“Mohon maaf hanya ada satu kamar … tapi saya jamin aman, tidak akan ada penggerebekan,” kata resepsionis saat Aruna meminta dua kamar untuk dirinya dan Leonhard.Leonhard dan Aruna saling menatap.“Apa ada hotel lain sekitar sini?” Leonhard bertanya kepada sang resepsionis.“Enggak ada.” Dan pria resepsionis serta Aruna kompak menjawab.“Kalau tidak mau tidur di bed yang sama, saya bisa sediakan bed tambahan … kamarnya cukup luas kok dan saya jamin aman,” ulang pria itu lagi di akhir kalimat.“Bukan gitu … masalahnya kami bukan pasangan.” Aruna bergumam meski sebenarnya hatinya jumpalitan di dalam sana.“Wahai semesta … mengapa engkau kooperatif sekali,” kata Aruna di dalam hati, ingin rasanya menjerit bahagia. “Ya siapa tahu setelah pulang dari sini jadi pasangan,” kata pria muda di balik meja resepsionis diakhiri tawa kering karena baik Leonhard dan Aruna memberikan tatapan malas.“Pak Leon keberatan enggak kalau kita satu kamar?” Aruna bertanya dengan tampang datar biasa y
“By the way, ini ‘kan bukan jam kerja … Pak Leon panggil saya Aruna aja … lagian usia kita terpaut jauh lebih tua Pak Leon.” Aruna mulai mencoba untuk lebih dekat dengan Leonhard.“Baiklah, tapi saya juga enggak mau dipanggil dengan sebutan Bapak ya … usia kita enggak beda jauh kok jadi panggil saya Leon aja.” Leonhard memberi syarat.“Ya ampun … pake aku kamu juga enggak?” Aruna membatin.“Kita santai aja ya kalau lagi berdua atau di luar jam kerja … karena mungkin kita akan terhubung selama beberapa tahun ke depan,” cetus Leonhard seolah bisa mendengar apa kata hati Aruna.“Okeee … ide bagus.” Aruna pun setuju.Bersamaan dengan itu soto pesanan mereka sampai.“Kamu benar, sotonya enak ….” Leonhard berujar setelah menghabiskan satu mangkuk soto.“Syukurlah kalau kamu suka,” kata Aruna lega.Eee … cieee, sekarang mereka sudah menggunakan panggilan aku kamu sebentar lagi mungkin sayang.Sepertinya Aruna sedang dikelilingi keberuntungan kar
Pagi sekali Aruna dan dua asistennya sudah memenuhi ruang meeting di gedung AG Group yang dipimpin oleh Arkana Gunadhya.Mereka sedang menyiapkan rapat penting untuk merumuskan kontrak bisnis antara AG Group dengan perusahaan yang dikelola oleh Leonhard.Selang berapa lama tim support datang, Aruna berkoordinasi dengan mereka untuk memberikan data yang nanti akan ditampilkan.Saat jam menunjukkan pukul delapan pagi, Leonhard datang bersama orang-orang dari perusahaannya yang berkepentingan dalam proyek ini.“Selamat pagi!” sapa Leonhard saat memasuki ruang meeting.Sontak semua orang termasuk Aruna menoleh ke arahnya.“Pagi!” sahut Aruna serta yang lain bersamaan.Leonhard melangkah mendekati Aruna yang berdiri di ujung meja rapat sedang menyiapkan data di MacBook papinya.Sementara satu orang dari tim support mempersilahkan rombongan yang membersamai Leonhard untuk sarapan pagi di ruangan sebelah.“Hai …,” sapa Leonhard sembari menatap Aruna lekat.Aruna merasa tatapan Leon
