Flo semakin tajam, dan ada penekanan di tiap kata. “Coba ulangin, kalau

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Pertengkaran Hebat Dengan Dosen

    Jam sudah menunjukkan pukul delapan, dan Flo masih tidur bersama dengan Agung. Mereka kelelahan, dan menginap di hotel. Flo dan Agung tidur tanpa mengenakan busana, serta hanya ditutupi oleh selimut berukuran besar, yang sanggup untuk menutupi dua orang dewasa.“DRT-DRT.” Gawai Flo yang berada di atas nakas berdering. Ada telepon yang masuk. Perlahan, Flo mulai tersadar dari alam bawah sadarnya. Ia mulai membuka kedua matanya pelan-pelan.“Hoaaammm, siapa sih, yang telepon gue?” Flo mengucek-kucek kedua matanya. Dengan rasa malas, Flo mengambil gawainya yang masih berdering dengan nyaringnya. Tapi, Agung tidak tergannggu sama sekali. Ia kelihatan sangat lelap.“Halo, hooaaamm.” Flo menguap, dan masih tidak sadar, dengan siapa yang menelpon.“FLO! LO BARU BANGUN?!” Suara lelaki dari ujung telepon, sukses membuat Flo kesal. Apalagi, dengan suara keras yang membuat telinga Flo kesakitan.“

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Kupu-Kupu Dan Dunia Malam

    Hitam dan putih. Tinggi dan rendah. Suci dan kotor. Halal dan haram. Adalah keberagaman yang ada di kehidupan manusia di muka bumi Tuhan. Bukan berbeda. Tapi beragam. Bukan perkara benar, jelek dan salah. Tapi, takdir Tuhan yang sudah menentukan ke arah mana para makhluk ciptaan-Nya akan menengadah. Manusia adalah wayang yang harus selalu siap dipentaskan oleh Sang Dalang yang telah menyiapkan skenario-Nya secara diam-diam. Siapa yang akan tahu, kita akan terjerumus ke dalam jurang dosa dan berbuat kesalahan?Flora Putri Darmawan. Adalah satu dari milyaran manusia di muka bumi Tuhan, yang pada akhirnya harus terdampar di sebuah tempat yang entah ini keinginan hatinya, atau hanya karena kata ‘terpaksa’ yang mendorongnya untuk masuk ke dalam dunia penuh dengan hinaan, gemerlapnya lampu-lampu diskotik malam, penuh dengan ingar bingarnya kehidupan, serta minuman keras yang tentunya selalu sukses menghilangkan akal sehat setiap insan. Dan, di sinilah Flora atau Flo, me

Bab terbaru

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Pertengkaran Hebat Dengan Dosen

    Jam sudah menunjukkan pukul delapan, dan Flo masih tidur bersama dengan Agung. Mereka kelelahan, dan menginap di hotel. Flo dan Agung tidur tanpa mengenakan busana, serta hanya ditutupi oleh selimut berukuran besar, yang sanggup untuk menutupi dua orang dewasa.“DRT-DRT.” Gawai Flo yang berada di atas nakas berdering. Ada telepon yang masuk. Perlahan, Flo mulai tersadar dari alam bawah sadarnya. Ia mulai membuka kedua matanya pelan-pelan.“Hoaaammm, siapa sih, yang telepon gue?” Flo mengucek-kucek kedua matanya. Dengan rasa malas, Flo mengambil gawainya yang masih berdering dengan nyaringnya. Tapi, Agung tidak tergannggu sama sekali. Ia kelihatan sangat lelap.“Halo, hooaaamm.” Flo menguap, dan masih tidak sadar, dengan siapa yang menelpon.“FLO! LO BARU BANGUN?!” Suara lelaki dari ujung telepon, sukses membuat Flo kesal. Apalagi, dengan suara keras yang membuat telinga Flo kesakitan.“

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Sugar Daddy

    “Flo! Dari mana aja, lo? Jam segini baru nyampe?” Tanya Karin sambil menunjukkan layar gawainya, terlihat sudah jam sembilan malam. “Lama banget, lo!” Tukas Karin dengan tatapan sebal. Flo hanya mendengus kasar. “Rin, ya lo tahu gue, kan? Gue tinggal sama nenek gue, dan ya, gue tadi sempat ditanya-tanyain dulu sama nenek gue, mau ke mana, dan pulang jam berapa.” Jelas Flo dengan nada malas. Suara mereka hampir tidak terdengar karena DJ memainkan musin dengan bunyi yang cukup kuat. Ditambah dengan teriakan orang-orang yang sedang merasakan euphoria kehidupan malam di bar. Riuh rendah. Nada-nada yang tidak terkontrol. Mereka berdua sedang berada di depan pintu masuk bar.“Ck. Kapan matinya sih, nenek lo itu, Flo?” Ketus Karin yang langsung mendapatkan sambutan berupa tatapan mata elang dari Flo.“Ngomong apa lo barusan?” Tatapan Flo semakin tajam, dan ada penekanan di tiap kata. “Coba ulangin, kalau

