Share

Semakin Terpesona

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-02-18 12:26:25

Aruna mengawasi Leonhard dan pak Robby dari jauh, dia tidak bisa membantu pak Robby untuk mendapatkan tender ini karena sang klien datang langsung menilai.

Dan entah karena kharisma atau kejelian Leonhard serta insting kuat yang dimilikinya sampai mampu membuat pak Robby kelabakan menjawab pertanyaan pria itu.

Aruna bisa melihat raut kecewa di wajah tampan Leonhard.

Beberapa saat kemudian pak Robby dan Leonhard datang mendekati Aruna yang berdiri di pintu keluar.

“Terimakasih pak Robby, akan saya pertimbangkan hasil survei kali ini ….” Leonhard tidak ingin berlama-lama, dia menjabat tangan pak Robby untuk berpamitan.

“Mungkin nanti saya yang akan menginfokan kepada Pak Robby hasil dari keputusan Pak Leon,” kata Aruna menjadi penengah.

“Ya … itu bagus,” balas Leonhard setuju.

“Baik, Pak Leon … Bu Aruna … saya tunggu kabar baiknya,” ujar pak Robby penuh harap.

Pak Robby mengantar Aruna dan Leonhard ke area depan pabrik.

Sama seperti perginya, saat kembali ke parkiran mobil pun Leonhard membantu Aruna melewati jalan jelek dengan merelakan tangannya dipeluk, digenggam sampai dicengkeram gadis cantik itu.

Begitu bokong mereka duduk di kabin belakang mobil, Aruna langsung mengajak Leonhard berdiskusi.

“Gimana menurut Pak Leon? Apa Pak Leon setuju kalau kita menggunakan bahan baku dari sini?”

Leonhard menoleh menatap Aruna sembari menyerongkan posisi duduknya membuat lulut mereka bertemu dan sepertinya Leonhard tidak menyadari hal itu.

“Dari yang saya tangkap tadi, banyak sekali kekurangannya … dari harga sangat murah tapi saya tidak melihat adanya quality control yang baik di sana sehingga hasil dari produksi bahan baku diragukan kualitasnya ….” Leonhard memberi jeda, matanya menatap Aruna lekat.

Tersirat perasaan segan yang bisa ditangkap dengan baik oleh Aruna.

“Saya mengerti Pak,” kata Aruna maklum.

“Maaf ya Bu, saya harus melakukan yang terbaik untuk proyek ini karena ini proyek besar.”

Aruna tersenyum lebar yang membuatnya tampak semakin cantik sebelum akhirnya merespon ucapan Leonhard.

“It’s oke … saya kagum lho sama Bapak karena mau turun langsung survei ke pabrik … biasanya bagian Sourching spesialist seperti saya yang survei.”

Leonhard tertawa kecil, suara bariton seksinya membuat bulu kuduk Aruna meremang.

Tapi Aruna tidak bohong, dia semakin jatuh cinta setelah melihat kinerja Leonhard untuk perusahaannya.

Pria itu tanpa segan mencecar pak Robby dengan banyak pertanyaan untuk memastikan kalau bahan baku yang akan digunakan adalah yang terbaik.

“Saya baru saja memecat Sourching Spesialis karena terbukti mendapat suap dari klien.” Leonhard jadi curhat.

“Ooh ….” Aruna bergumam.

“Sebenarnya ada satu pabrik lagi penghasil bahan baku terbaik tapi ada di kota kecil di Jawa Tengah ….” Kalimat Aruna menggantung.

“Itu berarti akan ada cost untuk pengiriman.”

Aruna menganggukan kepala membenarkan ucapan Leonhard.

“Kalau Pak Leon mau survei … bisa saya antar.” Ekspresi wajah dan gesture tubuh Aruna tampak biasa saja tapi sesungguhnya di dalam hati dia sedang harap-harap cemas menunggu keputusan Leonhard, apakah mereka akan melakukan bisnis trip ke luar kota atau tidak dan Aruna sangat berharap kalau Leonhard mengiyakan.

Beberapa saat hening, Leonhard tampak berpikir.

