Share

Batal

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-01-13 08:10:08

“Pagi Bu …,” sapa Tasya dan Tezaar kompak.

Mereka berdua adalah asisten Aruna.

“Pagi … kamu udah berhasil hubungi pak Robby?” Aruna bertanya kepada Tezaar.

“Sudah Bu, beliau siap menerima kedatangan Ibu dan pak Leon.” Tezaar menjawab lugas.

“Oke … terus Sya, kamu tolong bantu saya analisis data yang kemarin ya … nanti saya periksa kembali pulang dari pabrik.” Aruna memberi perintah kepada Tasya.

“Baik, Bu!” Tasya menyahut.

“Saya tunggu pak Leon di bawah aja ya, biar langsung pergi.” Aruna berujar lagi sambil melirik arlojinya.

“Baik, Bu.” Tasya dan Tezaar kompak menimpali.

Aruna kembali ke lantai satu menunggu Leonhard di lobby.

Setelah duduk selama satu jam di sana, dia mulai gelisah lalu memeriksa ponselnya untuk menghubungi Leonhard.

Namun sayang ponselnya mati, lupa diisi daya karena dipeluk semalaman.

“Yaaaah … ada-ada aja.” Aruna mengesah.

Dia mengeluarkan powerbank dari dalam tas dan kembali melorotkan bahu karena powerbank ya juga kehabisan daya.

“Pak! Punya charger tipe hape ini enggak?” tanya Aruna kepada sekuriti yang berjaga di pintu.

“Saya punya Bu!” seru Intan si resepsionis sebelum sempat pria sekuriti menjawab.

Aruna langsung pergi ke meja resepsionis.

“Hape kamu sama kaya hape aku ….” Aruna mengerutkan kening.

“Iya Bu ….” Intan mesem-mesem.

“Gaji kamu berapa memangnya bisa beli hape kaya gini? Kamu Ani-Ani ya?” tuduh Aruna tanpa tedeng aling-aling.

“Ah … Ibu tahu saja.” Intan menjawab santai sambil tersipu.

“Astagaaa … Ani-Ani siapa kamu? Bukan Ani-Aninya papi ‘kan!”

“Pak Arkana mana mau sama saya, Bu ….” Raut wajah Intan tampak memberengut.

“Jangan main-main di sini ya, Intan … awas lho!” Aruna mengancam.

Kini ponsel Aruna sedang diisi dayanya tapi masih belum bisa dinyalakan.

“Ih enggak kok, Bu … saya mah main-main di luar … lagian para istri dari bapak-bapak di sini galak-galak … enggak suka ah.”

Aruna nyaris menyemburkan tawa mendengarnya.

“Aruna … ngapain di sini?” tanya papi Arkana yang baru saja tiba di kantor.

“Nungguin pak Leon, Pi … dia janji jam tujuh jemput Aruna di sini tapi sampe sekarang belum sampai, ke mana ya dia?” Aruna mengeluh.

“Loh … kamu enggak dapet chat dari dia? Barusan dia chat Papi katanya enggak jadi survei ke pabrik sekarang karena mendadak harus ke Singapura … Papi pikir dia kabarin kamu.” Langkah papi Arkana sudah sampai di depan Aruna.

Aruna termenung sesaat, dia buru-buru menyalakan ponsel lalu banyak notifikasi muncul.

“Lima panggilan tak terjawab ….” Aruna bergumam saat melihat Leonhard telah menghubunginya sebanyak lima kali.

Leonhard : Bu Aruna, mohon maaf saya cancel survei kita ke pabrik hari ini karena mendadak saya harus ke Singapura.

Pundak Aruna melorot dengan ekspresi sendu setengah kesal.

Papi terkekeh. “Makanya, Papi pernah bilang kalau ponsel jangan pernah kehabisan daya ….” Papi mengusak kepala Aruna lantas berlalu begitu saja meninggalkan Aruna yang nyaris menangis karena Leonhard membatalkan janji.

“Udah capek-capek dandan, buru-buru datang ke kantor sampe enggak sarapan … mana dimarahin mas Nara di chat gara-gara pakai mobilnya ….” Aruna bergumam dengan bibir mengerucut.

Ternyata selain pesan yang dikirim Leonhard dari jam lima pagi ini, Narashima juga memborbardir Aruna dengan pesan penuh amarah yang baru bisa Aruna baca setelah ponselnya terisi daya.

