Share

Perjalanan Bisnis

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-02-18 12:25:51

BUSSINES TRIP

Hari yang ditunggu-tunggu Aruna akhirnya tiba, dia dan Leonhard akan melakukan kunjungan ke salah satu pabrik yang memproduksi bahan baku.

Tadi malam Aruna telah mengisi daya batre ponselnya berikut dengan powerbank.

Sambil berdandan dia sering kali mengecek ponsel untuk memastikan tidak ada chat dari Leonhard yang membatalkan janji.

“Mi … Pi … Aruna pergi ya, Aruna mau ke pabrik sama pak Leon.” Aruna mengecup pipi papi dan mami kemudian bibirnya mengapit satu helai roti yang baru saja diambil dari piring saji di atas meja.

“Sayang, kapan kamu mau pindah ke apartemen?” Mami berteriak dari ruang makan karena Aruna telah melesat cepat menuju pintu depan.

“Nanti aja!” Aruna balas berteriak sebelum melewati pintu.

Mami mengembuskan nafas panjang sementara papi menggelengkan kepala samar.

“Kenapa Aruna boleh tinggal di apartemen tapi Nara enggak?” Narashima terdengar menggerutu.

“Iya … enggak adil.” Reyzio menimpali.

“Nanti kalian bawa cewek ke apartemen.” Papi Arkana berkomentar.

“Papi yakin kalau Aruna enggak akan bawa cowok ke apartemennya ….” Reyzio mengompori.

“Kamu yakin, adik kamu yang ambisius itu ada waktu main-main sama cowok?” Papi Arkana mengembalikan pertanyaan Reyzio.

“Buktinya dia sampai jarang sarapan untuk bisa tepat waktu sampai di kantor, apalagi yang berhubungan dengan klien—adik kamu concern banget.” Mami Zara menambahkan.

Papi Arkana dan mami Zara percaya kalau antusiasme Aruna dalam mengemban jabatannya yang baru adalah karena ambisius bukan karena sedang jatuh cinta.

Reyzio dan Narashima tidak berkomentar lagi, memilih menghabiskan sarapan paginya.

Sementara itu meski mengemudikan mobilnya sendiri, Aruna sampai di kantor lebih awal.

Dia pergi ke ruangannya dulu untuk mendelegasikan beberapa tugas kepada Tasya dan Tezaar.

Setelah dua asistennya keluar dari ruangan, Aruna pergi ke toilet yang masih berada di dalam ruangannya untuk merapihkan make up, pakaian dan menambahkan parfum yang dia semprotkan di bajunya.

“Jangan berubah ya, tetap cantik kaya gini …,” kata Aruna bicara pada cermin yang memantulkan sosok dirinya.

Setelah itu Aruna keluar dari ruangannya melewati meja sang asisten.

“Semangat Bu!” Tezaar berseru memberi semangat.

“Semoga sukses Bu!” Tasya ikutan berseru.

Terselip makna dibalik kalimat penyemangat tersebut, mereka tahu kalau Aruna akan melakukan kunjungan ke pabrik bersama Leonhard.

Aruna mengerutkan kening heran karena tidak biasa dua asistennya memberi semangat seperti ini.

Beberapa saat kemudian Aruna sampai di lobby, dia duduk di salah satu sofa sembari mematuti layar ponsel.

Dia tidak ingin satu detik pun terlewat pesan maupun panggilan telepon dari Leonhard yang tadi mengatakan akan menghubunginya jika sudah dekat dengan kantor.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi memunculkan nama Leonhard di layar.

“Hallo!” Aruna langsung menjawab di nada panggil pertama.

“Bu Aruna, sebentar lagi mobil saya memasuki pelataran kantor ….” Leonhard memberitahu.

“Baik, Pak … saya ke lobby sekarang,” balas Aruna padahal dia sudah berada di lobby.

Setelah panggilan telepon terputus, Aruna merapihkan kembali pakaiannya dengan mengusap bagian bokong untuk menghilangkan kusut setelah tadi dia duduk.

Melangkah penuh percaya diri menggunakan heelsnya membuat tubuh Aruna semakin jenjang dan terlihat seksi.

Leonhard yang berada di kabin belakang mobil yang tengah melaju mendekat ke lobby tanpa sadar memaku tatap pada sosok seksi itu dan baru dia sadari kalau yang berhasil mengalihkan perhatiannya adalah Aruna setelah mobil sampai di depan lobby.