“Apa Bu Aruna ada waktu?” Leonhard akhirnya bertanya.

“Tentu ada … apa sih yang enggak buat kamu, sayang.” Yang hanya bisa Aruna ungkapkan di dalam hati.

“Pak Leon bisanya hari apa? Biar saya atur jadwal saya.”

Padahal Aruna tidak memiliki jadwal, Leonhard adalah satu-satunya klien pegangannya karena Aruna baru menduduki jabatan ini, Aruna hanya ingin terlihat sibuk.

“Bagaimana kalau besok? Besok saya tidak memiliki jadwal meeting tapi apa kita harus menginap?”

Ingin rasanya Aruna salto mendengar pertanyaan itu.

“Sepertinya begitu tapi kalau urusan kita cepat selesai dan memungkinkan untuk kembali ke Jakarta … kita bisa langsung pulang.”

“Baiklah … tapi sepertinya kita harus pergi lebih pagi.”

“Setuju, tapi bagaimana kalau Pak Leon jemput saya ke rumah?”

“Oh begitu?” Leonhard terkekeh. “Apa perlu saya juga minta ijin sama pak Arkana karena akan membawa anak gadisnya ke luar kota?” sambung Leonhard bermaksud bercanda sama sekali bukan ingin menggoda.

Aruna jadi tersipu, beruntung dia memiliki pipi berwarna pink alami jadi saat merona seperti sekarang tidak terlalu kentara.

“Baiklah Bu Aruna, Terimakasih untuk hari ini … sampai jumpa besok, saya jemput ke rumah pagi sekali.”

Mobil telah berhenti tepat di lobby gedung kantor AG Group.

“Sampai bertemu besok, Pak Leon ….” Aruna membalas sambil membuka pintu mobil lalu turun.

Aruna langsung masuk ke dalam gedung, tidak memberikan lambaian tangan atau menunggu mobil Leonhard keluar dari pelataran parkir pasalnya dia sudah tidak dapat menahan senyum berbunga-bunga di bibirnya.

“Ih si ibu kenapa?” gumam Intan-sang resepsionis bertanya-tanya setelah Aruna melewati mejanya.

***

“Bagaimana survei kamu tadi sama pak Leon?” Papi Arkana bertanya di tengah makan malam.

Tumben sekali Aruna bisa makan malam bersama papi mami tapi sayang kedua kakaknya yang belum menikah masih memiliki urusan di luar sehingga mereka harus makan malam tanpa Reyzio dan Narashima.

“Pak Leon itu ketat banget, Pi … dia banyak maunya … yang biasanya pak Robby lolos-lolos aja kalau disurvei klien, kali ini kelabakan Pi … dia banyak enggak bisa jawab pertanyaan pak Leon.” Aruna menceritakan.

“Wah … karena ya anak muda itu, dia berarti concern banget sama keberlangsungan perusahaannya.” Papi Arkana berpendapat.

“Terus gimana? Gagal donk ambil bahan baku dari pak Robby … tapi kita masih punya satu cadangan pabrik lagi, kan?”

Aruna menganggukan kepala merespon cepat ucapan papi Arkana.

“Udah Aruna tawarkan … dan dia bersedia survei dulu.” Aruna memberikan penjelasan.

“Kapan? Sama kamu?” Papi Arkana bertanya.

“Besok … mau Papi yang anter pak Leon?” Dalam hati Aruna berharap sang papi menjawab tidak.

“Papi ada acara … ya ‘kan Mi?” Papi Arkana mencolek dagu istrinya yang sedari tadi diam saja.

“Tahu ah, kalian itu mentang-mentang satu kantor … sebentar-sebentar ngomongin bisnis, apalagi kalau udah ada abang Ghaza, mas Nawa, kak Rey sama mas Nara … Mami dicuekin.” Mami Zara mengerucutkan bibirnya, matanya mendelik manja.

Papi Arkana dan Aruna tergelak.

“Jangan gitu atuh Mi ….” Aruna membujuk.

“Cieee, marah … kesel … ‘kan besok kita mau ke Bali,” kata papi Arkana mengingatkan.

