"Apa Yura adalah keponakanmu?" tanya Tiara, teman arisan Mayang. Saat Mayang memeriksa foto-foto dahulu, saat Yura pertama kali menginjakkan kaki di apartemen Mayang.
"Kamu mengenalnya? Iya, dia keponakanku," ungkap Mayang. Tiara sedikit terkejut dengan fakta itu.
"Sepertinya, dia teman anakku." Tiara mengingat kembali kenangan busuk dulu, saat Tiara melihat Yura dan Aditya bergandengan tangan berdua. Ada rasa ingin mengadu, tapi, Tiara tidak tega pada Mayang.
"Mayang, maukah kamu menceritakan, bagaimana Yura bisa tinggal denganmu"? selidik Tiara.
"Kakakku menitipkan anaknya, padaku, kebetulan, saat itu, aku membutuhkan teman untuk tidur, karena Adit sering sekali berjaga malam. Sekarang, dia telah tumbuh menjadi dewasa. Dan memiliki kekasih, rasanya baru kemarin dia lahir, waktu memang tidak terasa," jelas Mayang.
"Kamu tahu siapa kekasihnya?" Pertanyaan Tiara, memang hal yang selama ini ingin Mayang tahu.
"Aku tidak pernah tahu, Yura tidak pernah mengenalkannya, kenapa kamu begitu ingin tahu?" tanya Mayang.
"Karena kamu harus waspada." Tiara mengambil ponsel miliknya, untuk menutupi ucapannya yang terbata.
"Waspada? Terhadap apa?"
"Ter"
"Mayang," Tiba-tiba Aditya ada di salon langganan Mayang, Tiara yang melihat Aditya langsung membuang wajahnya.
"Ada apa, Dit? Kok kamu ke sini?" Mayang mengerutkan dahi.
"Dompet kamu ketinggalan, sayang," Adit mengasongkan dompet merah milik Mayang itu.
"Kamu emang bisa diandalkan, kamu gak kerja?" Mayang dipanggil untuk kerimbat oleh pegawai salon.
"Aku kerimbat dulu ya," Aditya hanya tersenyum.
"Tiara?" panggil Aditya. Namun, ia enggan untuk melihat suami dari temannya itu. Meskipun, Tiara telah menutupi wajahnya dengan majalah, Aditya tetap memanggil namanya.
"Mungkin, Bapak salah orang," lontar Tiara yang kesal, karena Aditya terus memanggil namanya.
"Bener kan, Tiara." Aditya merebut majalah yang Tiara pakai untuk menutupi wajahnya.
"Sudah aku bilang, jangan terlalu akrab denganku. Ada apa?" ketus Tiara.
"Siapa juga, yang ingin akrab denganmu," Aditya mendekatkan wajahnya pada wajah Tiara.
"Awas aja ya, kalo kamu sampai bilang sama Mayang," bisik Aditya.
"Kamu ke sini hanya untuk mengancam aku? Bukan karena dompet Mayang kan?" tebak Tiara.
"Itu, urusanku, mau aku bilang, atau tidak," Tiara menekan dada Aditya dengan telunjuknya.
"Jika itu mau kamu, aku juga bisa bilang ke publik, bahwa kamu itu simpanan seorang artis." Aditya mengancam Tiara lagi.
"Dasar, sampah tidak berguna!" gerutu Tiara. Tiara cukup tercengang, bahwa Aditya memiliki rahasianya.
"Kamu mengatai dirimu sendiri? Kita itu sama, Tiara, kita sama-sama selingkuh, yang membedakan hanyalah, aku mempunyai selingkuhan, sedangkan kamu itu selingkuhan, kita sama-sama bermain api," Aditya membenarkan kerah bajunya, dan melangkah pergi dari salon mahal langganan Mayang.
Tiara mengingat saat dia memergoki Aditya dan Yura berkencan di mall. Tiara mengikuti Aditya, dia yakin betul bahwa itu adalah suami dari temannya. Tiara langsung mendatangi Aditya dan Yura saat keduanya tengah asik menyuapi satu sama lain.
