Bab 15Sepasang netra bening itu menatap wajah suaminya dalam-dalam. Merah merona di wajahnya bahkan seperti gambaran suasana hatinya yang masih saja di liputi rasa kaget dengan pernyataan yang di lontarkan oleh Hafiz barusan.Hafiz merasa begitu senang. Dia merasa seperti mendapat mainan baru yang unik. Sepertinya ini akan menjadi hiburan tersendiri. Ah, menggoda Naura ternyata sangat menyenangkan."Abang bersungguh-sungguh?" tanya Naura. Ada kecemasan kentara di wajahnya.Hafiz hanya tersenyum simpul. "Ah, Abang cuma bercanda, Sayang. Abang juga mengerti kalau kamu belum siap melakukan kegiatan itu lagi. Itunya masih sakit, kan? Masih terasa perih, kan? Abang nggak akan tega bersikap bar-bar kok." Hafiz mencubit pipi Naura.Perempuan muda itu mengangguk. Dari gestur tubuhnya Hafiz memahami kalau dia masih merasa sungkan dengannya. Dia belum terbiasa dengannya, bahkan diperlakukan dengan cara seintim ini. Naura benar-benar masih virgin, bukan cuma karena dia masih perawan, tapi tubuh
Bab 16"Naura paham, Bang. Abang tidak usah khawatir. Dari awal Adek sudah tahu siapa Abang sebenarnya, jadi tidak ada lagi dusta atau tipu diantara kita.""Menjadi seorang istri yang suaminya memiliki istri lain, harus siap mental ya, Sayang. Mandiri, kuat menghadapi semua hal, apalagi di saat suami tidak ada di rumah dan tengah berada di rumah istri yang lain." Hafiz menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya. "Kenapa kita terlambat bertemu, Sayang? Sebenarnya Abang tidak tega menjadikanmu sebagai istri yang kesekian. Kamu tidak pantas, Sayang.""Bang, apakah Abang tidak mencintai Naura?" Bola hitam di matanya tampak sedang berusaha menyelami isi dibalik sorot matanya. Mereka bertatapan cukup lama sebelum akhirnya wanita itu menundukkan wajahnya."Abang pasti mencintaimu. Percayalah seorang suami harus mencintai istrinya.""Itu bukan cinta, Bang. Itu adalah kewajiban," protes Naura."Bukan, Sayang." Sejenak dia menghirup nafasnya. "Apakah Adek sudah lupa, ketika Adek
Bab 17Kamar ini cukup luas bagi Naura. Sebuah ruangan berukuran 5 x 5 meter dengan kamar mandi di dalam. Cukup nyaman buat Naura. Setidaknya dua atau tiga hari dia bisa beristirahat dengan tenang.Perempuan itu segera melepas jilbab, cadar dan kaos kakinya. Dia menaruh di gantungan baju di pojok kamar."Abang bener-bener minta maaf atas insiden ini. Abang tidak menyangka Yasmin kembali, sedang hamil pula."Kata-kata suaminya barusan masih terngiang-ngiang di benaknya. Dia hanya bisa tersenyum saat itu dan berusaha mati-matian untuk meredam perasaannya.Sakit?Tentu saja dia sakit hati. Dia tidak pernah menyangka kalau istri kedua suaminya akan kembali. Dia tak pernah memperhitungkan kemungkinan seperti ini. Dia hanya membayangkan akan berbagi suami dengan Azizah, istri pertama Hafiz dan dia hanya menyiapkan mental untuk menghadapi hal seperti itu.Sekarang kenyataan di luar dugaannya. Fix, berarti dia benar-benar menjadi seorang istri yang ketiga!"Ya Allah, beginikah rasanya?" Naura
Bab 18Benar-benar seminggu yang penuh dengan drama. Begitu Hafiz menyebutnya. Kejutan demi kejutan yang dia dapat dari Naura, kiai Nawawi dan terakhir Yasmin. Menguras emosi, pikiran dan tenaganya.Dia merasakan sekali perubahan yang terjadi di dalam hidupnya. Semuanya terasa begitu mendadak. Hafiz tak menyangka sekarang dia telah menjadi seorang lelaki yang memiliki tiga orang istri yang harus di ayominya dengan penuh tanggung jawab.Sungguh berat beban dan tanggung jawab yang harus dipikulnya, belum lagi amanah yang dilekatkan di pundaknya, yaitu mengurus pesantren. Saat ini dia tengah di dalam perjalanan pulang menuju rumah Azizah. Malam sudah semakin larut dan waktu isya telah berlalu begitu lama.Tidak seperti sang ayah yang memilih mengisi pengajian di rumah sendiri, Hafiz memilih untuk mengisi pengajian di beberapa masjid dan musala di desa-desa sekitar pesantren Al Istiqomah.Mobilnya terus melaju dengan kecepatan sedang. Perasaannya sedang tak menentu. Ada rasa gugup bercam