Meeting dilanjutkan keesokan harinya tapi tanpa papi Arkana yang telah memiliki janji dengan klien lain.Meski begitu tetap dilakukan secara serius dan kondusif.Seperti meeting kemarin, meeting hari ini pun Leonhard dan Aruna duduk bersisian.Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut karena Leonhard yang tidak memiliki Sourching Spesialist turun langsung dalam memilih bahan baku sehingga pasti selalu berhubungan dengan Aruna.Hanya Tasya dan Tezaar yang peka kalau ada benih-benih cinta di antara Leonhard dan Aruna, pasalnya dari tatapan serta gesture tubuh Leonhard setiap kali bicara dengan Aruna menunjukkan kekaguman dan minat yang besar.Pernah tanpa sadar Leonhard terus menatap Aruna yang tengah menjelaskan sesuatu.Semua orang juga menatap Aruna tapi tatapan Leonhard berbeda, matanya berbinar dengan seulas senyum di bibir.“Fix … pak Leon juga suka sama bu Aruna.” Tezaar berkomentar.“Sssttt ….” Tasya mendesis, menempelkan telunjuknya di bibir karena suara Tezaar nyari
Ting …Tong …Aruna bergegas berlari menuju pintu unit apartemennya sesaat setelah mendengar suara bel.Tidak lupa dia memeriksa kembali penampilannya di cermin besar dekat pintu.Aruna merasa harus terlihat sempurna karena tamu yang datang ke apartemen yang baru dihuninya tiga hari ini adalah Leonhard dan Reynaldi.Ceklek …Begitu pintu apartemen terbuka, tatapan Aruna dan Leonhard bertemu.“Selamat malam Aruna ….” Leonhard menyapa seraya memberikan satu paperbag berisi dessert dari toko kue ternama.“Selamat malam, Leon … kenapa repot-repot,” kata Aruna mengecek isi paperbag.Leonhard menanggapi dengan senyuman.Aruna celingukan mencari sosok lain tamunya selain Leonhard.“Reynaldi enggak bisa ikut, mendadak dia ada urusan.” Leonhard memberi tahu.“Jadi, cuma kita berdua?” Aruna membatin.“Oh … kalau gitu silahkan masuk.” Aruna mundur beberapa langkah untuk memberi ruang kepada Leonhard.“Tadinya mau aku batalin
Setelah menutup pintu, Aruna bersandar pada benda tersebut kemudian melorotkan tubuhnya hingga terduduk di lantai.“Leon sudah mulai notice, iya kan? Dia mulai ada rasa sama aku, iya kan?” Aruna bertanya pada dirinya sendiri.“Dari kemarin dia natap aku terus, udah gitu tadi ngusap bahu aku dan sebelum pulang muji aku lucu … apalagi alasannya kalau dia udah mulai suka sama aku, iya kan?” Aruna bertanya lagi tapi tidak ada yang bisa menjawab karena hanya dirinya sendirian di apartemen.Aruna bangkit dari lantai, meletakan kedua telapak tangannya di pipi yang terasa hangat karena belum berhenti tersipu.Dia pergi ke kamarnya untuk mencuci wajah di wastafel di dalam kamar mandi.Setelah mengusap wajahnya menggunakan air, Aruna bercermin sembari mengipas-ngipas wajahnya yang masih terasa panas dengan tangan.“Terus setelah ini aku harus gimana? Masih pura-pura jual mahal, kah? Atau ceritanya peka terus nyambut setiap kode dari dia gitu? Atau gimana? Ya Tuhan, Aruna harus gimana? Aru
“Sorry Bro, kemarin gue enggak bisa ikut ke apartemen Aruna … padahal gue ingin banget.” Reynaldi berdecak lidah kesal sembari menyimpan kedua tangan di pinggang setelah langkahnya sampai di samping Leonhard yang tengah mengolah tubuh di atas mesin treadmill.“It’s oke, terus gimana keadaan adik lo?” tanya Leonhard menoleh menatap Reynaldi.“Kemarin tiba-tiba adik gue mengalami syok kardiogenik makanya orang rumah sakit telepon gue, tapi mereka tangani dengan baik dan sekarang udah normal tapi ya itu … belum bisa keluar dari ICU.” Tampang Reynaldi tampak sendu.Leonhard mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.“Padahal gue kangen sama Aruna,” seloroh Reynaldi seraya melangkah menuju sofa di sudut ruang gym dan tanpa pria itu tahu kalau Leonhard mendelik sinis padanya.“Si Nova enggak dateng?” Reynaldi bertanya basa-basi setelah menjatuhkan bokongnya di sofa.“Sepi banget ini rumah … kaya rumah bujangan, gue tahu kalau lo sama Nova nikah karena bisnis tapi apa lo enggak bisa bujuk