"Adit?" tegur Tiara kala itu. Aditya yang sedang memakai topi pada saat itu, menurunkan lagi topinya ke bawah, dan membungkukkan diri.
"Mungkin, salah orang," ucap Aditya sambil dengan erat memegang lengan Yura. Mengajak agar Yura dan dirinya segera menghindari Tiara.
"Ah," lirih Yura, saat kakinya tersangkut di kaki meja.
"Yura, hati-hati dong!" Aditya membantu Yura, dan pada saat itu, Tiara tahu selingkuhan Aditya bernama Yura, Tiara pun, masih sangat ingat dengan wajah keponakan dari Mayang itu.
"Adit?" Tiara menarik topi Aditya, membuat Aditya menutupi wajahnya.
"Kamu udah ketahuan, dit, dia siapa?" labrak Tiara. Orang-orang mengalihkan pandangannya pada pemandangan itu.
"Apa sih, Buk, pacarku bilang, Ibu salah orang, kenapa paksa-paksa sih?" geram Yura, mendorong bahu Tiara.
"Akan aku adukan kalian ke Mayang!" ancam Tiara saat itu, sambil menunjuk pada wajah Yura dan Aditya. Tiara mengambil ponsel dari tas miliknya.
"Jangan!" Aditya langsung merebut ponsel milik Tiara itu, Aditya menarik lengan Tiara dan mengajaknya untuk berbicara berdua.
"Dia siapa dit?" Tiara berteriak pada suami temannya itu.
"Jangan ikut campur pada masalahku! Dan jangan adukan itu pada Mayang, jika kamu masih ingin mengadu, aku juga akan beri tahu orang-orang, bahwa suami yang kamu sayangi itu, melakukan korupsi dikantornya." Aditya mengancam balik Tiara.
Aditya selalu memiliki ancaman balik untuk Tiara, setelah mengancam suami terdahulunya melakukan korupsi, sekarang Aditya mengancam Tiara lagi dengan menyebaran berita pada publik.
Saat ini, Aditya sedang dilanda kecemasan. Dia takut jika, Tiara tetap nekad akan mengadukan hubungannya dengan Yura. Di rumah sakit pun, dia salah memberi resep obat pada pasien.
"Tadi kamu bilang bahwa aku harus waspada? Waspada terhadap apa?" Mayang menatap Tiara dengan penasaran.
"Waspada pada pergaulan anak zaman sekarang, kamu harus mencari tahu tentang kekasihnya," Tiara mengusulkan ide itu, bukan hanya untuk menjaga pergaulan, Tiara ingin Mayang mencari kebenarannya sendiri.
"Tiara, bukannya, kamu bilang, bahwa anakmu dan keponakanku berteman?" tanya Mayang.
"Iya, sepertinya, begitu," gugup Tiara.
"Tolong ajak anakmu untuk bermain di rumahku, aku akan memasakkan makanan yang enak," tawar Mayang.
"Sepertinya, tidak bisa, dia ada acara hari ini." Tiara melihat wajah Mayang, dia berpikir haruskah memberitahu bahwa keponakan dan suaminya berselingkuh di belakangnya.
"Bayi tabung? Sebaiknya jangan!" usul Tiara saat Mayang bercerita akan melaksanakan program bayi tabung.
"Kenapa kamu begitu melarang?" tanya Mayang.
"Karena, biayanya mahal," Tiara bingung harus menjawab apa, hanya itu yang bisa dia lontarkan.
"Jangan lupa, Mayang itu orang berada, dia mampu beli apa pun, jangankan buat bayi tabung, buat beli sepuluh apartemen pun mampu, ya kan May," timpal Rina dari belakang Tiara.
"Amin, aja deh Rin," Mayang tersenyum pada dua temannya itu.
"Sorry, kadang-kadang, suka lupa." Jika Tiara membeberkan cinta terlarang keponakan dan paman itu, Tiara khawatir, Aditya akan memberitahukan ke publik tentang hubungan gelapnya dengan seorang artis yang sudah beristri.