“Iiiih … sebel … sebel … sebel!” Aruna menghentakan kakinya melangkah menuju lift setelah mencabut ponsel dari kabel charger.

“Kenapa si ibu?” gumam Intan penuh tanya.

Aruna kembali ke lantai di mana ruangannya berada.

Dari jauh, Tasya dan Tezaar menatap bingung bosnya yang melangkah gontai dengan ekspresi wajah ditekuk.

“Loh, Bu … enggak jadi survei ke pabrik?” Tasya yang bertanya mewakili apa yang ada dibenak Tezaar.

“Enggak jadi, pak Leon cancel mendadak katanya ada urusan penting di Singapura.” Aruna menjawab, ekspresi wajahnya berubah sendu.

Langkah gontai Aruna tidak berhenti, melewati meja dua asistennya dan baru berhenti setelah pintu ruangannya tertutup.

“Cewek kalau enggak jadi pergi yang susah itu bukan hapus makeupnya tapi balikin moodnya,” kata Tasya seperti memberitahu Tezaar.

“Hah?” Tezaar mengangkat kedua alis.

“Maksud kamu, bu Aruna naksir pak Leon?” Tezaar bertanya untuk memastikan kalau dugaannya sama dengan Tasya.

“Ya iya lah, selama ini … bu Aruna mana pernah pakai blush on karena pipinya memang udah pink alami ‘kan … tapi hari ini mau pergi sama pak Leon, bu Aruna pakai blush on … udah gitu kaya yang patah hati enggak jadi pergi … kasian ya bu Aruna.” Tasya menatap nanar pintu yang baru saja dilewati bos cantiknya.

“Iya ya ….” Tezaar bergumam, ikut menatap sendu pintu ruangan Aruna.

“Udah ah, ayo balik kerja lagi!” Tezaar menekan pundak Tasya agar kembali duduk di kursinya melanjutkan pekerjaan dari pada mengurusi kehidupan pribadi orang lain.

Dan seharian ini mood Aruna buruk sekali, dia terlihat sedih tapi jadi sering marah-marah.

“Tezaaaaaaar!” teriak Aruna dari ruangannya.

“Iya Bu!” Tezaar berlari masuk ke ruangan Aruna.

“Ini datanya yang terbaru donk, masa data dua bulan lalu kamu kasih aku … ah, kamu mah! Cepetan cari data yang baru!” Aruna meninggikan suara dengan kening mengkerut dan wajah mengerut yang malah membuatnya tampak lucu.

“Oh iya, maaf Bu … saya cari sekarang.” Tezaar langsung keluar dengan cara lari terbirit-birit menuju mejanya mencari apa yang Aruna perintahkan.

“Tasyaaaa!” panggil Aruna selanjutnya.

“Iya Buuuuu.” Tasya berlari masuk ke dalam ruangan Aruna.

“Ini gimana sih, laporannya kok belum ditandatangan pak Beny, ah! Cepetan mintain tanda tangannya nanti lupa terus pas meeting aku dimarahin papi lagi!” Aruna marah dengan nada menggemaskan.

“Ba … baik, Bu … sekarang saya ke ruangan pak Beny.” Tasya meraih berkas dari atas meja lalu keluar dengan cara berlari sama seperti Tezaar.

Tapi beberapa jam kemudian Aruna anteng tidak ada pergerakan atau suara, Tasya dan Tezaar yang khawatir mengintip melalui kubikelnya.

Ruangan Aruna dikelilingi dinding kaca sehingga seperti akuarium apabila tirainya tidak ditutup dan gadis itu tampaknya malas menutup tirai sehingga Tasya dan Tezaar bisa melihat ekspresi murung di wajahnya saat ini.

Karena moodnya yang buruk, Aruna tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu.

Jadi jam delapan malam dia masih di kantor ditemani dua asistennya yang tidak berani pamit pulang duluan.

Tasya dan Tezaar langsung bangkit dari kursi sembari menyandang tas saat Aruna keluar dari ruangannya.

Sesaat Aruna menatap Tasya dan Tezaar bergantian.

“Kalian isi form lembur ya,” katanya pelan seraya berlalu menuju lift.