“Ada apa di Bali?” Aruna bertanya.

“Ada seminar dari IDI berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan … mami sebagai pemilik Rumah Sakit harus hadir dan tentunya dianter Papi biar sekalian honeymoon.” Papi Arkana menunjukkan tampang jenaka mengangkat kedua alisnya berkali-kali.

“Iiiih jijik … udah tua juga.” Aruna bergidig.

Mami Zara dan papi Arkana tergelak sebagai respon kegelian Aruna.

“Jadi kamu aja yang temenin pak Leon ya, ‘kan itu calon klien kamu … kamu tunjukin kemampuan kamu, tapi kalau kamu nyerah … Silahkan lambaikan tangan ke kamera.”

“Apaan sih, Pi … ah, udah Aruna bilang enggak ada kata menyerah pokoknya.”

Aruna bangkit dari kursi. “Aruna udah selesai makan malamnya, Aruna mau tidur karena besok pagi banget pak Leon jemput … pokoknya Aruna enggak mau punya adik ya, jangan macem-macem Papi sama Mami di Bali.”

Mami Zara dan papi Arkana kembali mencetuskan gelak tawa saat Aruna membawa langkahnya pergi dari ruang makan menuju kamar.

Sampai di kamar, Aruna langsung mengeluarkan koper untuk menyiapkan segala keperluan bisnis trip ke luar kota bersama Leonhard.

Dia mengobrak-abrik lemarinya mencari baju tidur semi lingery two pieces untu dikenakan nanti.

Aruna akan mengkondisikan kalau mereka menginap dan kalau bisa tidur satu kamar.

“Kayanya aku jodoh sama pak Leon, buktinya semesta selalu memberi jalan … bisa-bisanya pak Leon enggak sreg sama bahan baku dari pabrik pak Robby ….” Aruna bermonolog, pipinya kembali merona mengingat kalimat bercanda Leonhard tentang pamit kepada papi Arkana karena akan membawanya keluar kota.

“Ya ampun … dia tuh udah kaya pacar aja.” Aruna menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan sembari menghentakan kedua kaki.

Aruna masih percaya kalau Leonhard adalah pria single, pasalnya tidak ada cincin di jari manis pria itu dan seharian bersama Leonhard—Aruna tidak melihat pria itu mendapat panggilan telepon atau chat dari kekasih atau istri.

Aruna duduk di samping Leonhard selama perjalanan pulang dan pergi ke pabrik, matanya langsung jeli ketika mengetahui Leonhard mendapat pesan dan pesan-pesan yang masuk itu berasal dari orang kantor atau klien dan tidak ada satu pesan dari seorang wanita membuat Aruna semakin yakin kalau Leonhard itu pacarable.

Lalu, apakah yang akan terjadi di antara mereka saat perjalanan bisnis nanti?

Ikutin terus ceritanya ya, jangan mikir yang berat-berat dulu biar enggak stress 😛

Karena kalau bisa ringan kenapa harus dibuat berat? 😁

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Apris Aiteru Dwiyani
menarik , judul ke 2 yg ku baca . pertama mendarat di pangkuan CEO
goodnovel comment avatar
Kurama Kurama
berat ngga tuh......
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
duh,,aruna pas tau dia udah laki orang gimana ya mukanya....hadehhh,,,cari tau dulu ngapa non
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Perjalanan Bisnis

    “Pagi Pak Leon,” sapa Aruna ketika membuka pintu mobil.Senyum manis merekah di bibirnya yang dipoles liptint warna pink.“Pagi Bu Aruna,” balas Leonhard hangat dan ramah.“Papi baru aja pergi anter mami ke Bali jadi Pak Leon enggak perlu minta ijin,” kata Aruna menyambung pembicaraan tadi malam sebelum sempat Leonhard bersuara tentang mampir untuk pamit kepada kliennya tersebut.“Oh ….” Leonhard tertawa dan lagi-lagi suara bariton seksinya membuat Aruna ingin dijamah pria itu di atas ranjang.Bayangkan saja, Aruna dengan hormon remaja menginjak dewasanya belum pernah disentuh oleh pria asing manapun bahkan ciuman pertama belum pernah dia dapatkan.Itu karena Aruna memiliki lima bodyguard yang selalu mengekangnya. “Baiklah,” sambung Leonhard mengerti.Mobil pun melaju usai driver memasukan koper Aruna ke kabin belakang.Leonhard mengamati cara berpakaian Aruna yang lebih casual tapi tetap tidak meninggalkan kesan old money.Aruna tidak memakai stelan blazer dengan pinsil sk

