Lima

Fadil yang sudah menduga ini sejak awal, tetap berjalan santai. Seperti tak mengetahui ada orang di hadapannya.

"Woi!!" Teriak Arga mencoba memburu Fadil.

Fadil tersenyum, dan berbelok masuk menuju taman. Ia sengaja, agar tidak ada orang yang mencampuri urusan mereka.

Arga yang sudah di kuasai emosi, langsung melayangkan tinjunya. Kali ini Fadil berani melawan, ia menangkisnya dengan mudah.

Kemudian membalikkan keadaan dengan cepat. Mengunci tangan Arga dengan kencang. Membuat cowok blasteran itu meringis kesakitan.

"Brengsek! Sialan! Berani beraninya lo giniin adek gue! " Umpat Arga sembari menahan sakit .

"Salah gue dimana! Adek lo yang suka sama gue. Terus salah gue kalo gue gak suka balik ke dia?! Salah gue gitu!"

Disinilah sifat Fadil mulai keluar. Ia memang dikenal anti membuat masalah di sekolahan. Bukan karena tidak bisa, melainkan tidak mau. Ia harus lulus dengan predikat baik , sebagai siswa yang baik juga tentunya.

"Salah lah! Kurang apa sih ais itu! Dia cantik, putih , blasteran. Cowo mana yang gak mau sama dia. Dan dia bela belain kasih semuanya buat lo tolol! "

Fadil tertawa sarkas,"gue yang gak mau sama dia. Dia cantik, ya lo pacarin sendiri aja sonoh. Dia bukan tipe gue!"

"Terus kalo lo gak mau sama dia, kenapa lo ngasih harapan ke dia? Ngajak nongkrong, jalan bareng , makan bareng? "

"Loh salahnya dimana lagi? Emang harus suka dulu baru bisa ngajak dia makan dan jalan. Norak lo! "

Arga yang semakin tak tahan, memberikan kode kepada teman temannya untuk menyerang Fadil.

Bukk

Dengan sekali hantaman, tongkat baseball itu mengenai kaki Fadil. Membuat cowok itu tersungkur. Setelahnya dengan tanpa ampun, Arga dan teman temannya menginjak injak Fadil.

Fadil tertawa sembari melindungi wajahnya. Entah apa yang ia pikirkan, karena ia sama sekali tak melawan.

Tiba tiba sebuah teriakan mengagetkan mereka. Sembari mengayunkan sepotong bambu, wanita itu memukuli teman teman Arga.

"Kalian harusnya belajar! Kenapa malah ngeroyok orang sih! Anak anak jaman sekarang emang bener bener berandal!" Teriak wanita itu masih dengan tangan mengayunkan bambu ke sembarang arah.

Matanya sesekali terpejam, wajahnya terlihat takut namun terpaksa untuk berani.

Arga memandangnya dengan tatapan bingung, kemudian menepuk tangan. Sebagai tanda agar teman temannya berhenti.

Fadil mengintip saat semua orang berhenti menginjaknya. Begitu terkejutnya ia saat melihat wanita yang berusaha menolongnya.

Ya, dia adalah Anseara.

Sebelumnya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Anseara berniat duduk dulu di taman, dengan tujuan membiasakan diri untuk berada di lingkungan luar.

Karena hari ini ia merasa sudah sangat baik, ia tak merasakan kecemasan berlebih. Hanya sesekali saja jantungnya berdetak kencang.

Tapi itu sudah better sekali, tidak seperti hari pertama ia bekerja.

Saat tengah berjalan, ia melihat seseorang yang tengah dikeroyok. Awalnya ia takut dan tak berniat ikut campur. Tapi hati kecilnya tak tega jika tak melakukan apapun untuk menolong.

"Kalo aku nggak nolongin kasian, satu lawan banyak itu tak adil."

Ia tau persis rasanya kesusahan, tapi harus di hadapi seorang diri. Alhasil ia memutuskan untuk mencari apapun yang bisa dijadikan senjata.

"Ara, " ucap Fadil bergegas bangun, "kamu ngapain disini?" Ucapnya dengan nada khawatir.

"Fa-fadil?" Ucap Ara.

Fadil bergegas mendekati wanita itu. Dan dengan cepat melempar bambu yang ara pegang.

Kemudian menyembunyikan Ara di belakang tubuhnya. . Dengan tangan masih bergetar, wanita itu memegang lengan fadil.

Arga bertepuk tangan, dengan senyuman mengerikan.

"Oh apa ini gadis yang udah bisa ngalahin adek gue?" Ujar Arga menyeringai.

"Dia tidak ada hubungannya dengan masalah kita! " Jawab Fadil cepat.

"Benarkah? " Arga maju mendekati ara.

Lalu secara reflek, Fadil menggeser tubuhnya agar menghalangi langkah Arga.

"Serius dia bukan gadis yang lo suka? "

"Gue ulangi, dia tidak ada hubungannya dengan masalah kita!"

"Kalo begitu, boleh dong buat gue. Cantik juga kalo diliat liat. Kebetulan nih gue cuma punya pacar 1, masih kurang. "

"Lo jangan macem macem sama dia brengsek!"

Fadil melayangkan tinjunya, sekali namun cukup keras membuat arga tersungkur.