“Selamat pagi Pak Leon,” sapa Aruna saat memasuki mobil lalu duduk di samping Leonhard yang tatap matanya jadi tertuju pada paha Aruna karena pencil skirt gadis itu tersingkap sedikit ke atas ketika duduk.

“Pagi …,” balas Leonhard kemudian membuang pandangannya ke arah lain.

Dia segan karena Aruna adalah anak dari klien bisnisnya, pria itu juga mengutuk matanya yang lancang memandangi paha mulus Aruna.

Tidak ada percakapan tercipta selama beberapa menit karena Leonhard tampak anteng menatap ke luar jendela sebelah kiri sementara Aruna ada di sebelah kananya membuat Aruna bertanya-tanya kenapa Leonhard jadi tidak bersahabat.

Lama-lama AC mobil yang bekerja maksimal membuat paha Aruna terasa dingin, dia baru sadar kalau roknya tersingkap lalu berusaha menurunkannya sedikit sambil duduk.

Pergerakan Aruna itu mengambil alih perhatian Leonhard yang kemudian membuka jasnya lalu dia sampirkan di paha Aruna.

“Dingin ya,” kata Leonhard asal bicara mengalihkan kesan mesum yang mungkin ditangkap Aruna saat dia menyelimuti paha Aruna menggunakan jasnya.

“Iya ….” Aruna tertawa kering. “Kok dia tahu? Ya ampun, perhatian banget sih,” sambungnya di dalam hati.

Padahal papi dan keempat kakaknya begitu menyayangi Aruna meski sering iseng, mereka selalu melindungi Aruna, memperlakukan Aruna seperti seorang ratu.

Menggendong Aruna ke kamar saat Aruna tertidur di mobil sepulangnya mereka dari bepergian, membukakan pintu mobil untuk Aruna, rela memberikan jaket atau mantelnya saat udara dingin.

Meski begitu, Aruna masih saja merasa kalau perlakuan Leonhard ini adalah salah satu bentuk perhatian yang sampai membuatnya berbunga-bunga dan mabuk kepayang, mungkin karena Aruna telah mencintai pria itu.

“Kepala bagian produksi namanya pak Robby, Pak Leon bisa banyak bertanya nanti sama beliau.” Aruna membuat topik pembicaraan.

Dan karena sekarang paha Aruna telah tertutup jas, Leonhard jadi bisa menyerongkan sedikit posisi tubuhnya demi bisa menatap wajah Aruna untuk menanggapi topik pembicaraan tersebut.

Leonhard dan Aruna larut dalam obrolan seputar pabrik dan bahan baku yang akan mereka survei sekarang.

Aruna pandai menutupi perasaanya, dia tidak canggung atau gugup menghadapi Leonhard bahkan berani menatap mata indah pria itu.

Sebagai lawan bicara, Leonhard merasa nyaman dan senang mengobrol dengan Aruna yang cerdas dan pintar dalam menyampaikan sebuah informasi serta bijak dalam menanggapi pendapatnya.

Ada satu hal yang menarik perhatian Leonhard ketika mengobrol dengan Aaruna, gadis itu tidak berhenti mengusap pelan ibu jarinya di bagian kerah jas yang menyelimuti paha.

Usapan Aruna begitu lembut seringan bulu seolah gadis itu sedang mengusap salah satu bagian tubuh Leonhard, setidaknya itu yang terbesit dalam benak Leonhard.

Waktu berlalu, puluhan kilometer telah terlewati dan tanpa terasa mereka hampir sampai di tempat tujuan.

“Loh kok … jalannya jadi rusak gini ya, perasaan sebulan lalu masih bagus,” gumam Aruna saat merasakan goncangan kuat di dalam mobil padahal mobil mewah Leonhard memiliki suspensi yang paling bagus di antara mobil mewah lainnya.

Leonhard tidak bisa berkomentar karena dia tidak tahu bagaimana keadaan sebulan lalu.

“Maaf Pak, Bu!” seru sang driver karena salah mengambil jalan membuat guncangan semakin dahsyat dan karena hal itu Aruna bergerak mencari pegangan di saat yang sama Leonhard mengulurkan tangannya untuk membantu Aruna.