“Baik, Bu.” Tasya dan Tezaar kompak menyahut kemudian melakukan tos karena uang lembur di AG Group sangat besar padahal keduanya tidak melakukan apapun selama lembur hari ini malah asyik main game menggunakan WiFi kantor lantaran pekerjaan telah selesai dan Aruna tidak meminta mereka mengerjakan sesuatu.

Related chapters

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Perhatian

    Aruna mengemudikan mobil Narashima pulang ke rumah, jalanan masih saja macet padahal jam pulang kerja sudah lewat.Seharusnya tadi pagi dia minta diantar driver, bukannya malah main masuk mobil saja.Butuh waktu satu setengah jam sampai di rumah dan keadaan rumah sudah sepi dengan beberapa lampu padam.Saat Aruna melewati ruang televisi, tiba-tiba lampu menyala, seketika sosok papi memenuhi pandangan matanya maka langkah Aruna pun berhenti.“Sayang … sini duduk dulu, kita ngobrol sebentar.” Papi menepuk space kosong di sofa panjang.Aruna mengembuskan nafas, raut lelah kentara sekali di wajah cantiknya.Lelah bukan karena bekerja melainkan berperang dengan mood buruknya seharian ini.“Kamu capek?” Papi Arkana bertanya.“Bangeeeet! Ternyata kerjaan pak Bagas banyak banget ya … Pantesan aja sering lembur, Aruna kira biar bisa dapet uang lembur yang besar ….” Aruna tampak menyesal telah berpikir negatif kepada bosnya yang dulu.“Kamu itu ya, negatif thinkiiiiing aja.” Papi Arkan

    Last Updated : 2025-01-13
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Perjalanan Bisnis

    BUSSINES TRIPHari yang ditunggu-tunggu Aruna akhirnya tiba, dia dan Leonhard akan melakukan kunjungan ke salah satu pabrik yang memproduksi bahan baku.Tadi malam Aruna telah mengisi daya batre ponselnya berikut dengan powerbank.Sambil berdandan dia sering kali mengecek ponsel untuk memastikan tidak ada chat dari Leonhard yang membatalkan janji.“Mi … Pi … Aruna pergi ya, Aruna mau ke pabrik sama pak Leon.” Aruna mengecup pipi papi dan mami kemudian bibirnya mengapit satu helai roti yang baru saja diambil dari piring saji di atas meja.“Sayang, kapan kamu mau pindah ke apartemen?” Mami berteriak dari ruang makan karena Aruna telah melesat cepat menuju pintu depan.“Nanti aja!” Aruna balas berteriak sebelum melewati pintu.Mami mengembuskan nafas panjang sementara papi menggelengkan kepala samar.“Kenapa Aruna boleh tinggal di apartemen tapi Nara enggak?” Narashima terdengar menggerutu.“Iya … enggak adil.” Reyzio menimpali.“Nanti kalian bawa cewek ke apartemen.” Papi Arka

    Last Updated : 2025-02-18
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Semakin Terpesona

    Aruna mengawasi Leonhard dan pak Robby dari jauh, dia tidak bisa membantu pak Robby untuk mendapatkan tender ini karena sang klien datang langsung menilai.Dan entah karena kharisma atau kejelian Leonhard serta insting kuat yang dimilikinya sampai mampu membuat pak Robby kelabakan menjawab pertanyaan pria itu.Aruna bisa melihat raut kecewa di wajah tampan Leonhard.Beberapa saat kemudian pak Robby dan Leonhard datang mendekati Aruna yang berdiri di pintu keluar.“Terimakasih pak Robby, akan saya pertimbangkan hasil survei kali ini ….” Leonhard tidak ingin berlama-lama, dia menjabat tangan pak Robby untuk berpamitan.“Mungkin nanti saya yang akan menginfokan kepada Pak Robby hasil dari keputusan Pak Leon,” kata Aruna menjadi penengah.“Ya … itu bagus,” balas Leonhard setuju.“Baik, Pak Leon … Bu Aruna … saya tunggu kabar baiknya,” ujar pak Robby penuh harap.Pak Robby mengantar Aruna dan Leonhard ke area depan pabrik.Sama seperti perginya, saat kembali ke parkiran mobil pun

    Last Updated : 2025-02-18
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Perjalanan Bisnis