"Ya, gapapa lagi, gak usah minta maaf segala. Eh, arisannya jadi kan?" ujar Mayang.
"Jadi dong, tinggal tunggu si Meli, nih, kebiasaan dia suka lama, dandan aja tiga jam," protes Rina.
"Masih marah?" sapa Yuga pada Mei.
"Buat apa, marah, kita udah gak ada hubungan apa pun, lagi," celetuk Mei, sambil menyimpan jaket di loker miliknya.
"Kita masih ada hubungan Mei, karena aku gak salah," kekeh Yuga.
"Ya, kita masih ada hubungan, hubungan pertemanan," ujar Mei, memasuki kelas. Tanpa Yuga sadari, dia telah mengikuti Mei ke kelasnya, saat dosen tengah memberikan penjelasan.
"Apa kamu murid saya?" tanya dosen lelaki itu.
"Bukan pak, saya salah masuk kelas," ungkap Yuga. Yuga pun, pergi meninggalkan kelas.
"Kak Adit, aku gak mau kehilangan kakak," ucap Yura, memeluk Aditya saat Aditya baru saja tiba di rumah.
Krek!
Ada suara pijakan kaki dari arah kamar mandi, membuat keduanya terkejut. Yura langsung melepaskan pelukannya. Aditya pun, mencoba untuk memeriksa. Hati Yura dan Aditya berdebar begitu hebat.
Tok! Tok! Tok! Ketukan pintu dan bel pemilik apartement dengan nomor 779 berbunyi kencang, membuat Yura dan Aditya menghentikan aktivitas seksual mereka."Kak, itu pasti Tante Mayang." Yura memakai kembali kimono putih miliknya."Kak, pake baju dong! Jangan diem aja!" sambung Yura memakaikan kembali pakaian Aditya."Yura, kakak masih kangen, sayang." Aditya mencium lembut bibir Yura, sedetik itu pun, Yura langsung mendorong dada Aditya, kemudian. pergi ke kamarnya.Mayang tengah mencoba untuk membuka pintu apartement mereka dengan kunci cadangan yang dia punya. Namun, Aditya sudah ada tepat dihadapannya."Kamu lagi ngapain sih? Kok lama banget buka pintunya?" Mayang merasa kesal."Maaf ya sayang, tadi tuh, pasienku telepon, dan aku gak lagi di ruang tamu" jelas Aditya. Karena, memang jarak dari ruang tamu ke kamar milik mereka cukup jauh."Pasien atau cewek lain? Lagian aneh banget, masa pasien punya nomer kamu
"Mayang," panggil Aditya, ia kembali memasuki rumah, dengan dalih, ada yang tertinggal. Aditya menemukan Mayang dan Yura sedang saling menatap di dalam kamar keponakan istrinya."Kelarin dulu, apa yang mau kamu omongin." Mayang menatap serius pada Yura."Pacar aku itu, namanya A" Yura menatap pada Aditya, Aditya langsung menarik lengan Mayang."Adit, ada apa? Kok kamu balik lagi ke rumah?" Mayang bertanya dengan lemah lembut."Ada yang ketinggalan, kamu bisa tolong cariin gak?" pinta Aditya pada Mayang."Ya, apa itu?""Hp aku yang satunya lagi." Aditya berpura-pura mencarinya."Aku coba telepon, ya." Mayang menelepon nomor Aditya. Namun, Aditya lupa, ponselnya dalam keadaan berdering."Hehe." Aditya terkekeh sambil mengeluarkan ponsel yang berdering."Kebiasaan." Mayang pergi untuk menemui Yura lagi, dia begitu penasaran dengan sosok kekasih dari keponakannya itu. Aditya memegang pelan lengan Mayang den
"Putra," teriak Mei, sebelum Putra memberikan bunga mawar dengan warna merah itu, pada Yura."Aduh, ada apa sih?" kesalnya, seakan, Mei telah mengganggu rencananya untuk bisa memacari Yura.Mei yang sudah mengetahui bahwa Yura tidak menyukai sahabatnya itu, langsung menarik lengan Putra. Dan berkata"Ini buat gue kan, Put, makasih ya.""Eh, bukan, Mei, siniin gak bunganya," Putra mencoba untuk mengambil kembali bunga yang Mei rebut darinya."Ada apa sih? Aneh banget kelakuan lo? Lo gak mungkin cemburu kan? Kan lo udah ada si Yuga." Putra berbalik dengan niat akan memberikan bunga mawar itu untuk Yura."Gak mungkin juga gue suka ama lo put, kita itu udah lama jadi sahabat, jangan mikir yang aneh-aneh. Yang aneh itu elo, Put, kalo belum tau itu cewek suka apa enggak itu jangan maen asal tembak," saran Mei, menarik kembali Putra untuk duduk di sampingnya."Di kampus ini, mana ada sih yang gak suka sama gue?