    Last Updated : 2025-02-19
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mengenal Aruna

    “Mohon maaf hanya ada satu kamar … tapi saya jamin aman, tidak akan ada penggerebekan,” kata resepsionis saat Aruna meminta dua kamar untuk dirinya dan Leonhard.Leonhard dan Aruna saling menatap.“Apa ada hotel lain sekitar sini?” Leonhard bertanya kepada sang resepsionis.“Enggak ada.” Dan pria resepsionis serta Aruna kompak menjawab.“Kalau tidak mau tidur di bed yang sama, saya bisa sediakan bed tambahan … kamarnya cukup luas kok dan saya jamin aman,” ulang pria itu lagi di akhir kalimat.“Bukan gitu … masalahnya kami bukan pasangan.” Aruna bergumam meski sebenarnya hatinya jumpalitan di dalam sana.“Wahai semesta … mengapa engkau kooperatif sekali,” kata Aruna di dalam hati, ingin rasanya menjerit bahagia. “Ya siapa tahu setelah pulang dari sini jadi pasangan,” kata pria muda di balik meja resepsionis diakhiri tawa kering karena baik Leonhard dan Aruna memberikan tatapan malas.“Pak Leon keberatan enggak kalau kita satu kamar?” Aruna bertanya dengan tampang datar biasa y

    Last Updated : 2025-02-19
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Lebih Dekat

    “By the way, ini ‘kan bukan jam kerja … Pak Leon panggil saya Aruna aja … lagian usia kita terpaut jauh lebih tua Pak Leon.” Aruna mulai mencoba untuk lebih dekat dengan Leonhard.“Baiklah, tapi saya juga enggak mau dipanggil dengan sebutan Bapak ya … usia kita enggak beda jauh kok jadi panggil saya Leon aja.” Leonhard memberi syarat.“Ya ampun … pake aku kamu juga enggak?” Aruna membatin.“Kita santai aja ya kalau lagi berdua atau di luar jam kerja … karena mungkin kita akan terhubung selama beberapa tahun ke depan,” cetus Leonhard seolah bisa mendengar apa kata hati Aruna.“Okeee … ide bagus.” Aruna pun setuju.Bersamaan dengan itu soto pesanan mereka sampai.“Kamu benar, sotonya enak ….” Leonhard berujar setelah menghabiskan satu mangkuk soto.“Syukurlah kalau kamu suka,” kata Aruna lega.Eee … cieee, sekarang mereka sudah menggunakan panggilan aku kamu sebentar lagi mungkin sayang.Sepertinya Aruna sedang dikelilingi keberuntungan kar

    Last Updated : 2025-02-20
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Aku Mendapatkanmu

    Pagi sekali Aruna dan dua asistennya sudah memenuhi ruang meeting di gedung AG Group yang dipimpin oleh Arkana Gunadhya.Mereka sedang menyiapkan rapat penting untuk merumuskan kontrak bisnis antara AG Group dengan perusahaan yang dikelola oleh Leonhard.Selang berapa lama tim support datang, Aruna berkoordinasi dengan mereka untuk memberikan data yang nanti akan ditampilkan.Saat jam menunjukkan pukul delapan pagi, Leonhard datang bersama orang-orang dari perusahaannya yang berkepentingan dalam proyek ini.“Selamat pagi!” sapa Leonhard saat memasuki ruang meeting.Sontak semua orang termasuk Aruna menoleh ke arahnya.“Pagi!” sahut Aruna serta yang lain bersamaan.Leonhard melangkah mendekati Aruna yang berdiri di ujung meja rapat sedang menyiapkan data di MacBook papinya.Sementara satu orang dari tim support mempersilahkan rombongan yang membersamai Leonhard untuk sarapan pagi di ruangan sebelah.“Hai …,” sapa Leonhard sembari menatap Aruna lekat.Aruna merasa tatapan Leon