    “Pagi Pak Leon,” sapa Aruna ketika membuka pintu mobil.Senyum manis merekah di bibirnya yang dipoles liptint warna pink.“Pagi Bu Aruna,” balas Leonhard hangat dan ramah.“Papi baru aja pergi anter mami ke Bali jadi Pak Leon enggak perlu minta ijin,” kata Aruna menyambung pembicaraan tadi malam sebelum sempat Leonhard bersuara tentang mampir untuk pamit kepada kliennya tersebut.“Oh ….” Leonhard tertawa dan lagi-lagi suara bariton seksinya membuat Aruna ingin dijamah pria itu di atas ranjang.Bayangkan saja, Aruna dengan hormon remaja menginjak dewasanya belum pernah disentuh oleh pria asing manapun bahkan ciuman pertama belum pernah dia dapatkan.Itu karena Aruna memiliki lima bodyguard yang selalu mengekangnya. “Baiklah,” sambung Leonhard mengerti.Mobil pun melaju usai driver memasukan koper Aruna ke kabin belakang.Leonhard mengamati cara berpakaian Aruna yang lebih casual tapi tetap tidak meninggalkan kesan old money.Aruna tidak memakai stelan blazer dengan pinsil sk

    Last Updated : 2025-02-19
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mengenal Aruna

    “Mohon maaf hanya ada satu kamar … tapi saya jamin aman, tidak akan ada penggerebekan,” kata resepsionis saat Aruna meminta dua kamar untuk dirinya dan Leonhard.Leonhard dan Aruna saling menatap.“Apa ada hotel lain sekitar sini?” Leonhard bertanya kepada sang resepsionis.“Enggak ada.” Dan pria resepsionis serta Aruna kompak menjawab.“Kalau tidak mau tidur di bed yang sama, saya bisa sediakan bed tambahan … kamarnya cukup luas kok dan saya jamin aman,” ulang pria itu lagi di akhir kalimat.“Bukan gitu … masalahnya kami bukan pasangan.” Aruna bergumam meski sebenarnya hatinya jumpalitan di dalam sana.“Wahai semesta … mengapa engkau kooperatif sekali,” kata Aruna di dalam hati, ingin rasanya menjerit bahagia. “Ya siapa tahu setelah pulang dari sini jadi pasangan,” kata pria muda di balik meja resepsionis diakhiri tawa kering karena baik Leonhard dan Aruna memberikan tatapan malas.“Pak Leon keberatan enggak kalau kita satu kamar?” Aruna bertanya dengan tampang datar biasa y

    Last Updated : 2025-02-19
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Lebih Dekat

    “By the way, ini ‘kan bukan jam kerja … Pak Leon panggil saya Aruna aja … lagian usia kita terpaut jauh lebih tua Pak Leon.” Aruna mulai mencoba untuk lebih dekat dengan Leonhard.“Baiklah, tapi saya juga enggak mau dipanggil dengan sebutan Bapak ya … usia kita enggak beda jauh kok jadi panggil saya Leon aja.” Leonhard memberi syarat.“Ya ampun … pake aku kamu juga enggak?” Aruna membatin.“Kita santai aja ya kalau lagi berdua atau di luar jam kerja … karena mungkin kita akan terhubung selama beberapa tahun ke depan,” cetus Leonhard seolah bisa mendengar apa kata hati Aruna.“Okeee … ide bagus.” Aruna pun setuju.Bersamaan dengan itu soto pesanan mereka sampai.“Kamu benar, sotonya enak ….” Leonhard berujar setelah menghabiskan satu mangkuk soto.“Syukurlah kalau kamu suka,” kata Aruna lega.Eee … cieee, sekarang mereka sudah menggunakan panggilan aku kamu sebentar lagi mungkin sayang.Sepertinya Aruna sedang dikelilingi keberuntungan kar

    Last Updated : 2025-02-20
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Aku Mendapatkanmu

    Pagi sekali Aruna dan dua asistennya sudah memenuhi ruang meeting di gedung AG Group yang dipimpin oleh Arkana Gunadhya.Mereka sedang menyiapkan rapat penting untuk merumuskan kontrak bisnis antara AG Group dengan perusahaan yang dikelola oleh Leonhard.Selang berapa lama tim support datang, Aruna berkoordinasi dengan mereka untuk memberikan data yang nanti akan ditampilkan.Saat jam menunjukkan pukul delapan pagi, Leonhard datang bersama orang-orang dari perusahaannya yang berkepentingan dalam proyek ini.“Selamat pagi!” sapa Leonhard saat memasuki ruang meeting.Sontak semua orang termasuk Aruna menoleh ke arahnya.“Pagi!” sahut Aruna serta yang lain bersamaan.Leonhard melangkah mendekati Aruna yang berdiri di ujung meja rapat sedang menyiapkan data di MacBook papinya.Sementara satu orang dari tim support mempersilahkan rombongan yang membersamai Leonhard untuk sarapan pagi di ruangan sebelah.“Hai …,” sapa Leonhard sembari menatap Aruna lekat.Aruna merasa tatapan Leon