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Flo Dan Dunianya

    ‘Akhirnya, ada yang ambil coklat Beng-Beng gue.’ Gumam Flo. Inilah dunia Flo yang sesungguhnya. Dunianya yang sesungguhnya baru akan dimulai ketika Sang Bagaskara mulai masuk, beristirahat di ufuk barat, serta langit mulai berubah warna dari jingga ke hitam gelap. Flo sudah siap untuk melancarkan aksinya demi memenuhi dunianya. Seperti biasa, ketika jam kuliah sudah selesai, Flo langsung membeli coklat Beng-Beng di kantin, dan mulai menempelkan sebuah kertas berisi tulisan “Just call me”, dengan tak lupa mencantumkan nomor ponselnya di kertas putih tersebut. Lalu, ia akan menaruhnya di saku belakang celana jeansnya. Dan, jika ada laki-laki yang mengambil coklat Beng-Bengnya, sudah dipastikan laki-laki tersebut “sedang menginginkannya”. Dan, sudah pasti akan menelponnya. Flo sudah lama melakukan hal semacam ini, di kampusnya, dan hanya segelintir warga kampus yang paham apa maksud dan tujuan Flo menyelipkan coklat Beng-Beng di saku belakang celananya. Namun, ada juga ya

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Beng-Beng Dan Pesanan

    “Halo, iya, ada apa sayang?” Ucap Flo dengan berbisik. Kedua matanya melirik ke sana ke mari. Seolah ia sedang menelpon seorang penjahat yang bekerja sama dengannya.“Apa? Malam ini?” Tanyanya dengan nada meninggi, namun ia masih tahan, agar tidak terlalu terdengar. Ia buru-buru membekap mulutnya.“Oh, oke-oke, deh, sayang. Nanti sore, aku langsung ke hotel, ya.”“Bye,” Flo langsung menutup teleponnya, dan menghela napas lega.“Sayang? Siapa, Flo?”Suara Rasya membuat Flo terkejut setengah mati. Hampir saja, ia melempar gawainya ke udara. “Eh!” Jantung Flo langsung berdebar-debar tak karuan.“Lo, lagi telponan sama siapa, Flo?” Rasya menatap Flo dengan intens. Membuat Flo semakin salah tingkah.‘Mampus gue, kalau si kepo ini dengar apa yang barusan gue omongin sama om-om penghasil duit, gue.’ Flora menggumam, dan tatapan penuh ketakutan, se

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Perdebatan Yang Tak Pernah Usai

    “APA?! BAPAK MAU APA, HAH?!” Bentak Flo yang tidak kalah hebatnya. Suaranya juga ikut bergema. Tidak kalah dengan suara Beni. Suara Flo bergema, memenuhi seluruh sudut koridor kampus. Bahkan, seluruh mahasiswa keluar dari kelas mereka masing-masing. Hanya demi menonton apa yang sedang terjadi di luar kelas mereka.“Yah, ini mah nggak bakalan kelar-kelar, dah.” Ucap salah satu mahasiswi yang keluar dari ruang kelas yang terdapat di sebelah ruang kelas Flo. Ia melipat kedua tangannya, menikmati sinetron dadakan yang sedang dimainkan oleh Flo dan dosen barunya.“GILA, WOY! Si Flo udah nggak sehat, otaknya! Dia berantem sama dosen yang gantengnya melebihi Antares and the genk!” Timpal mahasiswi yang satunya lagi.“Ah, udahlah! Kalau udah urusan sama Flo, gue jamin itu dosen bakalan resign. Nggak kuat ngeladenin mahasiswi koplak kayak Flo.” Tukas mahasiswa yang lainnya lagi.“Fix!