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mulai Terjerat Pesona Aruna

    Meeting dilanjutkan keesokan harinya tapi tanpa papi Arkana yang telah memiliki janji dengan klien lain.Meski begitu tetap dilakukan secara serius dan kondusif.Seperti meeting kemarin, meeting hari ini pun Leonhard dan Aruna duduk bersisian.Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut karena Leonhard yang tidak memiliki Sourching Spesialist turun langsung dalam memilih bahan baku sehingga pasti selalu berhubungan dengan Aruna.Hanya Tasya dan Tezaar yang peka kalau ada benih-benih cinta di antara Leonhard dan Aruna, pasalnya dari tatapan serta gesture tubuh Leonhard setiap kali bicara dengan Aruna menunjukkan kekaguman dan minat yang besar.Pernah tanpa sadar Leonhard terus menatap Aruna yang tengah menjelaskan sesuatu.Semua orang juga menatap Aruna tapi tatapan Leonhard berbeda, matanya berbinar dengan seulas senyum di bibir.“Fix … pak Leon juga suka sama bu Aruna.” Tezaar berkomentar.“Sssttt ….” Tasya mendesis, menempelkan telunjuknya di bibir karena suara Tezaar nyari

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Meeting Kecil

    Ting …Tong …Aruna bergegas berlari menuju pintu unit apartemennya sesaat setelah mendengar suara bel.Tidak lupa dia memeriksa kembali penampilannya di cermin besar dekat pintu.Aruna merasa harus terlihat sempurna karena tamu yang datang ke apartemen yang baru dihuninya tiga hari ini adalah Leonhard dan Reynaldi.Ceklek …Begitu pintu apartemen terbuka, tatapan Aruna dan Leonhard bertemu.“Selamat malam Aruna ….” Leonhard menyapa seraya memberikan satu paperbag berisi dessert dari toko kue ternama.“Selamat malam, Leon … kenapa repot-repot,” kata Aruna mengecek isi paperbag.Leonhard menanggapi dengan senyuman.Aruna celingukan mencari sosok lain tamunya selain Leonhard.“Reynaldi enggak bisa ikut, mendadak dia ada urusan.” Leonhard memberi tahu.“Jadi, cuma kita berdua?” Aruna membatin.“Oh … kalau gitu silahkan masuk.” Aruna mundur beberapa langkah untuk memberi ruang kepada Leonhard.“Tadinya mau aku batalin

    Last Updated : 2025-02-22
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Warisan

    Setelah menutup pintu, Aruna bersandar pada benda tersebut kemudian melorotkan tubuhnya hingga terduduk di lantai.“Leon sudah mulai notice, iya kan? Dia mulai ada rasa sama aku, iya kan?” Aruna bertanya pada dirinya sendiri.“Dari kemarin dia natap aku terus, udah gitu tadi ngusap bahu aku dan sebelum pulang muji aku lucu … apalagi alasannya kalau dia udah mulai suka sama aku, iya kan?” Aruna bertanya lagi tapi tidak ada yang bisa menjawab karena hanya dirinya sendirian di apartemen.Aruna bangkit dari lantai, meletakan kedua telapak tangannya di pipi yang terasa hangat karena belum berhenti tersipu.Dia pergi ke kamarnya untuk mencuci wajah di wastafel di dalam kamar mandi.Setelah mengusap wajahnya menggunakan air, Aruna bercermin sembari mengipas-ngipas wajahnya yang masih terasa panas dengan tangan.“Terus setelah ini aku harus gimana? Masih pura-pura jual mahal, kah? Atau ceritanya peka terus nyambut setiap kode dari dia gitu? Atau gimana? Ya Tuhan, Aruna harus gimana? Aru