"Duh," gerutu Yura, saat seseorang menyenggol tangannya, dan membuat ponsel Aditya terjatuh. Yura pergi, saat banyak anak muda yang bertengkar."Kamu dimana sih, Dit?" tanya Mayang, saat menutup sambungan telepon. Suara bising yang terdengar dari tempat Aditya berada, membuat Mayang menjadi khawatir.Aditya mencari Yura di tempat duduknya. Namun, Yura telah pergi bersama ponselnya."Kak." Yura mencolek lengan Aditya dari belakang."Tadi, ada yang berantem kak, Yura takut, pulang aja yuk!" Yura mengajak Aditya untuk lekas kembali ke apartemen. Yura juga menggandeng lengan pamannya."Yaudah, ayo! Tapi Ra, kamu liat Hp kakak gak?" tanya Aditya."Oh, ini kak," Yura memberikan ponsel pada pemiliknya. Aditya mengecek ponsel, dan ternyata ada panggilan masuk dari Mayang."Ra, kok gak bilang sih? Ada panggilan masuk dari Tantemu?" tanya Aditya ketika mereka telah berada di dalam mobil."Aku, udah mau bilang kok,
"Apa Yura adalah keponakanmu?" tanya Tiara, teman arisan Mayang. Saat Mayang memeriksa foto-foto dahulu, saat Yura pertama kali menginjakkan kaki di apartemen Mayang."Kamu mengenalnya? Iya, dia keponakanku," ungkap Mayang. Tiara sedikit terkejut dengan fakta itu."Sepertinya, dia teman anakku." Tiara mengingat kembali kenangan busuk dulu, saat Tiara melihat Yura dan Aditya bergandengan tangan berdua. Ada rasa ingin mengadu, tapi, Tiara tidak tega pada Mayang."Mayang, maukah kamu menceritakan, bagaimana Yura bisa tinggal denganmu"? selidik Tiara."Kakakku menitipkan anaknya, padaku, kebetulan, saat itu, aku membutuhkan teman untuk tidur, karena Adit sering sekali berjaga malam. Sekarang, dia telah tumbuh menjadi dewasa. Dan memiliki kekasih, rasanya baru kemarin dia lahir, waktu memang tidak terasa," jelas Mayang."Kamu tahu siapa kekasihnya?" Pertanyaan Tiara, memang hal yang selama ini ingin Mayang tahu."Aku tidak
"Duh," gerutu Yura, saat seseorang menyenggol tangannya, dan membuat ponsel Aditya terjatuh. Yura pergi, saat banyak anak muda yang bertengkar."Kamu dimana sih, Dit?" tanya Mayang, saat menutup sambungan telepon. Suara bising yang terdengar dari tempat Aditya berada, membuat Mayang menjadi khawatir.Aditya mencari Yura di tempat duduknya. Namun, Yura telah pergi bersama ponselnya."Kak." Yura mencolek lengan Aditya dari belakang."Tadi, ada yang berantem kak, Yura takut, pulang aja yuk!" Yura mengajak Aditya untuk lekas kembali ke apartemen. Yura juga menggandeng lengan pamannya."Yaudah, ayo! Tapi Ra, kamu liat Hp kakak gak?" tanya Aditya."Oh, ini kak," Yura memberikan ponsel pada pemiliknya. Aditya mengecek ponsel, dan ternyata ada panggilan masuk dari Mayang."Ra, kok gak bilang sih? Ada panggilan masuk dari Tantemu?" tanya Aditya ketika mereka telah berada di dalam mobil."Aku, udah mau bilang kok,