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mulai Terjerat Pesona Aruna

    Meeting dilanjutkan keesokan harinya tapi tanpa papi Arkana yang telah memiliki janji dengan klien lain.Meski begitu tetap dilakukan secara serius dan kondusif.Seperti meeting kemarin, meeting hari ini pun Leonhard dan Aruna duduk bersisian.Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut karena Leonhard yang tidak memiliki Sourching Spesialist turun langsung dalam memilih bahan baku sehingga pasti selalu berhubungan dengan Aruna.Hanya Tasya dan Tezaar yang peka kalau ada benih-benih cinta di antara Leonhard dan Aruna, pasalnya dari tatapan serta gesture tubuh Leonhard setiap kali bicara dengan Aruna menunjukkan kekaguman dan minat yang besar.Pernah tanpa sadar Leonhard terus menatap Aruna yang tengah menjelaskan sesuatu.Semua orang juga menatap Aruna tapi tatapan Leonhard berbeda, matanya berbinar dengan seulas senyum di bibir.“Fix … pak Leon juga suka sama bu Aruna.” Tezaar berkomentar.“Sssttt ….” Tasya mendesis, menempelkan telunjuknya di bibir karena suara Tezaar nyari

    Last Updated : 2025-02-21

Latest chapter

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mulai Terjerat Pesona Aruna

    Meeting dilanjutkan keesokan harinya tapi tanpa papi Arkana yang telah memiliki janji dengan klien lain.Meski begitu tetap dilakukan secara serius dan kondusif.Seperti meeting kemarin, meeting hari ini pun Leonhard dan Aruna duduk bersisian.Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut karena Leonhard yang tidak memiliki Sourching Spesialist turun langsung dalam memilih bahan baku sehingga pasti selalu berhubungan dengan Aruna.Hanya Tasya dan Tezaar yang peka kalau ada benih-benih cinta di antara Leonhard dan Aruna, pasalnya dari tatapan serta gesture tubuh Leonhard setiap kali bicara dengan Aruna menunjukkan kekaguman dan minat yang besar.Pernah tanpa sadar Leonhard terus menatap Aruna yang tengah menjelaskan sesuatu.Semua orang juga menatap Aruna tapi tatapan Leonhard berbeda, matanya berbinar dengan seulas senyum di bibir.“Fix … pak Leon juga suka sama bu Aruna.” Tezaar berkomentar.“Sssttt ….” Tasya mendesis, menempelkan telunjuknya di bibir karena suara Tezaar nyari

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Aku Mendapatkanmu

    Pagi sekali Aruna dan dua asistennya sudah memenuhi ruang meeting di gedung AG Group yang dipimpin oleh Arkana Gunadhya.Mereka sedang menyiapkan rapat penting untuk merumuskan kontrak bisnis antara AG Group dengan perusahaan yang dikelola oleh Leonhard.Selang berapa lama tim support datang, Aruna berkoordinasi dengan mereka untuk memberikan data yang nanti akan ditampilkan.Saat jam menunjukkan pukul delapan pagi, Leonhard datang bersama orang-orang dari perusahaannya yang berkepentingan dalam proyek ini.“Selamat pagi!” sapa Leonhard saat memasuki ruang meeting.Sontak semua orang termasuk Aruna menoleh ke arahnya.“Pagi!” sahut Aruna serta yang lain bersamaan.Leonhard melangkah mendekati Aruna yang berdiri di ujung meja rapat sedang menyiapkan data di MacBook papinya.Sementara satu orang dari tim support mempersilahkan rombongan yang membersamai Leonhard untuk sarapan pagi di ruangan sebelah.“Hai …,” sapa Leonhard sembari menatap Aruna lekat.Aruna merasa tatapan Leon