    Last Updated : 2025-02-23
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Tentang Leonhard

    “Sorry Bro, kemarin gue enggak bisa ikut ke apartemen Aruna … padahal gue ingin banget.” Reynaldi berdecak lidah kesal sembari menyimpan kedua tangan di pinggang setelah langkahnya sampai di samping Leonhard yang tengah mengolah tubuh di atas mesin treadmill.“It’s oke, terus gimana keadaan adik lo?” tanya Leonhard menoleh menatap Reynaldi.“Kemarin tiba-tiba adik gue mengalami syok kardiogenik makanya orang rumah sakit telepon gue, tapi mereka tangani dengan baik dan sekarang udah normal tapi ya itu … belum bisa keluar dari ICU.” Tampang Reynaldi tampak sendu.Leonhard mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.“Padahal gue kangen sama Aruna,” seloroh Reynaldi seraya melangkah menuju sofa di sudut ruang gym dan tanpa pria itu tahu kalau Leonhard mendelik sinis padanya.“Si Nova enggak dateng?” Reynaldi bertanya basa-basi setelah menjatuhkan bokongnya di sofa.“Sepi banget ini rumah … kaya rumah bujangan, gue tahu kalau lo sama Nova nikah karena bisnis tapi apa lo enggak bisa bujuk

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mulai Curiga

    Leonhard menggeliatkan tubuhnya, perlahan membuka mata kemudian tersenyum.Entah kapan terakhir kali dia merasakan tidur nyenyak seperti ini.Ah, dia ingat! Saat tidur bersama Aruna, di apartemennya.Leonhard menegakan punggung, mengusap wajah lalu menoleh ke samping tapi tidak menemukan Aruna di ranjang yang besar ini.Kepalanya menunduk menatap dadanya yang polos tanpa kemeja.Dia ingat tadi malam membuka kemejanya agar nyaman saat tidur.Tiba-tiba aroma gosong yang pekat segera saja menyerang indra penciumannya.Hidung Leonhard mengendus-ngendus mencari asal bau sambil berpikir dari mana bau gosong tersebut berasal.Klontang!Terdengar suara berisik dari luar, Leonhard bergegas bangkit dari atas ranjang lalu berlari keluar kamar.Langkahnya berhenti diambang pintu dapur saat melihat Aruna sibuk membersihkan lantai dari bumbu makanan sambil sesekali mengaduk nasi goreng di wajan dan sekarang Leonhard tahu kalau asal bau gosong itu dari sini.“Baby!” panggil Leonhard parau

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Memaafkan

    Sebuah notifikasi muncul di ponselnya membuat Aruna mengalihkan fokus dari layar komputer. Dia meraih alat komunikasi canggih lalu membuka aplikasi chat. Nama Leonhard muncul, Aruna langsung membuka ruang pesan dengan pria itu tanpa ragu. Leonhard : Bisa kita bertemu malam ini? Aruna menimbang sebentar kemudian membalas pesan Leonhard. Aruna : Bisa Hanya satu kata itu Aruna membalas pesan Leonhard tapi sang pria tetap mengirim balasan kembali. Leonhard : Aku jemput jam setengah tujuh malam Aruna : Oke Jantung Aruna seketika berdebar kencang, entahlah apa keputusannya ini benar atau tidak tapi dia mencintai Leonhard. “Tuhan enggak mungkin menganugerahkan cinta ini kalau kita enggak bisa bersatu, kan?” Tak tahu kepada siapa Aruna bertanya karena hanya ada dia sendiri di ruangannya itu. Aruna bangkit dari kursi lalu pergi ke toilet untuk touch up, dia harus terlihat