“Kamu tinggal kabari aku, kapan mau ke pabrik biar aku sesuaikan jadwal,” kata Aruna saat mengantar Leonhard ke lobby.Leonhard tampak canggung, dia tidak berani menatap Aruna saat gadis itu sedang menatapnya.Gerak tubuh Leonhard jadi kikuk, terkadang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal atau menatap sekitar setiap kali Aruna bicara sambil menatapnya.Sementara Aruna semakin yakin kalau Leonhard mulai merasakan benih cinta di antara mereka.“Baiklah … nanti aku hubungi kamu.” Leonhard menguatkan dirinya menatap Aruna kemudian mengulurkan tangan.Aruna menatap sebentar tangan Leonhard sebelum akhirnya berjabatan dengan pria itu.Tidak ada kata yang keluar, mereka hanya saling menatap sambil berjabat tangan selama beberapa saat sampai akhirnya sama-sama tersadar, memutus tatap dan mengurai genggaman tangan.Leonhard masuk ke dalam mobil, kepergiannya diiringi lambaian tangan Aruna.Aruna membalikan badan, Tasya dan Tezaar langsung memenuhi pandangan matanya dan menyaksikan bag
Benar saja, Leonhard mendapat pemberitahuan kalau mulai Senin sudah bisa menduduki jabatan CEO kembali di Asia Sinergy Jakarta.Mi-Rae mengamuk sewaktu mendengar berita tersebut.Dia menghubungi putranya untuk memberikan banyak wejangan demi agar bisa menjatuhkan Leonhard.Selama beberapa menit Ethan mengerutkan wajah mendengar sang mami meracau penuh emosi dalam sambungan telepon.“Mi … Mi … dengar aku dulu ….” Setelah Ethan berkata demikian, barulah Mi-Rae berhenti nyerocos hanya terdengar nafas memburu beliau sekarang.“Asia Sinergy Jakarta hanya perusahaan kecil, tidak sampai setengah saham Asia Sinergy Singapura ditanam di sana … biarkan Leon memiliki itu, kita masih bisa mendapatkan Asia Sinergy Singapura dan Asia Sinergy Korea … aku sedang fokus mengembalikan kejayaan Asia Sinergy Singapura untuk mengambil hati kakek agar kakek yakin memberikan perusahaan induk kepadaku … Mami sabar saja, tunggu dan lihat bagaimana kita akan memiliki seluruh harta kakek dan membuat miskin
Mia terpekur di tempat duduknya di ruang meeting di mana ada Ava, Leonhard dan Ethan juga di sana.Leonhard sedang menyampaikan beberapa strategi untuk dapat mengembalikan kejayaan Asia Sinergy tanpa sekalipun menyebut nama Mia sebagai biang keladinya.Adik bungsunya Mia itu tidak membahas siapa yang melakukan ini atau kenapa sampai bisa terjadi tapi menitik beratkan pada bagaimana menyelesaikan masalah yang timbul.Ava menatap Mia dingin dan yang bersangkutan menundukan pandangan karena malu.“Oke, Leon … kita akan coba strategi itu, aku dukung sepenuhnya.” Ethan tentu saja menyetujui karena mengakui kehebatan Leonhard dalam bisnis dan nanti pasti dirinya yang akan mendapat pujian kakek.Jika strategi Leonhard berhasil, kakek dan pamannya-David Lee akan menganggap kalau strategi tersebut adalah hasil pemikirannya.Tanpa terasa waktu telah menunjukkan jam pulang kerja, Ethan mengakhiri meeting privat ini setelah meminta Mia dan Ava melakukan strategi Leonhard barusan.Berhubung
