Bab 10Hafiz merebahkan tubuh Azizah di pembaringan. Dengan penuh kelembutan, dia menelusuri setiap senti di wajah Azizah dengan bibirnya. Azizah harus tahu, seorang Hafiz begitu mencintainya dan tidak pernah bermaksud untuk menjadikan pernikahan ketiganya ini sebuah kesempatan buat dirinya sebagai seorang laki-laki untuk melampiaskan hasrat dan nafsu kelelakiannya. Baginya cukuplah Azizah yang menjadi bidadari halalnya.Hafiz semakin memperdalam ciumannya. Azizah mendesah ketika mulut Hafiz menyusuri lehernya dan memberikan gigitan-gigitan kecil sebagai tanda kepemilikan."Abang," desah Azizah."Mendesahlah, Sayang, sebut nama Abang. Abang menyukainya," suara seraknya penuh dengan kabut gairah. Hafiz mengambil sehelai kain dan menyelimuti tubuh mereka.Seakan berpacu dengan waktu, Hafiz menari diatas tubuh istrinya yang indah. Sesekali suara erangan erotis Azizah seperti instrumen yang membuatnya semakin terbakar oleh gairah. Gairah seorang lelaki muda yang haus dengan manisnya madu
Bab 11"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha linafsi bi mahril madzkur haalan, ala manhaji Kitabillah wa sunnati Rasulillah. Aku terima nikah dan kawin dia (Naura Allysia Salsabila binti KH. Ahmad Nawawi) untuk diriku dengan mahar yang telah disebut tadi tunai, di atas manhaj kitab Allah dan sunnah Rasulullah.""Sah!" "Barokalllah." Suara-suara terdengar bersahutan dengan nada penuh kegembiraan.Hafiz melepaskan genggaman tangan kiai Nawawi yang sekarang sudah resmi menjadi ayah mertuanya. Dadanya bergetar hebat. Serasa berton-ton beban ditimpakan kepadanya. Resmi sudah dia memegang tampuk kepemimpinan atas diri Naura, seorang gadis yang bahkan belum pernah sekalipun dia lihat bagaimana rupanya.Arrijaalu qawwamuna alan nisa.... Laki-laki itu menjadi pemimpin bagi kaum wanita. Setiap laki-laki yang memutuskan untuk memiliki istri lebih dari satu, hendaknya bisa memahami semua ini.Memiliki istri lebih dari satu seharusnya yang dipikirkan bukan cuma enaknya, tetapi juga tanggung jawabnya. S
Bab 12"Adek," bisiknya.Tangannya terulur menyusuri tiap jengkal dari wajah mulus milik Naura. Hatinya gemetar. Ingatannya melayang kembali mengingat peristiwa sebelas tahun yang lalu. Ketika dia singgah di sebuah masjid dan melihat sebuah tas yang teronggok di salah satu sudut ruangan. Tak ada seorangpun yang dia temui di mesjid itu mengaku sebagai pemiliknya.Hafiz memberanikan diri membuka tas, sekedar mencari tahu siapa pemiliknya. Barangkali ada identitas diri yang tersimpan di dalam tas. Tak sengaja dia menemukan seuntai kalung emas dengan liontin sederhana berbentuk hati dengan sebuah permata di tengahnya."Abang ingat sekarang," ucap Hafiz sembari menepuk jidat. "Abang menemukan identitas Abah di dalam tas. Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Darul Falah. Abang pun pergi ke sana dan menyerahkan tas itu."Naura menganggukkan kepala"Abah berulangkali menceritakan kebaikan pemuda itu kepada Adek. Beliau sangat salut dengan pemuda itu yang ternyata sangat jujur dan amanah.