Refleks Aruna menggenggam tangan Leonhard cukup erat sementara satu tangan pria itu menahan tubuh Aruna agar tidak tersungkur ke depan.

Posisi meresahkan di mana Leonhard setengah memeluknya itu membuat Aruna menahan nafas, dalam hati Aruna berharap kalau waktu berhenti berputar.

“Emm … maaf, Pak ….” Aruna mendongak membuat wajah mereka begitu dekat sampai Aruna dapat mencium aroma mint dari nafas Leonhard.

“Bu Aruna baik-baik aja?” Pria itu malah bertanya balik disertai raut khawatir dengan kerutan di antara alis dan sorot mata teduh.

“Iya ….” Aruna menjauh, melepaskan diri dari Leonhard karena sialnya jalan yang dilalui sudah lebih baik tidak sejelek tadi.

Aruna merapihkan pakaiannya, setengah mati menyembunyikan segala perasaan yang bergejolak di dada.

Dia tidak ingin Leonhard tahu kalau telah tumbuh sebongkah cinta di hatinya untuk pria itu, Aruna gengsi.

Sampai di pabrik, Aruna dan Leonhard disambut pak Robby yang berdiri tepat di samping mobil Leonhard yang baru saja berhenti.

Leonhard turun dari pintu di sampingnya begitu juga Aruna namun ternyata tekstur tanah di parkiran pabrik sangat buruk , sama seperti jalanan yang mereka lewati tadi sementara saat ini Aruna menggunakan heels.

Aruna menatap nanar heels mahalnya sampai sebuah tangan terulur ke depan menyadarkan gadis itu.

“Ayo … saya bantu.” Leonhard tidak memiliki maksud apapun, dia tulus ingin membantu.

Aruna mendongak lalu tersenyum, dengan senang hati menerima bantuan Leonhard, menggenggam tangan pria itu untuk turun dari mobil.

“Selamat siang Bu Aruna … Pak Leon,” sapa pak Robby ramah.

“Siang Pak!” sahut Leonhard dan Aruna kompak sembari berjabat tangan.

“Pak … kok jalanannya jadi jelek gini? Satu bulan lalu waktu saya datang masih bagus.” Aruna bertanya setengah menggerutu.

“Kemarin ada banjir bandang yang membuat tanahnya basah yang kemudian dilalui mobil-mobil besar jadi ketika mengering tanahnya akan membentuk jejak ban … itu yang membuat jalannya jadi rusak.” Pak Robby menjelaskan.

“Oh ….” Aruna bergumam.

“Dan mohon maaf nih, Bu … pabrik yang kita kunjungi ada di belakang melewati jalan seperti ini … bugy car tidak bisa digunakan di jalan bertekstur seperti ini jadi mau tidak mau kita harus berjalan kaki … apa Bu Aruna perlu saya carikan sendal jepit?” Pak Robby menawarkan.

“Hah? Sendal jepitnya merek apa, Pak?” Sempat-sempatnya Aruna bertanya demikian.

Maklum saja, dia anak konglomerat. Sendal jepit yang biasa dia gunakan seharga belasan juta.

Pak Robby tertawa. “Sendal jepit biasa yang ada di warung.”

Leonhard menoleh menatap Aruna. “Saya ada sepatu kets di mobil tapi ukurannya besar ….”

“Enggak usah, aku pake sepatu ini aja.” Aruna memutuskan tidak menerima bantuan dua pria tersebut dari pada menggunakan sepatu yang tidak sesuai dengan ukuran dan kepribadiannya.

“Kalau begitu mari ….” Pak Robby merentangkan tangan ke depan lantas berjalan lebih dulu memandu Aruna dan Leonhard.

Cara jalan Aruna jadi tertatih membuatnya lambat dan sesekali nyaris tersungkur.

Leonhard adalah pria yang sabar, dia tidak merasa kesal dengan keadaan Aruna malah prihatin.

“Silahkan pegang tangan saya untuk berpegangan,” kata Leonhard mengulurkan tangannya.

Aruna menatap Leonhard sebentar sebelum akhirnya menerima bantuan pria itu dengan melingkarkan tangan di lengan berotot milik Leonhard.

Tadinya Aruna mengutuk banjir yang telah membuat jalanan rusak tapi sekarang dia malah mensyukurinya.

Namun sampai di sini pun, Leonhard masih belum merasakan getaran apapun kepada Aruna.