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Sebuah Bukti

    Tanpa terasa jam pulang kerja akhirnya tiba bersamaan dengan selesainya pekerjaan Aruna.Tok …Tok …Ceklek …“Sore Bu.” Tasya masuk saat Aruna sedang merapihkan mejanya sebelum meninggalkan ruangan.“Sore … ada apa?” Aruna bertanya sambil menatap amplop coklat di tangan Tasya.“Bu … ini ….” Tasya meletakan amplop coklat itu di atas meja tampak ragu.“Apa ini?” Aruna bertanya tanpa bersedia menyentuh amplop tersebut.“Itu … bukti perselingkuhan bu Nova dengan pak Dewa … dugaan kita terbukti, Bu.” Deg.Jantung Aruna rasanya berhenti sepersekian detik.Dia tidak pernah secara langsung memerintahkan Tasya mencari bukti ini tapi asistennya pengertian sekali.Aruna termenung sesaat sedang menenangkan perasaannya sebelum melihat isi aplop tersebut.“Maaf saya lancang, Bu … saya hanya ingin Ibu bahagia.” Aruna terharu, dia melipat bibirnya ke dalam sementara pelupuk matanya telah menampung buliran kristal.“Kenapa

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Tidak Perlu Berpura-pura

    Leonhard bukan remaja yang menuntut komunikasi intens tapi setiap pertemuan selalu berkualitas seperti yang terjadi di ruangan sempit janitor saat charity party beberapa malam lalu karena sampai hari ini tidak ada pesan maupun telepon dari pria itu.Aruna yang sedang duduk di kursi kebesarannya di ruangan dengan namanya sendiri di bagian pintu-mengembuskan nafas berat lantas menutup wajah menggunakan kedua telapak tangan tatkala bayangan tentang momen bercinta kilat penuh ketegangan di ruang janitor tempo hari melintas terus di benaknya seperti kaset rusak.Tok …Tok …Ceklek …“Permisi Bu, mau minta tanda tangan.” Tezaar menyembulkan kepalanya dari celah pintu yang terbuka.“Masuk,” gumam Aruna dengan ekspresi sendu.Aruna membaca berkas yang Tezaar berikan sebelum menandatanganinya.“Kamu bisa cari tahu keberadaan Leon di mana?” Aruna bertanya saat mengembalikan berkas kepada Tezaar.Sesaat Tezaar menatap bosnya yang sedang mengalami jatuh cinta penuh intrik dan konflik.“

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Karma

    Aruna tidak berhenti menangis dalam perjalanan pulang menggunakan taksi.Apa yang dia lakukan tadi bersama Leonhard dan hinaan Enzo sangat berbanding lurus.Dia memang wanita murahan, perebut suami orang, mencoreng nama baik keluarga dan Aruna tidak terima dengan penghinaan tersebut meski dia memang melakukannya.Ponselnya berdering, awalnya Aruna tidak mau mencari tahu siapa yang melakukan panggilan namun sang driver meliriknya melalui kaca spion tengah mungkin dering panggilan tersebut mengganggu konsentrasi mengemudi.Terpaksa Aruna merogoh clutch mencari ponsel lalu menemukan nama Arumi tertera di layarnya.“Hallo, Arumi?” Aruna menjawab dengan suara parau. “Kamu kenapa?” Arumi bertanya cemas.“Enggak … ada apa?”“Aku lagi di Jakarta … abis ikut seminar, ini lagi di apartemen mas Reynand tapi mas Reynandnya enggak ada lagi bussines trip ke Jogja … ‘kan bete aku sendirian—““Ke apartemen aku sekarang, aku kasih alamatnya,” sambar Arun

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Pria Betistri

    ”Kamu dari mana?” Nova bertanya dengan nada tinggi saat langkah Leonhard sampai di meja itu.Beberapa orang yang duduk di sana sampai menoleh dan menyaksikan kekurangajaran Nova sebagai istri kepada Leonhard.Nova terhenyak, sadar telah menjadi pusat perhatian.“Tadi aku menemui pak Kevin,” jawab Leonhard santai kemudian menenggak air di dalam gelas miliknya hingga tandas berusaha tenang agar tidak membuat Nova semakin curiga. Nova tidak berkomentar namun raut masam di wajahnya dan tatapan skeptis masih menunjukkan kalau wanita itu tidak mempercayai alasan Leonhard.Tidak jauh berbeda dengan Leonhard, Aruna juga mendapat cecaran Enzo saat akhirnya pria itu menemukan Aruna keluar dari toilet wanita usai membersihkan cairan cinta Leonhard yang tertinggal di bagian intinya.“Dari mana saja kamu? Di mana Leonhard? Apa yang kalian lakukan? Apa kamu tidak bisa menghargai aku, Aruna? Aku tidak menyangka gadis Gunadh—“Plak! Aruna menampar Enzo sebe