Bab 13"Bukan soal menolak atau tidak, Abah, tetapi Hafiz merasa dibohongi. Naura memberikan gambaran tentang dirinya yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.""Istrimu sama sekali tidak berbohong, Nak," sahut laki-laki tua itu. Beliau menepuk pundak Hafiz."Maksud Abah?" kejar Hafiz."Dia tidak berbohong, Nak. Dia memang lumpuh. Dia tidak bisa berjalan. Kakinya tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang dimurkai oleh Allah. Dia tidak bisa melangkahkan kakinya ke tempat-tempat maksiat. Itulah maksud tersembunyi dari ucapan Naura," jelas kiai Nawawi."Subhanallah...." Hafiz berseru dan setelah itu mengucap takbir."Hafiz tidak menyangka, masih ada wanita seperti itu di zaman sekarang." Laki-laki itu berdecak kagum."Itulah kenyataannya, Nak. Sebagian besar waktu Naura dihabiskan dengan menghafal Al-Qur'an sejak kecil. Dia berhasil menghafal 15 juz saat usianya baru 7 tahun dan berhasil menghatamkan Alquran di umur 10 tahun. Alhamdulillah," ucap laki-laki itu. Pandangan matanya me
Bab 14Lagi-lagi perempuan itu menutup wajah dengan kedua telapak tangannya."Astaga.. malu lagi, istri Abang," godanya. Hafiz meraih tangan itu dan mengecupnya sekilas."Ketahuilah, sayangku, malu itu perhiasan setiap wanita, tetapi perhiasannya itu harus dia tanggalkan di saat berada di hadapan suaminya. Ketika dia sedang berhadapan dengan laki-laki lain, perhiasan itu harus dikenakannya kembali," ucap Hafiz."Itu adalah pengalaman pertama buat Adek," katanya lirih."Abang juga tahu kalau itu pengalaman pertama buat Adek." Hafiz mengacak rambut Naura. "Terima kasih ya, sudah mau menjaganya untuk Abang.""Maaf, Sayang, kalau kemarin malam rasanya agak sakit. Abang tidak bermaksud untuk menyakitimu." Hafiz kembali mendaratkan sebuah kecupan di kening Naura."Tak apa, Bang. Itu sudah hak Abang sebagai seorang suami dan kewajiban Adek untuk melayani Abang," sahutnya."Terima kasih ya, Sayang. Oh ya, besok kita akan segera pindah ke rumah yang baru. Rumah itu sebenarnya adalah rumah yang
Bab 15Sepasang netra bening itu menatap wajah suaminya dalam-dalam. Merah merona di wajahnya bahkan seperti gambaran suasana hatinya yang masih saja di liputi rasa kaget dengan pernyataan yang di lontarkan oleh Hafiz barusan.Hafiz merasa begitu senang. Dia merasa seperti mendapat mainan baru yang unik. Sepertinya ini akan menjadi hiburan tersendiri. Ah, menggoda Naura ternyata sangat menyenangkan."Abang bersungguh-sungguh?" tanya Naura. Ada kecemasan kentara di wajahnya.Hafiz hanya tersenyum simpul. "Ah, Abang cuma bercanda, Sayang. Abang juga mengerti kalau kamu belum siap melakukan kegiatan itu lagi. Itunya masih sakit, kan? Masih terasa perih, kan? Abang nggak akan tega bersikap bar-bar kok." Hafiz mencubit pipi Naura.Perempuan muda itu mengangguk. Dari gestur tubuhnya Hafiz memahami kalau dia masih merasa sungkan dengannya. Dia belum terbiasa dengannya, bahkan diperlakukan dengan cara seintim ini. Naura benar-benar masih virgin, bukan cuma karena dia masih perawan, tapi tubuh
Bab 16"Naura paham, Bang. Abang tidak usah khawatir. Dari awal Adek sudah tahu siapa Abang sebenarnya, jadi tidak ada lagi dusta atau tipu diantara kita.""Menjadi seorang istri yang suaminya memiliki istri lain, harus siap mental ya, Sayang. Mandiri, kuat menghadapi semua hal, apalagi di saat suami tidak ada di rumah dan tengah berada di rumah istri yang lain." Hafiz menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya. "Kenapa kita terlambat bertemu, Sayang? Sebenarnya Abang tidak tega menjadikanmu sebagai istri yang kesekian. Kamu tidak pantas, Sayang.""Bang, apakah Abang tidak mencintai Naura?" Bola hitam di matanya tampak sedang berusaha menyelami isi dibalik sorot matanya. Mereka bertatapan cukup lama sebelum akhirnya wanita itu menundukkan wajahnya."Abang pasti mencintaimu. Percayalah seorang suami harus mencintai istrinya.""Itu bukan cinta, Bang. Itu adalah kewajiban," protes Naura."Bukan, Sayang." Sejenak dia menghirup nafasnya. "Apakah Adek sudah lupa, ketika Adek
Bab 17Kamar ini cukup luas bagi Naura. Sebuah ruangan berukuran 5 x 5 meter dengan kamar mandi di dalam. Cukup nyaman buat Naura. Setidaknya dua atau tiga hari dia bisa beristirahat dengan tenang.Perempuan itu segera melepas jilbab, cadar dan kaos kakinya. Dia menaruh di gantungan baju di pojok kamar."Abang bener-bener minta maaf atas insiden ini. Abang tidak menyangka Yasmin kembali, sedang hamil pula."Kata-kata suaminya barusan masih terngiang-ngiang di benaknya. Dia hanya bisa tersenyum saat itu dan berusaha mati-matian untuk meredam perasaannya.Sakit?Tentu saja dia sakit hati. Dia tidak pernah menyangka kalau istri kedua suaminya akan kembali. Dia tak pernah memperhitungkan kemungkinan seperti ini. Dia hanya membayangkan akan berbagi suami dengan Azizah, istri pertama Hafiz dan dia hanya menyiapkan mental untuk menghadapi hal seperti itu.Sekarang kenyataan di luar dugaannya. Fix, berarti dia benar-benar menjadi seorang istri yang ketiga!"Ya Allah, beginikah rasanya?" Naura