Dia hanya bersikap sebagai pria sejati yang harus membantu seorang perempuan terlebih Aruna adalah anak dari klien bisnisnya dan orang yang akan selalu berhubungan intens dengannya untuk urusan bisnis selama beberapa waktu ke depan.

Perlu diketahui kalau sesungguhnya Leonhard adalah tipe pria yang tidak mudah tergoda oleh wanita.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ferinda Yanti
ini jangan jadi pelakor aja ya aruna,,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Semakin Terpesona

    Aruna mengawasi Leonhard dan pak Robby dari jauh, dia tidak bisa membantu pak Robby untuk mendapatkan tender ini karena sang klien datang langsung menilai.Dan entah karena kharisma atau kejelian Leonhard serta insting kuat yang dimilikinya sampai mampu membuat pak Robby kelabakan menjawab pertanyaan pria itu.Aruna bisa melihat raut kecewa di wajah tampan Leonhard.Beberapa saat kemudian pak Robby dan Leonhard datang mendekati Aruna yang berdiri di pintu keluar.“Terimakasih pak Robby, akan saya pertimbangkan hasil survei kali ini ….” Leonhard tidak ingin berlama-lama, dia menjabat tangan pak Robby untuk berpamitan.“Mungkin nanti saya yang akan menginfokan kepada Pak Robby hasil dari keputusan Pak Leon,” kata Aruna menjadi penengah.“Ya … itu bagus,” balas Leonhard setuju.“Baik, Pak Leon … Bu Aruna … saya tunggu kabar baiknya,” ujar pak Robby penuh harap.Pak Robby mengantar Aruna dan Leonhard ke area depan pabrik.Sama seperti perginya, saat kembali ke parkiran mobil pun

    Last Updated : 2025-02-18
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Perjalanan Bisnis

    “Pagi Pak Leon,” sapa Aruna ketika membuka pintu mobil.Senyum manis merekah di bibirnya yang dipoles liptint warna pink.“Pagi Bu Aruna,” balas Leonhard hangat dan ramah.“Papi baru aja pergi anter mami ke Bali jadi Pak Leon enggak perlu minta ijin,” kata Aruna menyambung pembicaraan tadi malam sebelum sempat Leonhard bersuara tentang mampir untuk pamit kepada kliennya tersebut.“Oh ….” Leonhard tertawa dan lagi-lagi suara bariton seksinya membuat Aruna ingin dijamah pria itu di atas ranjang.Bayangkan saja, Aruna dengan hormon remaja menginjak dewasanya belum pernah disentuh oleh pria asing manapun bahkan ciuman pertama belum pernah dia dapatkan.Itu karena Aruna memiliki lima bodyguard yang selalu mengekangnya. “Baiklah,” sambung Leonhard mengerti.Mobil pun melaju usai driver memasukan koper Aruna ke kabin belakang.Leonhard mengamati cara berpakaian Aruna yang lebih casual tapi tetap tidak meninggalkan kesan old money.Aruna tidak memakai stelan blazer dengan pinsil sk

    Last Updated : 2025-02-19
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mengenal Aruna

    “Mohon maaf hanya ada satu kamar … tapi saya jamin aman, tidak akan ada penggerebekan,” kata resepsionis saat Aruna meminta dua kamar untuk dirinya dan Leonhard.Leonhard dan Aruna saling menatap.“Apa ada hotel lain sekitar sini?” Leonhard bertanya kepada sang resepsionis.“Enggak ada.” Dan pria resepsionis serta Aruna kompak menjawab.“Kalau tidak mau tidur di bed yang sama, saya bisa sediakan bed tambahan … kamarnya cukup luas kok dan saya jamin aman,” ulang pria itu lagi di akhir kalimat.“Bukan gitu … masalahnya kami bukan pasangan.” Aruna bergumam meski sebenarnya hatinya jumpalitan di dalam sana.“Wahai semesta … mengapa engkau kooperatif sekali,” kata Aruna di dalam hati, ingin rasanya menjerit bahagia. “Ya siapa tahu setelah pulang dari sini jadi pasangan,” kata pria muda di balik meja resepsionis diakhiri tawa kering karena baik Leonhard dan Aruna memberikan tatapan malas.“Pak Leon keberatan enggak kalau kita satu kamar?” Aruna bertanya dengan tampang datar biasa y