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Lebih Dekat

    “By the way, ini ‘kan bukan jam kerja … Pak Leon panggil saya Aruna aja … lagian usia kita terpaut jauh lebih tua Pak Leon.” Aruna mulai mencoba untuk lebih dekat dengan Leonhard.“Baiklah, tapi saya juga enggak mau dipanggil dengan sebutan Bapak ya … usia kita enggak beda jauh kok jadi panggil saya Leon aja.” Leonhard memberi syarat.“Ya ampun … pake aku kamu juga enggak?” Aruna membatin.“Kita santai aja ya kalau lagi berdua atau di luar jam kerja … karena mungkin kita akan terhubung selama beberapa tahun ke depan,” cetus Leonhard seolah bisa mendengar apa kata hati Aruna.“Okeee … ide bagus.” Aruna pun setuju.Bersamaan dengan itu soto pesanan mereka sampai.“Kamu benar, sotonya enak ….” Leonhard berujar setelah menghabiskan satu mangkuk soto.“Syukurlah kalau kamu suka,” kata Aruna lega.Eee … cieee, sekarang mereka sudah menggunakan panggilan aku kamu sebentar lagi mungkin sayang.Sepertinya Aruna sedang dikelilingi keberuntungan kar

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mengenal Aruna

    “Mohon maaf hanya ada satu kamar … tapi saya jamin aman, tidak akan ada penggerebekan,” kata resepsionis saat Aruna meminta dua kamar untuk dirinya dan Leonhard.Leonhard dan Aruna saling menatap.“Apa ada hotel lain sekitar sini?” Leonhard bertanya kepada sang resepsionis.“Enggak ada.” Dan pria resepsionis serta Aruna kompak menjawab.“Kalau tidak mau tidur di bed yang sama, saya bisa sediakan bed tambahan … kamarnya cukup luas kok dan saya jamin aman,” ulang pria itu lagi di akhir kalimat.“Bukan gitu … masalahnya kami bukan pasangan.” Aruna bergumam meski sebenarnya hatinya jumpalitan di dalam sana.“Wahai semesta … mengapa engkau kooperatif sekali,” kata Aruna di dalam hati, ingin rasanya menjerit bahagia. “Ya siapa tahu setelah pulang dari sini jadi pasangan,” kata pria muda di balik meja resepsionis diakhiri tawa kering karena baik Leonhard dan Aruna memberikan tatapan malas.“Pak Leon keberatan enggak kalau kita satu kamar?” Aruna bertanya dengan tampang datar biasa y

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Perjalanan Bisnis

    “Pagi Pak Leon,” sapa Aruna ketika membuka pintu mobil.Senyum manis merekah di bibirnya yang dipoles liptint warna pink.“Pagi Bu Aruna,” balas Leonhard hangat dan ramah.“Papi baru aja pergi anter mami ke Bali jadi Pak Leon enggak perlu minta ijin,” kata Aruna menyambung pembicaraan tadi malam sebelum sempat Leonhard bersuara tentang mampir untuk pamit kepada kliennya tersebut.“Oh ….” Leonhard tertawa dan lagi-lagi suara bariton seksinya membuat Aruna ingin dijamah pria itu di atas ranjang.Bayangkan saja, Aruna dengan hormon remaja menginjak dewasanya belum pernah disentuh oleh pria asing manapun bahkan ciuman pertama belum pernah dia dapatkan.Itu karena Aruna memiliki lima bodyguard yang selalu mengekangnya. “Baiklah,” sambung Leonhard mengerti.Mobil pun melaju usai driver memasukan koper Aruna ke kabin belakang.Leonhard mengamati cara berpakaian Aruna yang lebih casual tapi tetap tidak meninggalkan kesan old money.Aruna tidak memakai stelan blazer dengan pinsil sk

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Semakin Terpesona

    Aruna mengawasi Leonhard dan pak Robby dari jauh, dia tidak bisa membantu pak Robby untuk mendapatkan tender ini karena sang klien datang langsung menilai.Dan entah karena kharisma atau kejelian Leonhard serta insting kuat yang dimilikinya sampai mampu membuat pak Robby kelabakan menjawab pertanyaan pria itu.Aruna bisa melihat raut kecewa di wajah tampan Leonhard.Beberapa saat kemudian pak Robby dan Leonhard datang mendekati Aruna yang berdiri di pintu keluar.“Terimakasih pak Robby, akan saya pertimbangkan hasil survei kali ini ….” Leonhard tidak ingin berlama-lama, dia menjabat tangan pak Robby untuk berpamitan.“Mungkin nanti saya yang akan menginfokan kepada Pak Robby hasil dari keputusan Pak Leon,” kata Aruna menjadi penengah.“Ya … itu bagus,” balas Leonhard setuju.“Baik, Pak Leon … Bu Aruna … saya tunggu kabar baiknya,” ujar pak Robby penuh harap.Pak Robby mengantar Aruna dan Leonhard ke area depan pabrik.Sama seperti perginya, saat kembali ke parkiran mobil pun