"Putra," teriak Mei, sebelum Putra memberikan bunga mawar dengan warna merah itu, pada Yura."Aduh, ada apa sih?" kesalnya, seakan, Mei telah mengganggu rencananya untuk bisa memacari Yura.Mei yang sudah mengetahui bahwa Yura tidak menyukai sahabatnya itu, langsung menarik lengan Putra. Dan berkata"Ini buat gue kan, Put, makasih ya.""Eh, bukan, Mei, siniin gak bunganya," Putra mencoba untuk mengambil kembali bunga yang Mei rebut darinya."Ada apa sih? Aneh banget kelakuan lo? Lo gak mungkin cemburu kan? Kan lo udah ada si Yuga." Putra berbalik dengan niat akan memberikan bunga mawar itu untuk Yura."Gak mungkin juga gue suka ama lo put, kita itu udah lama jadi sahabat, jangan mikir yang aneh-aneh. Yang aneh itu elo, Put, kalo belum tau itu cewek suka apa enggak itu jangan maen asal tembak," saran Mei, menarik kembali Putra untuk duduk di sampingnya."Di kampus ini, mana ada sih yang gak suka sama gue?
"Mayang," panggil Aditya, ia kembali memasuki rumah, dengan dalih, ada yang tertinggal. Aditya menemukan Mayang dan Yura sedang saling menatap di dalam kamar keponakan istrinya."Kelarin dulu, apa yang mau kamu omongin." Mayang menatap serius pada Yura."Pacar aku itu, namanya A" Yura menatap pada Aditya, Aditya langsung menarik lengan Mayang."Adit, ada apa? Kok kamu balik lagi ke rumah?" Mayang bertanya dengan lemah lembut."Ada yang ketinggalan, kamu bisa tolong cariin gak?" pinta Aditya pada Mayang."Ya, apa itu?""Hp aku yang satunya lagi." Aditya berpura-pura mencarinya."Aku coba telepon, ya." Mayang menelepon nomor Aditya. Namun, Aditya lupa, ponselnya dalam keadaan berdering."Hehe." Aditya terkekeh sambil mengeluarkan ponsel yang berdering."Kebiasaan." Mayang pergi untuk menemui Yura lagi, dia begitu penasaran dengan sosok kekasih dari keponakannya itu. Aditya memegang pelan lengan Mayang den
Tok! Tok! Tok! Ketukan pintu dan bel pemilik apartement dengan nomor 779 berbunyi kencang, membuat Yura dan Aditya menghentikan aktivitas seksual mereka."Kak, itu pasti Tante Mayang." Yura memakai kembali kimono putih miliknya."Kak, pake baju dong! Jangan diem aja!" sambung Yura memakaikan kembali pakaian Aditya."Yura, kakak masih kangen, sayang." Aditya mencium lembut bibir Yura, sedetik itu pun, Yura langsung mendorong dada Aditya, kemudian. pergi ke kamarnya.Mayang tengah mencoba untuk membuka pintu apartement mereka dengan kunci cadangan yang dia punya. Namun, Aditya sudah ada tepat dihadapannya."Kamu lagi ngapain sih? Kok lama banget buka pintunya?" Mayang merasa kesal."Maaf ya sayang, tadi tuh, pasienku telepon, dan aku gak lagi di ruang tamu" jelas Aditya. Karena, memang jarak dari ruang tamu ke kamar milik mereka cukup jauh."Pasien atau cewek lain? Lagian aneh banget, masa pasien punya nomer kamu