    Last Updated : 2025-02-19
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Lebih Dekat

    “By the way, ini ‘kan bukan jam kerja … Pak Leon panggil saya Aruna aja … lagian usia kita terpaut jauh lebih tua Pak Leon.” Aruna mulai mencoba untuk lebih dekat dengan Leonhard.“Baiklah, tapi saya juga enggak mau dipanggil dengan sebutan Bapak ya … usia kita enggak beda jauh kok jadi panggil saya Leon aja.” Leonhard memberi syarat.“Ya ampun … pake aku kamu juga enggak?” Aruna membatin.“Kita santai aja ya kalau lagi berdua atau di luar jam kerja … karena mungkin kita akan terhubung selama beberapa tahun ke depan,” cetus Leonhard seolah bisa mendengar apa kata hati Aruna.“Okeee … ide bagus.” Aruna pun setuju.Bersamaan dengan itu soto pesanan mereka sampai.“Kamu benar, sotonya enak ….” Leonhard berujar setelah menghabiskan satu mangkuk soto.“Syukurlah kalau kamu suka,” kata Aruna lega.Eee … cieee, sekarang mereka sudah menggunakan panggilan aku kamu sebentar lagi mungkin sayang.Sepertinya Aruna sedang dikelilingi keberuntungan kar

    Last Updated : 2025-02-20
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Aku Mendapatkanmu

    Pagi sekali Aruna dan dua asistennya sudah memenuhi ruang meeting di gedung AG Group yang dipimpin oleh Arkana Gunadhya.Mereka sedang menyiapkan rapat penting untuk merumuskan kontrak bisnis antara AG Group dengan perusahaan yang dikelola oleh Leonhard.Selang berapa lama tim support datang, Aruna berkoordinasi dengan mereka untuk memberikan data yang nanti akan ditampilkan.Saat jam menunjukkan pukul delapan pagi, Leonhard datang bersama orang-orang dari perusahaannya yang berkepentingan dalam proyek ini.“Selamat pagi!” sapa Leonhard saat memasuki ruang meeting.Sontak semua orang termasuk Aruna menoleh ke arahnya.“Pagi!” sahut Aruna serta yang lain bersamaan.Leonhard melangkah mendekati Aruna yang berdiri di ujung meja rapat sedang menyiapkan data di MacBook papinya.Sementara satu orang dari tim support mempersilahkan rombongan yang membersamai Leonhard untuk sarapan pagi di ruangan sebelah.“Hai …,” sapa Leonhard sembari menatap Aruna lekat.Aruna merasa tatapan Leon

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mulai Terjerat Pesona Aruna

    Meeting dilanjutkan keesokan harinya tapi tanpa papi Arkana yang telah memiliki janji dengan klien lain.Meski begitu tetap dilakukan secara serius dan kondusif.Seperti meeting kemarin, meeting hari ini pun Leonhard dan Aruna duduk bersisian.Tidak ada yang mempermasalahkan hal tersebut karena Leonhard yang tidak memiliki Sourching Spesialist turun langsung dalam memilih bahan baku sehingga pasti selalu berhubungan dengan Aruna.Hanya Tasya dan Tezaar yang peka kalau ada benih-benih cinta di antara Leonhard dan Aruna, pasalnya dari tatapan serta gesture tubuh Leonhard setiap kali bicara dengan Aruna menunjukkan kekaguman dan minat yang besar.Pernah tanpa sadar Leonhard terus menatap Aruna yang tengah menjelaskan sesuatu.Semua orang juga menatap Aruna tapi tatapan Leonhard berbeda, matanya berbinar dengan seulas senyum di bibir.“Fix … pak Leon juga suka sama bu Aruna.” Tezaar berkomentar.“Sssttt ….” Tasya mendesis, menempelkan telunjuknya di bibir karena suara Tezaar nyari

    Last Updated : 2025-02-21
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Meeting Kecil