“Bu Aruna … Ibu kenapa?” tanya Tasya sembari mengusap lengan Aruna yang sedang menangkup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.“Aku berterimakasih sama usaha kamu mempertemukan aku dengan Leon tapi aku mohon cukup, Tasya … dia udah nyerah sama hubungan kami, aku enggak mungkin maksa dia terus … dia pria beristri.” Aruna bicara di sela isak tangisnya yang pilu.Tasya melorotkan bahunya, dia menyesal mengambil inisiatif mempertemukan Leonhard dengan Aruna karena ternyata malah membuat hati Aruna semakin terluka.***“Tumben nginep di sini!” Narashima menyapa sang adik bungsu dengan sindiran.Memang sangat jarang sekali Aruna pulang ke rumah meski weekend karena menunggu Leonhard datang ke apartemen untuk memperbaiki hubungan mereka.Tapi setelah pertemuan minggu kemarin di Singapura di mana Leonhard tampak menyerah dengan hubungan mereka jadi Aruna memilih pulang ke rumah mami papi.“Apa sih!” ketus Aruna dengan cara paling menggemaskan.Papi tertawa pelan. “Papi seneng kam
Setelah sosok Tasya tidak terlihat lagi, tiba-tiba ponsel Rocky berdering lalu ijin menjauh untuk menjawab panggilan telepon.Leonhard menganggukan kepala memberi ijin dan kini tinggalah dia dan Aruna di masing-masing meja yang sangat berdekatan itu memberi mereka keyakinan kalau Tasya dan Rocky yang merencanakan ini.“Awalnya aku enggak curiga waktu Rocky tiba-tiba datang dan mengajak makan siang membicarakan tentang Asia Sinergy Jakarta ….” Leonhard menjelaskan kalau ini bukan rencananya.“Apalagi aku, undangan tuan Lion untuk papi tapi papi ada pertemuan dengan bapak Presiden jadi aku yang disuruh hadir … aku juga enggak mengira kalau akan bertemu kamu di restoran yang dipilihkan Tasya,” timpal Aruna menjelaskan hal yang sama.“Jadi … mereka yang merencanakan?” Leonhard meminta pendapat.“Mungkin ….” Aruna bergumam.Keheningan setelahnya merajai padahal Aruna sudah menyusun kata-kata untuk bertemu Leonhard namun mendapati sikap Leonhard yang dingin membuat semua kalimat itu m
“Hati-hati di jalan ya sayang ….” Mami melepas kepergian Aruna ke Singapura.“Sorry ya, jadi kamu yang harus datang ke pesta tuan Liong.” Papi berujar usai mengecup kening Aruna.“Enggak apa-apa … Aruna juga enggak ada acara,” kata Aruna menunjukan tampang biasa saja padahal jantungnya dag dig dug berharap akan bertemu Leonhard di Singapura.“Aruna pergi ya, Pi … Mi ….” Aruna masuk ke dalam mobil lalu membuka kaca jendela.“Mbak Tasya, titip Aruna ya.” Mami berujar sambil melambaikan tangan kepada Tasya yang duduk di samping driver.“Siap Bu ….” Tasya menyahut.Mobil mewah itu melaju diiringi lambaian tangan mami Zara dan papi Arkana.“Pi … acara Papi sama pak Presiden ‘kan batal, kenapa enggak kita aja yang ke Singapura?” Mami bertanya saat digiring masuk kembali ke dalam rumah.“Biarin aja Aruna untuk urusan pesta mah … biar kenal banyak pengusaha juga dia untuk di prospek.” Papi beralasan namun senyum dan sorot matanya tampak penuh arti.“Semoga pulang dari sana Aruna dape
“Pagi Pi … Mi ….” Leonhard menyapa saat memasuki ruang makan sembari menggenggam tangan Nova.“Kamu … kapan datang?” Papi bertanya seraya melirik tangan Leonhard dan Nova yang saling menggenggam.“Tadi malam Pi, tapi kami akan pulang sekarang ….” Leonhard menarik kursi untuk Nova duduk.“Kenapa sebentar sekali? Mami masih kangen sama kalian.” Mami menatap sedih.“Nova harus ngurusin butiknya … akhir minggu depan, Leon datang lagi ya Mi.” “Apa Nova sudah memberitahumu tentang hasil pembicaraan saat makan malam?” Papi bertanya dengan ekspresi lebih hangat.Leonhard menganggukan kepala dengan raut wajah tidak bersemangat.“Jadi harus seperti ini dulu agar kalian bisa memberi Papi cucu?” David Lee tertawa renyah.Tampak kontras dengan ekspresi Nova dan Leonhard yang kesal.“Begitu Nova dinyatakan mengandung, kamu bisa langsung mendudukan posisi CEO kembali,” sambung papi David lagi usai tawanya mereda.Leonhard dan Nova saling menatap k
