Tok! Tok! Tok! Ketukan pintu dan bel pemilik apartement dengan nomor 779 berbunyi kencang, membuat Yura dan Aditya menghentikan aktivitas seksual mereka.
"Kak, itu pasti Tante Mayang." Yura memakai kembali kimono putih miliknya.
"Kak, pake baju dong! Jangan diem aja!" sambung Yura memakaikan kembali pakaian Aditya.
"Yura, kakak masih kangen, sayang." Aditya mencium lembut bibir Yura, sedetik itu pun, Yura langsung mendorong dada Aditya, kemudian. pergi ke kamarnya.
Mayang tengah mencoba untuk membuka pintu apartement mereka dengan kunci cadangan yang dia punya. Namun, Aditya sudah ada tepat dihadapannya.
"Kamu lagi ngapain sih? Kok lama banget buka pintunya?" Mayang merasa kesal.
"Maaf ya sayang, tadi tuh, pasienku telepon, dan aku gak lagi di ruang tamu" jelas Aditya. Karena, memang jarak dari ruang tamu ke kamar milik mereka cukup jauh.
"Pasien atau cewek lain? Lagian aneh banget, masa pasien punya nomer kamu? Emang apa aja yang diomongin?" Mayang menatap curiga pada suaminya itu.
"Iya, kamu bener, dia cewek. Dia itu pasien yang kemaren aku kasih liat ke kamu, Namanya siska. Dia suka lupa resep dokter. Makanya, telepon aku. Perlu aku kirim nomernya ke kamu?" panjang lebar Aditya menjelaskan.
"Enggak usah," gerutu Mayang.
"Atau kamu mau liat chattingannya?" Aditya menghentikan kecemburuan Mayang.
"Enggak usah aku bilang," tegas Mayang sekali lagi.
"Tapi kamu gak cemburu kan?" sambil mengejar Mayang ke kamar. Mayang mengunci kamar. Terlihat jelas, pakaian dalam milik Yura. Namun, Mayang tidak melihatnya. Aditya mencoba untuk mengalihkan pandangan Mayang, sambil mencoba untuk mengambil pakaian dalam milik Yura.
"Mayang sayang," panggil Aditya sambil memeluknya dari belakang.
"Apa lagi? Mayang hampir menatap ke arah pakaian dalam milik Yura. Namun, Aditya memegang wajah Mayang dengan kedua tangannya.
"Hmmmm! Kamu pasti mau minta jatah kan?" tebak Mayang dan langsung mencium Aditya.
"Ssstt! Jangan terlalu keras bilangnya, Yura udah di rumah"
"Yura udah pulang?" Mayang menutup bibirnya. Dan Aditya mengangguk.
"Sebelum kita lakuin itu, tolong ambilin amplop cokelat di ruang tamu" bisik Aditya. Mayang pun, menuruti perintah suaminya.
"Sejak kapan dia jadi kepikiran hal lain, saat kita lagi mesra-mesraan? Biasanya juga langsung nyosor," lirih Mayang. Aditya langsung mengambil pakaian dalam milik Yura dan membuangnya dari atas balkon. Angin menerbangkan pakaian dalam itu ke dalam tas ransel seorang mahasiswa, yang kebetulan tidak di resleting.
"Pak berhenti!" teriak pemuda berwajah putih pada supir bus, lalu menaiki dan duduk di deretan depan, ia menutup resleting tas ranselnya. Pemuda itu akan pergi menemui kekasihnya.
"Nih!" Mayang melempar amplop cokelat milik Aditya. Gontai ia berjalan menuju pria dengan dada bidang itu.
"Jangan gitu dong sayang!" Aditya menyimpan amplop cokelatnya segera. Juga lekas membukakan pakaian milik Mayang. Terdengar tawa Aditya dan Mayang, membuat Yura penasaran akan kegiatan tante dan pamannya itu.
"Kita liat, berapa lama usia pernikahan kalian itu?" Yura, yang sedang menguping pembicaraan suami istri itu terlihat begitu iri. Tentu, dengan suara yang sangat pelan.
"Yuga!" Wanita dengan rambut potongan bob itu memeluknya saat pintu rumah dengan gaya klasik eropa itu terbuka lebar.
Mereka berdua memulai dengan percakapan, memasak bersama dan menonton TV.
"Yuga, pinjem hp kamu dong!"
"Hp?" Yuga meraba sakunya. Namun tidak ada. Yuga pun, menyuruh wanita langsing itu untuk mencarinya di dalam tas ransel miliknya.
"Apa ini?" selidik kekasih Yuga. Yuga tampak terkejut, bagaimana bisa, pakaian dalam wanita ada di dalam tas ransel miliknya.