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Perjalanan Bisnis

    BUSSINES TRIPHari yang ditunggu-tunggu Aruna akhirnya tiba, dia dan Leonhard akan melakukan kunjungan ke salah satu pabrik yang memproduksi bahan baku.Tadi malam Aruna telah mengisi daya batre ponselnya berikut dengan powerbank.Sambil berdandan dia sering kali mengecek ponsel untuk memastikan tidak ada chat dari Leonhard yang membatalkan janji.“Mi … Pi … Aruna pergi ya, Aruna mau ke pabrik sama pak Leon.” Aruna mengecup pipi papi dan mami kemudian bibirnya mengapit satu helai roti yang baru saja diambil dari piring saji di atas meja.“Sayang, kapan kamu mau pindah ke apartemen?” Mami berteriak dari ruang makan karena Aruna telah melesat cepat menuju pintu depan.“Nanti aja!” Aruna balas berteriak sebelum melewati pintu.Mami mengembuskan nafas panjang sementara papi menggelengkan kepala samar.“Kenapa Aruna boleh tinggal di apartemen tapi Nara enggak?” Narashima terdengar menggerutu.“Iya … enggak adil.” Reyzio menimpali.“Nanti kalian bawa cewek ke apartemen.” Papi Arka

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Perhatian

    Aruna mengemudikan mobil Narashima pulang ke rumah, jalanan masih saja macet padahal jam pulang kerja sudah lewat.Seharusnya tadi pagi dia minta diantar driver, bukannya malah main masuk mobil saja.Butuh waktu satu setengah jam sampai di rumah dan keadaan rumah sudah sepi dengan beberapa lampu padam.Saat Aruna melewati ruang televisi, tiba-tiba lampu menyala, seketika sosok papi memenuhi pandangan matanya maka langkah Aruna pun berhenti.“Sayang … sini duduk dulu, kita ngobrol sebentar.” Papi menepuk space kosong di sofa panjang.Aruna mengembuskan nafas, raut lelah kentara sekali di wajah cantiknya.Lelah bukan karena bekerja melainkan berperang dengan mood buruknya seharian ini.“Kamu capek?” Papi Arkana bertanya.“Bangeeeet! Ternyata kerjaan pak Bagas banyak banget ya … Pantesan aja sering lembur, Aruna kira biar bisa dapet uang lembur yang besar ….” Aruna tampak menyesal telah berpikir negatif kepada bosnya yang dulu.“Kamu itu ya, negatif thinkiiiiing aja.” Papi Arkan

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Batal

    “Pagi Bu …,” sapa Tasya dan Tezaar kompak.Mereka berdua adalah asisten Aruna.“Pagi … kamu udah berhasil hubungi pak Robby?” Aruna bertanya kepada Tezaar.“Sudah Bu, beliau siap menerima kedatangan Ibu dan pak Leon.” Tezaar menjawab lugas.“Oke … terus Sya, kamu tolong bantu saya analisis data yang kemarin ya … nanti saya periksa kembali pulang dari pabrik.” Aruna memberi perintah kepada Tasya.“Baik, Bu!” Tasya menyahut.“Saya tunggu pak Leon di bawah aja ya, biar langsung pergi.” Aruna berujar lagi sambil melirik arlojinya.“Baik, Bu.” Tasya dan Tezaar kompak menimpali.Aruna kembali ke lantai satu menunggu Leonhard di lobby.Setelah duduk selama satu jam di sana, dia mulai gelisah lalu memeriksa ponselnya untuk menghubungi Leonhard.Namun sayang ponselnya mati, lupa diisi daya karena dipeluk semalaman.“Yaaaah … ada-ada aja.” Aruna mengesah.Dia mengeluarkan powerbank dari dalam tas dan kembali melorotkan bahu karena powerbank ya juga kehabisan daya.“Pak! Punya charg

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status