Bab 19"Tidak, Sayang. Rasanya akan tetap sama karena Abang menikmatinya bukan sekedar sentuhan fisik, tetapi juga hati. Laki-laki yang baik akan selalu menerima perubahan fisik dari istrinya, apalagi perubahan itu disebabkan karena melahirkan buah hati mereka."Hafiz mulai mengecup kening istrinya. Dia melakukannya dengan begitu lembut, mengabsen setiap senti di wajah sang istri. Kening, pipi, mata, hidung dan akhirnya benda kenyal nan basah itu pun mendarat di bibirnya. Bibir itu melumatnya dengan begitu lembut, lidahnya menerobos dan mengajak pasangannya untuk menari sebuah tarian pemicu gairah cinta.Hafiz menguntai doa lirih dari mulutnya sembari mengambil selimut untuk menutupi tubuh mereka.***"0e oe oe ...."Suara tangis bayi kecil Ibrahim menggema saat mereka baru saja selesai menunaikan shalat subuh. Hafiz bangkit dari sajadah dan meraih bayi mungil itu."Wah, anak ayah sudah bangun ya? Duh, tampannya. Ibrahim, kalau bangun tidur harus baca apa? Hayo ...." Laki-laki itu men
Bab 20Brakk!!Lelaki muda bertubuh tegap itu menutup pintu mobilnya dengan suara keras. Buru-buru ia menyalakan mesin mobil dan segera tancap gas meninggalkan halaman rumah.Tujuannya sekarang adalah kompleks pondok pesantren Al-Istiqomah. Di samping menjabat sebagai wakil ketua yayasan pondok pesantren Al Istiqomah, Hafiz juga mengajar. Bahkan jadwal pengajarannya pun penuh. Di samping dia mengajar di pondok pesantren, laki-laki itu juga sering mengisi pengajian di desa-desa sekitar pondok pesantren. Dia sudah cukup dikenal, tetapi sampai saat ini Hafiz belum berniat untuk membuka pengajian sendiri seperti ayahnya.Pagi ini benar-benar membuatnya lelah. Kegembiraannya bersama istri dan putra kecilnya mendadak sirna tatkala sebuah chat masuk ke ponselnya dan chat itu berasal dari Yasmin!Chat dari Yasmin yang mengatakan kalau dia ingin ditemani di rumah. Satu hal yang membuat Azizah marah besar, karena hari ini adalah waktunya, gilirannya, dan dia tak mau diganggu oleh madunya dengan
Bab 21Hafiz membeku di tempatnya. Dia tak menyangka akhirnya Yasmin menyusul ke pesantren. Lelaki itu sejenak melupakan kenyataan jika Yasmin sudah biasa melakukan itu saat mereka masih bersama dulu.Perempuan itu berjalan perlahan menghampiri sang suami. Yasmin menatapnya dengan wajah berbinar. Ada kerinduan yang tersirat dari sorot matanya. Sorot mata rindu yang selalu saja meluluhkan hati Hafiz untuk menuruti semua keinginan perempuan itu. Yasmin mengenakan gamis dengan kembang-kembang kecil dengan jilbab warna biru muda. Ujung jilbabnya yang lebar berkibar tertiup angin pagi.Di tangannya ada sebuah bungkusan plastik. Hafiz menggelengkan kepala."Yasmin," keluh Hafiz dalam hati. "Mengapa kamu nekat datang ke sini, Sayang? Kenapa kamu selalu membuat Abang korupsi waktu dengan istri Abang yang lain?""Abang yang nggak mau datang ke rumah Adek, jadi Adek saja yang datang kemari." Tawanya terlihat tanpa beban. "Dia kangen sama Abang, bukan cuma Yasmin yang kangen sama Abang," ucapny
Bab 22Perempuan itu bangkit berdiri saat melihat sang putra kecil sudah tertidur pulas. Dia menutup pintu kamar dengan hati-hati, tanpa suara, lalu meneruskan langkahnya menuju dapur."Ada apa, Azizah?" tanya Bibi Sarah. Wanita itu langsung menunda kegiatannya membersihkan kompor saat mendapati kehadiran keponakannya di dapur. "Kamu seperti habis menangis. Bertengkar lagi dengan Hafiz?""Tidak, Bibi. Ini hanyalah air mata kesedihan seorang istri yang takut kehilangan perhatian dari suami." Wajahnya tertunduk lesu.Bibi Sarah menghela nafas. Dia duduk di kursi menghadap Azizah."Jikalau kamu memang menginginkan berada di jalan ini, maka bertahanlah, Nak. Bibi percaya, masalah ini pasti ada solusinya. Kita tak bisa mencegah Hafiz untuk menikahi Yasmin dan Naura, tetapi kita pasti menemukan cara terbaik untuk bisa bertahan.""Apa yang harus kita lakukan, Bibi? Azizah tahu ke depannya posisi Azizah bakal tersisih oleh mereka.""Setiap manusia dikaruniai oleh kelebihan dan juga kekuranga