“Tumben kamu datang ke sini, apa untuk membantu suamimu?” Mi-Rae-bibinya Leonhard bertanya dengan senyum sinis.“Kamu mencintai Leon ya?” Kakek bertanya sebelum Nova menimpali Mi-Rae.“Tentu saja Kek, saya istrinya.” Nova menjawab tampak seperti penuh keyakinan.Lalu hening karena asisten rumah tangga silih berganti menyajikan makan malam.Mereka mulai menyantap makan malam tanpa suara sampai akhirnya kakek bicara kembali.“Kakek dengar papa kamu sedang membalik nama saham perusahaan atas nama kamu, apakah benar?” Nova mendongak dari piring yang sedang ditekuninya.“Iya Kek, setelah balik nama selesai … saya memiliki hak suara untuk meminta Leon yang menjadi CEO di Asia Sinergy Jakarta.” Entah dari mana datangnya keberanian yang dimiliki Nova saat ini.“Tidak bisa, dia sudah dinyatakan tidak kompeten mengelola perusahaan.” Mi-Rae berujar santai.Kalau Ethan ada, mungkin pria itu juga akan melakukan penolakan namun sekarang Ethan sedang di Singapura setelah kemarin beberapa h
Ternyata pak Handoko memikirkan ucapan Nova di rumah sakit tempo hari, mengingat Nova juga adalah putri satu-satunya maka beliau mengalihkan seluruh saham di Asia Sinergy menjadi atas nama Nova.Prosesnya memang panjang, membutuhkan waktu lama tapi Nova memberanikan diri langsung berangkat ke Korea menemui tuan David Lee yang mana adalah ayah mertuanya.“Ini rumahnya?” Dewa bertanya dari dalam mobil, kepalanya celingukan menatap ke luar jendela dengan takjub.Dia berpikir kalau keluarganya kaya raya tapi ternyata diatas langit masih ada langit, keluarga Leonhard jauh lebih kaya darinya.“Ini rumah papinya Leon, rumah utama ada di dalam lebih besar lagi … kamu balik ke hotel aja, kayanya aku menginap di sini malam ini.” Dewa menyerongkan posisi duduknya demi bisa menghadap wajah Nova.Tangannya meraih kedua tangan Nova yang kemudian dia genggam.“Kamu … kenapa bersedia melakukan ini? Leonhard memiliki fisik sempurna, dia juga lebih kaya dari aku … kenapa kamu masih mau sama aku
Aruna masih berharap kalau hubungannya dengan Leonhard akan membaik, itu kenapa rela membohongi papi untuk membela Leonhard.Dia akan menunggu sampai keadaan Leonhard stabil atau minimal sampai pria itu bisa lebih tenang dan menerima keadaannya sekarang.Aruna beranggapan kalau emosi yang Leonhard tujukan terakhir kali adalah bentuk pelampiasan kekesalan atas takdir yang membawanya terpuruk.Dia terlalu gengsi untuk menghubungi Leonhard dan terus menunggu kabar dari pria itu.Meski ada alasan untuk menghubungi Leonhard dengan cara meminta maaf karena tidak memberitahu tentang perselingkuhan Nova tapi Aruna takut Leonhard tidak membalas dan malah memblokir nomornya membuat dia semakin terluka.Entah kenapa Aruna tidak bisa membenci Leonhrad, selalu tersimpan rasa iba, kasian dan sayang untuk pria itu yang berakhir memaafkan apapun yang dilakukan Leonhard kepadanya.Aruna benci menjadi lemah, tidak seperti yang selalu dia tunjukan di luar apalagi saat melakukan pekerjaannya yang b