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Penyembuh Segala Sakit

    Setelah dirasa Aruna kehabisan nafas akhirnya Leonhard mengurai pagutan, menempelkan keningnya dengan kening Aruna dengan nafas memburu lantara jantungnya berdetak kencang sekali disebabkan oleh bergejolaknya berbagai macam emosi di dalam dada.“Aku cemburu, Aruna ….” Leonhard mengakui tanpa segan.“Kamu pikir aku enggak? Kamu memamerkan wanita itu sebagai istri kamu sedangkan aku, untuk menciumku saja kamu harus menyeretku ke luar venue … ini yang aku maksud, Leon … aku enggak menginginkan ini.” Aruna tidak membentak, sorot matanya malah tampak memelas.Leonhard melapisi satu pipi Aruna menggunakan telapak tangannya yang besar kemudian mengusap lembut ibu jarinya di sana.“Aku minta maaf … aku minta kamu sabar, aku akan cari jalan keluarnya … kasih aku waktu sampai aku bisa menjadi CEO Asia Sinergy di Korea.” Leonhard terus meminta waktu tanpa tahu sampai kapan Aruna harus menunggu.Aruna menggelengkan kepalanya. “Aku enggak mau jadi simpanan, Leon.” Air ma

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Layak Untuk Dicintai

    Selanjutnya MC mempersilahkan untuk para tamu undangan menikmati hidangan yang disediakan, biasanya momen ini digunakan untuk mengobrol dengan sesama tamu undangan lain.“Ada satu pengusaha lagi yang ingin aku temui,” kata Leonhard bermaksud ijin meninggalkan Nova seraya bangkit dari kursi.“Aku ikut, sekalian aku mau cari minum.” Nova bangkit dari kursi.Leonhard tidak menolak karena hanya akan menimbulkan perdebatan jadi dia membawa Nova bertemu calon kliennya.Namun nahas, Leonhard salah jalan sehingga bertemu Aruna yang sedang bersama Enzo.Mau tidak mau mereka harus berpapasan, dari jauh Leonhard dan Aruna sudah mengunci tatap sementara Enzo tampak terkejut berulang kali dia menoleh ke samping melihat reaksi Aruna yang terlihat dingin menatap Leonhard dan Nova yang tidak tahu apa-apa menjadi yang paling santai, matanya jelalatan membaca nama makanan di stand yang menggiurkan untuk disantap.Entah siapa yang mulai, langkah mereka berhenti saat jarak

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Suami Orang

    “Dia suami orang ….” Aruna bergumam setelah tawa Enzo mereda.Enzo menoleh lagi kali ini lebih lama karena dia tidak percaya dengan indra pendengarannya namun melihat raut wajah Aruna dan sorot matanya yang sendu membuat pria itu akhirnya percaya.“Kenapa kamu bisa mencintai suami orang? Kamu bukan gadis seperti itu, Aruna ….” Enzo mengatakannya dengan nada rendah penuh kehati-hatian.“Awalnya aku tidak tahu kalau dia sudah menikah tapi kemudian aku tahu dia terpaksa menikah karena bisnis jadi tidak mencintai istrinya ….” Aruna menggantung kalimatnya karena mendengar Enzo tertawa.“Kamu dibohongi, Aruna … tidak ada yang seperti itu, bayangkan saja … mereka menikah, tinggal bersama, bercinta setiap malam ya tentu mereka akan mudah untuk saling mencintai,” timpal Enzo dengan nada meledek.“Mereka tidak tinggal bersama … Leon di Jakarta dan Nova di Surabaya.” Tanpa segan Aruna menyebut nama karena yakin Enzo tidak akan mengkhianatinya.Enzo tidak bodoh, sekali saja dia buka mulut m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status