    Ting …Tong …Aruna bergegas berlari menuju pintu unit apartemennya sesaat setelah mendengar suara bel.Tidak lupa dia memeriksa kembali penampilannya di cermin besar dekat pintu.Aruna merasa harus terlihat sempurna karena tamu yang datang ke apartemen yang baru dihuninya tiga hari ini adalah Leonhard dan Reynaldi.Ceklek …Begitu pintu apartemen terbuka, tatapan Aruna dan Leonhard bertemu.“Selamat malam Aruna ….” Leonhard menyapa seraya memberikan satu paperbag berisi dessert dari toko kue ternama.“Selamat malam, Leon … kenapa repot-repot,” kata Aruna mengecek isi paperbag.Leonhard menanggapi dengan senyuman.Aruna celingukan mencari sosok lain tamunya selain Leonhard.“Reynaldi enggak bisa ikut, mendadak dia ada urusan.” Leonhard memberi tahu.“Jadi, cuma kita berdua?” Aruna membatin.“Oh … kalau gitu silahkan masuk.” Aruna mundur beberapa langkah untuk memberi ruang kepada Leonhard.“Tadinya mau aku batalin

    Last Updated : 2025-02-22
  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Warisan

    Setelah menutup pintu, Aruna bersandar pada benda tersebut kemudian melorotkan tubuhnya hingga terduduk di lantai.“Leon sudah mulai notice, iya kan? Dia mulai ada rasa sama aku, iya kan?” Aruna bertanya pada dirinya sendiri.“Dari kemarin dia natap aku terus, udah gitu tadi ngusap bahu aku dan sebelum pulang muji aku lucu … apalagi alasannya kalau dia udah mulai suka sama aku, iya kan?” Aruna bertanya lagi tapi tidak ada yang bisa menjawab karena hanya dirinya sendirian di apartemen.Aruna bangkit dari lantai, meletakan kedua telapak tangannya di pipi yang terasa hangat karena belum berhenti tersipu.Dia pergi ke kamarnya untuk mencuci wajah di wastafel di dalam kamar mandi.Setelah mengusap wajahnya menggunakan air, Aruna bercermin sembari mengipas-ngipas wajahnya yang masih terasa panas dengan tangan.“Terus setelah ini aku harus gimana? Masih pura-pura jual mahal, kah? Atau ceritanya peka terus nyambut setiap kode dari dia gitu? Atau gimana? Ya Tuhan, Aruna harus gimana? Aru

    Last Updated : 2025-02-23

Latest chapter

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Mulai Curiga

    Leonhard menggeliatkan tubuhnya, perlahan membuka mata kemudian tersenyum.Entah kapan terakhir kali dia merasakan tidur nyenyak seperti ini.Ah, dia ingat! Saat tidur bersama Aruna, di apartemennya.Leonhard menegakan punggung, mengusap wajah lalu menoleh ke samping tapi tidak menemukan Aruna di ranjang yang besar ini.Kepalanya menunduk menatap dadanya yang polos tanpa kemeja.Dia ingat tadi malam membuka kemejanya agar nyaman saat tidur.Tiba-tiba aroma gosong yang pekat segera saja menyerang indra penciumannya.Hidung Leonhard mengendus-ngendus mencari asal bau sambil berpikir dari mana bau gosong tersebut berasal.Klontang!Terdengar suara berisik dari luar, Leonhard bergegas bangkit dari atas ranjang lalu berlari keluar kamar.Langkahnya berhenti diambang pintu dapur saat melihat Aruna sibuk membersihkan lantai dari bumbu makanan sambil sesekali mengaduk nasi goreng di wajan dan sekarang Leonhard tahu kalau asal bau gosong itu dari sini.“Baby!” panggil Leonhard parau

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Memaafkan

    Sebuah notifikasi muncul di ponselnya membuat Aruna mengalihkan fokus dari layar komputer. Dia meraih alat komunikasi canggih lalu membuka aplikasi chat. Nama Leonhard muncul, Aruna langsung membuka ruang pesan dengan pria itu tanpa ragu. Leonhard : Bisa kita bertemu malam ini? Aruna menimbang sebentar kemudian membalas pesan Leonhard. Aruna : Bisa Hanya satu kata itu Aruna membalas pesan Leonhard tapi sang pria tetap mengirim balasan kembali. Leonhard : Aku jemput jam setengah tujuh malam Aruna : Oke Jantung Aruna seketika berdebar kencang, entahlah apa keputusannya ini benar atau tidak tapi dia mencintai Leonhard. “Tuhan enggak mungkin menganugerahkan cinta ini kalau kita enggak bisa bersatu, kan?” Tak tahu kepada siapa Aruna bertanya karena hanya ada dia sendiri di ruangannya itu. Aruna bangkit dari kursi lalu pergi ke toilet untuk touch up, dia harus terlihat