"Aku gak ngerti, kenapa itu ada di tas aku" Yuga hanya menggeleng tak paham dengan situasi yang sedang terjadi.
"Keluar!" Wanita itu menunjuk ke arah pintu. Yuga menjelaskan bahwa dia tidak berselingkuh. Namun, wanita itu tetap tidak percaya.
"Ini buktinya dan kamu gak mau ngaku?"
"Kenapa aku harus bilang kalo aku selingkuh padahal aku enggak selingkuh?"
"Jadi maksud kamu pakaian dalem ini pinya kaki, tiba-tiba jalan ke dalem tas kamu," celoteh wanita berwajah imut itu.
"Aku gak mau liat kamu lagi" Mei menatap dengan tatapan benci pada Yuga. Yuga pun, pergi dari rumah Mei.
Yuga berdiri di halte bus, dia merenung beberapa saat memikirkan bagaimana bisa, pakaian dalam itu tiba-tiba saja ada di dalam tas miliknya.
Sementara itu, Mei sedang di ujung kebingungan, minggu depan Mei akan memperkenalkan Yuga pada keluarganya, Mei juga sudah bilang pada keluarganya bahwa dia akan membawa kekasih.
"Aku ingin mengakhiri hubungan ini." itulah isi pesan dari Mei yang Yuga terima. Namun, hatinya masih tidak menerima itu.
"Tapi, aku tidak pernah menganggap hubungan ini berakhir." Balasan dari Yuga membuatnya bingung.
Mayang menyiapkan pakaian dinas untuk Aditya. Shift malam Aditya, membuat Mayang takut. Karena, dia cukup takut untuk tidur malam seorang diri.
"Aku kerja dulu ya." Seperti biasa, Aditya mengecup kening Mayang, sebelum berangkat bekerja.
"Hati-hati ya, tapi, aku masih kangen." Mayang memeluk Aditya cukup lama, hingga Yura menyuarakan batuknya.
"Eh, ada Yura, kamu udah boleh berangkat." Mayang mendorong pelan Aditya dan lekas menutupkan pintu. Mayang mengejar Yura dengan wajah cemburunya.
"Yura." panggil Mayang, dengan pelan.
"Iya?" Yura menoleh.
"Tadi, Tante kira kamu mau ngomongin sesuatu gitu?"
"Gak ada apa-apa kok, aku cuman kurang suka aja liat orang yang mesra mesraan di depan mata aku. Itu buat aku gak nyaman." Yura membuka kulkas dan mengambil air botol dingin.
"Oh, gitu, maaf ya, mmm, Yura, boleh gak Tante tidur di kamar kamu malam ini, soalnya, Tante takut kalo tidur sendirian." Mayang melangkahkan kaki menuju kamar Yura. Yura begitu panik dan berkata akan membereskan kamarnya segera.
"Kamar kamu berantakan?" tanya Mayang. Yura hanya mengangguk.
"Kalo gitu, biar Tante aja yang beresin." Mayang memegang gagang pintu dari kamar Yura. Yura segera berlari ke kamarnya, dan mengibaskan tangan Mayang dari gagang pintu kamarnya. Yura juga menutup kencang pintu kamarnya.
"Yura, kok Tante gak boleh liat isi kamar kamu? Kamu nyembunyiin sesuatu ya." Mayang menggedor pintu kamar keponakannya itu. Takut jika Yura diam-diam membawa masuk seorang pria ke dalam kamar.
"Yura, kamu gak lagi nyumpetin cowok kan?" selidik Mayang penuh rasa penasaran.
"Syukurlah, dia berpikir begitu." bisik Yura memegang dada dengan kedua tangan.
"Yura!" teriak Mayang semakin penasaran.
"Ya, tunggulah sebentar lagi" sahut Yura.
"Yura, kalau kamu gak bukain pintunya juga, Tante paksa dobrak ya!" ancam Mayang. Yura telah membukakan pintu kamar, saat Mayang telah memasang kuda-kuda, untuk mendobrak pintu kamar Yura.
"Tante lagi ngapain sih?" ledek Yura dengan senyuman sinisnya.
"Yang lagi ngapain sih itu kamu." Mayang mengecek jendela apartement. Berjaga-jaga, jika ada jejak dari pria yang Yura bawa.
"Tante kira pacar aku itu spiderman apa, bisa memanjat dinding setinggi itu?"
"Pacar? Jadi kamu udah ada pacar?" Mayang mengintrogasi Yura bagaikan polisi.
"Wajah secantik ini, gak mungkin kalo gak punya pacar." Yura berpijak di depan cermin.
"Jadi siapa pacar kamu?" Mayang membalikkan tubuh Yura, agar mereka saling berhadapan.