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Dosen Baru Sedingin Es, Sepanas Api

    Hari ini, para mahasiswa semester lima jurusan komunikasi kedatangan seorang dosen baru yang konon katanya tampan, usianya sekitar tiga puluh tahun, dan masih melajang. Para mahasiswi semester lima mulai saling berbisik-bisik dan sesekali menatap dosen tampan yang baru saja datang dan sedang duduk dengan posisi tegap, dan tatapannya yang tajam. Kemeja berwarna abu-abu, celana hitam yang terlihat sangat licin, dan sepatu pantofel yang hitam mengkilap, benar-benar telah membuat dosen baru itu, semakin terlihat sempurna di mata para mahasiswi, dan semakin buruk di mata para mahasiswa. Pasalnya, sebagian besar mahasiswa laki-laki menatap garang dan berdecak sebal, ketika para mahasiswi berbisik-bisik rusuh tentang ketampanan dosen baru mereka.“Oke, selamat siang semuanya.” Sapa dosen baru itu, kemudian bangkit dari posisi duduknya, kemudian berjalan ke tengah ruangan.“Selamat siang juga, Pak.” Sahut para mahasiswa bersamaan.Rasya yang seda

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Pertanyaan dan Perhatian Dari Rasya

    Rasya mengajak Flo ke sebuah café yang letaknya tidak begitu jauh dari kampus mereka. Mereka duduk di kursi dan satu meja yang letaknya berada di luar café. Flo yang ingin duduk di luar café. Tidak ingin di dalam. Dan Rasya menurut saja.“Flo, lo mau minum apa?” Tanya Rasya dengan tatapan penuh perhatian.Bukannya menjawab pertanyaan Rasya, Flo malah mengeluarkan sebungkus rokok, dan pemantik dari dalam tasnya.“Flo?! Lo?” Rasya terperangah melihat Flo yang sudah memasukkan satu batang rokoknya ke dalam mulutnya dan satu tangannya sudah siap menyalakan pemantik api. Flo hanya menaikkan dua alisnya dengan santai. Sebagai isyarat dari kata tanya, ‘kenapa?’“Nggak!” Rasya langsung menarik tiba-tiba batang rokok yang sudah bertengger di mulut Flo. Membuat Flo kesal. Dan meletakkan pemantiknya di atas meja dengan kasar.“Sya! Balikin nggak?!” Bentak Flo kesal.&ldquo

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Keributan dan Kehebohan Di Ruang Akademik

    “Flo!” Panggil salah satu mahasiswa yang tidak sekelas dengan Flo. Namanya, Toni. Saat itu, Flo sedang di kelas. Sedang duduk sambil merapihkan rambutnya yang basah akibat siraman air dadakan di kantin, mengaca dengan cermin kecil yang ia bawa, dan ia juga sedang mendengarkan ceramah dari Rasya.“Ish, apaan lagi sih, Ton?” Tanya Flo kesal. Ia langsung memasukkan cerminnya ke dalam tas. Dan, Rasya mulai menatapnya lagi. Penuh dengan tanda tanya.“Flo?” Rasya mulai mencoba mengintimidasi Flo lewat tatapan matanya.“Ck. Apaan sih, Syaaaaa.” Flo memutar kedua bola matanya. Kesal.“Lo, nggak punya masalah lagi kan dengan hubungan orang lain?” Tanya Rasya penuh selidik.Flo menghela napas berat, kemudian menatap sejenak ke langit-langit ruang kelasnya, lalu kembali menatap Rasya. “Ya, gue nggak tahu, lah, Sya!” Sahut Flo kesal.“EH! Malah saling tanya-tanya! Lo, udah dit

  • Cinta Untuk Si Ayam Kampus    Drama Heboh Di Kantin

    “PRATT!”“Oh, jadi ini, orangnya ya, yang semalaman sama suami orang, hah?” ““Dasar wanita gatel!”Wanita yang terlihat lebih tua dari Flo, tiba-tiba memaki-makinya dan menyiramkan sebotol air mineral ke wajah Flo. Kala itu, Flo sedang duduk-duduk santai di kantin bersama teman-temannya, dan memang sedang jam istirahat sebelum memasuki mata kuliah ke tiga.Flo terkejut bukan main. Ia yang tiba-tiba mendapatkan hadiah dadakan berupa siraman air dan makian, seketika langsung menjadi pusat perhatian para mahasiswa semua jurusan. Termasuk para mahasiswa di jurusannya. Jurusan komunikasi. Mulut Flo menganga sangat lebar, lalu mulai mengelap wajahnya yang sudah basah kuyup akibat air mineral satu botol yang disiramkan ke wajahnya tanpa permisi. Flo bangkit dari duduknya, dan mulai menatap tajam ke wanita yang sudah berani menyiram dan memakinya di muka umum.“Ngomong apaan sih, Mbak? Nggak jelas bang

DMCA.com Protection Status