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Sebuah Bukti

    Tanpa terasa jam pulang kerja akhirnya tiba bersamaan dengan selesainya pekerjaan Aruna.Tok …Tok …Ceklek …“Sore Bu.” Tasya masuk saat Aruna sedang merapihkan mejanya sebelum meninggalkan ruangan.“Sore … ada apa?” Aruna bertanya sambil menatap amplop coklat di tangan Tasya.“Bu … ini ….” Tasya meletakan amplop coklat itu di atas meja tampak ragu.“Apa ini?” Aruna bertanya tanpa bersedia menyentuh amplop tersebut.“Itu … bukti perselingkuhan bu Nova dengan pak Dewa … dugaan kita terbukti, Bu.” Deg.Jantung Aruna rasanya berhenti sepersekian detik.Dia tidak pernah secara langsung memerintahkan Tasya mencari bukti ini tapi asistennya pengertian sekali.Aruna termenung sesaat sedang menenangkan perasaannya sebelum melihat isi aplop tersebut.“Maaf saya lancang, Bu … saya hanya ingin Ibu bahagia.” Aruna terharu, dia melipat bibirnya ke dalam sementara pelupuk matanya telah menampung buliran kristal.“Kenapa

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Tidak Perlu Berpura-pura

    Leonhard bukan remaja yang menuntut komunikasi intens tapi setiap pertemuan selalu berkualitas seperti yang terjadi di ruangan sempit janitor saat charity party beberapa malam lalu karena sampai hari ini tidak ada pesan maupun telepon dari pria itu.Aruna yang sedang duduk di kursi kebesarannya di ruangan dengan namanya sendiri di bagian pintu-mengembuskan nafas berat lantas menutup wajah menggunakan kedua telapak tangan tatkala bayangan tentang momen bercinta kilat penuh ketegangan di ruang janitor tempo hari melintas terus di benaknya seperti kaset rusak.Tok …Tok …Ceklek …“Permisi Bu, mau minta tanda tangan.” Tezaar menyembulkan kepalanya dari celah pintu yang terbuka.“Masuk,” gumam Aruna dengan ekspresi sendu.Aruna membaca berkas yang Tezaar berikan sebelum menandatanganinya.“Kamu bisa cari tahu keberadaan Leon di mana?” Aruna bertanya saat mengembalikan berkas kepada Tezaar.Sesaat Tezaar menatap bosnya yang sedang mengalami jatuh cinta penuh intrik dan konflik.“

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Karma

    Aruna tidak berhenti menangis dalam perjalanan pulang menggunakan taksi.Apa yang dia lakukan tadi bersama Leonhard dan hinaan Enzo sangat berbanding lurus.Dia memang wanita murahan, perebut suami orang, mencoreng nama baik keluarga dan Aruna tidak terima dengan penghinaan tersebut meski dia memang melakukannya.Ponselnya berdering, awalnya Aruna tidak mau mencari tahu siapa yang melakukan panggilan namun sang driver meliriknya melalui kaca spion tengah mungkin dering panggilan tersebut mengganggu konsentrasi mengemudi.Terpaksa Aruna merogoh clutch mencari ponsel lalu menemukan nama Arumi tertera di layarnya.“Hallo, Arumi?” Aruna menjawab dengan suara parau. “Kamu kenapa?” Arumi bertanya cemas.“Enggak … ada apa?”“Aku lagi di Jakarta … abis ikut seminar, ini lagi di apartemen mas Reynand tapi mas Reynandnya enggak ada lagi bussines trip ke Jogja … ‘kan bete aku sendirian—““Ke apartemen aku sekarang, aku kasih alamatnya,” sambar Arun

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Pria Betistri

    ”Kamu dari mana?” Nova bertanya dengan nada tinggi saat langkah Leonhard sampai di meja itu.Beberapa orang yang duduk di sana sampai menoleh dan menyaksikan kekurangajaran Nova sebagai istri kepada Leonhard.Nova terhenyak, sadar telah menjadi pusat perhatian.“Tadi aku menemui pak Kevin,” jawab Leonhard santai kemudian menenggak air di dalam gelas miliknya hingga tandas berusaha tenang agar tidak membuat Nova semakin curiga. Nova tidak berkomentar namun raut masam di wajahnya dan tatapan skeptis masih menunjukkan kalau wanita itu tidak mempercayai alasan Leonhard.Tidak jauh berbeda dengan Leonhard, Aruna juga mendapat cecaran Enzo saat akhirnya pria itu menemukan Aruna keluar dari toilet wanita usai membersihkan cairan cinta Leonhard yang tertinggal di bagian intinya.“Dari mana saja kamu? Di mana Leonhard? Apa yang kalian lakukan? Apa kamu tidak bisa menghargai aku, Aruna? Aku tidak menyangka gadis Gunadh—“Plak! Aruna menampar Enzo sebe