"Pacar aku itu, namanya"
"Mayang," panggil Aditya, ia kembali memasuki rumah, dengan dalih, ada yang tertinggal. Aditya menemukan Mayang dan Yura sedang saling menatap di dalam kamar keponakan istrinya."Kelarin dulu, apa yang mau kamu omongin." Mayang menatap serius pada Yura."Pacar aku itu, namanya A" Yura menatap pada Aditya, Aditya langsung menarik lengan Mayang."Adit, ada apa? Kok kamu balik lagi ke rumah?" Mayang bertanya dengan lemah lembut."Ada yang ketinggalan, kamu bisa tolong cariin gak?" pinta Aditya pada Mayang."Ya, apa itu?""Hp aku yang satunya lagi." Aditya berpura-pura mencarinya."Aku coba telepon, ya." Mayang menelepon nomor Aditya. Namun, Aditya lupa, ponselnya dalam keadaan berdering."Hehe." Aditya terkekeh sambil mengeluarkan ponsel yang berdering."Kebiasaan." Mayang pergi untuk menemui Yura lagi, dia begitu penasaran dengan sosok kekasih dari keponakannya itu. Aditya memegang pelan lengan Mayang den
"Putra," teriak Mei, sebelum Putra memberikan bunga mawar dengan warna merah itu, pada Yura."Aduh, ada apa sih?" kesalnya, seakan, Mei telah mengganggu rencananya untuk bisa memacari Yura.Mei yang sudah mengetahui bahwa Yura tidak menyukai sahabatnya itu, langsung menarik lengan Putra. Dan berkata"Ini buat gue kan, Put, makasih ya.""Eh, bukan, Mei, siniin gak bunganya," Putra mencoba untuk mengambil kembali bunga yang Mei rebut darinya."Ada apa sih? Aneh banget kelakuan lo? Lo gak mungkin cemburu kan? Kan lo udah ada si Yuga." Putra berbalik dengan niat akan memberikan bunga mawar itu untuk Yura."Gak mungkin juga gue suka ama lo put, kita itu udah lama jadi sahabat, jangan mikir yang aneh-aneh. Yang aneh itu elo, Put, kalo belum tau itu cewek suka apa enggak itu jangan maen asal tembak," saran Mei, menarik kembali Putra untuk duduk di sampingnya."Di kampus ini, mana ada sih yang gak suka sama gue?
"Duh," gerutu Yura, saat seseorang menyenggol tangannya, dan membuat ponsel Aditya terjatuh. Yura pergi, saat banyak anak muda yang bertengkar."Kamu dimana sih, Dit?" tanya Mayang, saat menutup sambungan telepon. Suara bising yang terdengar dari tempat Aditya berada, membuat Mayang menjadi khawatir.Aditya mencari Yura di tempat duduknya. Namun, Yura telah pergi bersama ponselnya."Kak." Yura mencolek lengan Aditya dari belakang."Tadi, ada yang berantem kak, Yura takut, pulang aja yuk!" Yura mengajak Aditya untuk lekas kembali ke apartemen. Yura juga menggandeng lengan pamannya."Yaudah, ayo! Tapi Ra, kamu liat Hp kakak gak?" tanya Aditya."Oh, ini kak," Yura memberikan ponsel pada pemiliknya. Aditya mengecek ponsel, dan ternyata ada panggilan masuk dari Mayang."Ra, kok gak bilang sih? Ada panggilan masuk dari Tantemu?" tanya Aditya ketika mereka telah berada di dalam mobil."Aku, udah mau bilang kok,
"Apa Yura adalah keponakanmu?" tanya Tiara, teman arisan Mayang. Saat Mayang memeriksa foto-foto dahulu, saat Yura pertama kali menginjakkan kaki di apartemen Mayang."Kamu mengenalnya? Iya, dia keponakanku," ungkap Mayang. Tiara sedikit terkejut dengan fakta itu."Sepertinya, dia teman anakku." Tiara mengingat kembali kenangan busuk dulu, saat Tiara melihat Yura dan Aditya bergandengan tangan berdua. Ada rasa ingin mengadu, tapi, Tiara tidak tega pada Mayang."Mayang, maukah kamu menceritakan, bagaimana Yura bisa tinggal denganmu"? selidik Tiara."Kakakku menitipkan anaknya, padaku, kebetulan, saat itu, aku membutuhkan teman untuk tidur, karena Adit sering sekali berjaga malam. Sekarang, dia telah tumbuh menjadi dewasa. Dan memiliki kekasih, rasanya baru kemarin dia lahir, waktu memang tidak terasa," jelas Mayang."Kamu tahu siapa kekasihnya?" Pertanyaan Tiara, memang hal yang selama ini ingin Mayang tahu."Aku tidak