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Penyembuh Segala Sakit

    Setelah dirasa Aruna kehabisan nafas akhirnya Leonhard mengurai pagutan, menempelkan keningnya dengan kening Aruna dengan nafas memburu lantara jantungnya berdetak kencang sekali disebabkan oleh bergejolaknya berbagai macam emosi di dalam dada.“Aku cemburu, Aruna ….” Leonhard mengakui tanpa segan.“Kamu pikir aku enggak? Kamu memamerkan wanita itu sebagai istri kamu sedangkan aku, untuk menciumku saja kamu harus menyeretku ke luar venue … ini yang aku maksud, Leon … aku enggak menginginkan ini.” Aruna tidak membentak, sorot matanya malah tampak memelas.Leonhard melapisi satu pipi Aruna menggunakan telapak tangannya yang besar kemudian mengusap lembut ibu jarinya di sana.“Aku minta maaf … aku minta kamu sabar, aku akan cari jalan keluarnya … kasih aku waktu sampai aku bisa menjadi CEO Asia Sinergy di Korea.” Leonhard terus meminta waktu tanpa tahu sampai kapan Aruna harus menunggu.Aruna menggelengkan kepalanya. “Aku enggak mau jadi simpanan, Leon.” Air ma

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Layak Untuk Dicintai

    Selanjutnya MC mempersilahkan untuk para tamu undangan menikmati hidangan yang disediakan, biasanya momen ini digunakan untuk mengobrol dengan sesama tamu undangan lain.“Ada satu pengusaha lagi yang ingin aku temui,” kata Leonhard bermaksud ijin meninggalkan Nova seraya bangkit dari kursi.“Aku ikut, sekalian aku mau cari minum.” Nova bangkit dari kursi.Leonhard tidak menolak karena hanya akan menimbulkan perdebatan jadi dia membawa Nova bertemu calon kliennya.Namun nahas, Leonhard salah jalan sehingga bertemu Aruna yang sedang bersama Enzo.Mau tidak mau mereka harus berpapasan, dari jauh Leonhard dan Aruna sudah mengunci tatap sementara Enzo tampak terkejut berulang kali dia menoleh ke samping melihat reaksi Aruna yang terlihat dingin menatap Leonhard dan Nova yang tidak tahu apa-apa menjadi yang paling santai, matanya jelalatan membaca nama makanan di stand yang menggiurkan untuk disantap.Entah siapa yang mulai, langkah mereka berhenti saat jarak

  • Cinta Terlarang Atau Takdir   Suami Orang

    “Dia suami orang ….” Aruna bergumam setelah tawa Enzo mereda.Enzo menoleh lagi kali ini lebih lama karena dia tidak percaya dengan indra pendengarannya namun melihat raut wajah Aruna dan sorot matanya yang sendu membuat pria itu akhirnya percaya.“Kenapa kamu bisa mencintai suami orang? Kamu bukan gadis seperti itu, Aruna ….” Enzo mengatakannya dengan nada rendah penuh kehati-hatian.“Awalnya aku tidak tahu kalau dia sudah menikah tapi kemudian aku tahu dia terpaksa menikah karena bisnis jadi tidak mencintai istrinya ….” Aruna menggantung kalimatnya karena mendengar Enzo tertawa.“Kamu dibohongi, Aruna … tidak ada yang seperti itu, bayangkan saja … mereka menikah, tinggal bersama, bercinta setiap malam ya tentu mereka akan mudah untuk saling mencintai,” timpal Enzo dengan nada meledek.“Mereka tidak tinggal bersama … Leon di Jakarta dan Nova di Surabaya.” Tanpa segan Aruna menyebut nama karena yakin Enzo tidak akan mengkhianatinya.Enzo tidak bodoh, sekali saja dia buka mulut m

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status