"Bunda kali, Rat?" tanya Rafi, mencoba menebak.
"Aduh, ada apa, ya?" tanya Ratna, bergegas berdiri dan melangkah pergi menuju ke luar ruangan.
"Tidak biasanya bunda datang tanpa lebih dulu mengabarinya, ada urusan apa sampai harus datang sendiri ke kafe." Ratna berbisik sendiri, sambil melangkah menuruni tangga ke lantai dasar.
Tanpa ia sadari ketiga sahabat itu pun ikut melangkah di belakangnya, dengan perlahan lahan.
Mata Ratna menyapu setiap meja, mencoba menemukan orang yang mencarinya.
Siang itu suasana kafe lumayan ramai, karena bertepatan dengan jam makan siang.
Ratna terus mencari, hingga matanya tertuju ke kursi di pojok kanan, Ratna kaget saat melihat orang yang sedang mencarinya sedang duduk sendirian dan kini melambaikan tangan ke arahnya.
"Ibu! Ke sini sendirian? Ada apa?"
Perempuan yang di sa
Aldo menahan tangan kanan Ratna, yang akan melangkah menjauh."Apa sih?!" tanya Ratna, pelan tapi penuh dengan tekanan.Langkahnya terhenti dan sontak membalikkan badan ke arah Aldo."Kamu mau ke mana? Nggak usah menghindar!""Siapa juga yang menghindar? Jangan kepedean dong!""Duduk, Ratna!"Entah ilmu pelet apa yang dipunyai Aldo, hingga membuat Ratna sontak menuruti kemauan lelaki bermata tajam itu.Ratna tidak berselera lagi untuk menikmati nasi yang dibawa ibunya Rizal. Dia hanya bisa melirik dan memaki lelaki yang duduk di sampingnya. Namun, dalam hati saja.Semua asik bercanda sambil terus menikmati makan siang. Ratna yang hanya diam saja dan merasa tak ada yang perduli. Iseng mengulurkan tangannya ke arah sebotol minuman berisi teh dingin yang tutupnya masih bersegel.
"Akhirnya kalian datang juga, aku memilih baju ini untuk kamu pakai besok!"Bunda langsung menyambut Ratna dan Aldo yang baru saja membuka pintu ruangan itu, dengan sebuah baju yang tergantung dan masih ditutupi oleh pembungkus pakaian berwarna hitam."Besok ada apa, Bun?" tanya Ratna bingung. Tapi tangannya terulur juga menerima benda yang bunda berikan padanya.Kemuadian Ratna pun memeluk dan mencium kedua pipi bunda dan juga punggung tangannya dengan santun."Besok bunda akan mengenalkanmu di kantor, agar tidak ada lagi terjadi kesalahpahaman," jelas Bunda saat masih memeluk Aldo yang kemudian juga menncium tangan Bunda, sama seperti yang Ratna lakukan tadi."Dari kemarin kemarin, kok nggak bilang dulu , Bun. Aku boleh nolak, nggak?" tanya Ratna dengan nada takut takut."Ini hanya di kantor saja kok, Rat, bukan yang publik umum gitu, ngga
"Maaf, Non. Tuan mudanya ke mana, ya?"Pak satpam yang tadi diminta Aldo untuk memarkirkan mobilnya, datang tergopoh gopoh dari belakang punggung Ratna."Itu! Lagi ambil mobil di parkiran. Ada apa, Pak?" Dengan gerakan kepala, Ratna menunjuk ke arah parkiran, tempat Aldo mengambil mobilnya."Ooo ...."Mendengar penjelasan Ratna, wajah pak satpam langsung berubah dari yang awalnya bersemangat menjadi lesu seketika."Kenapa, Pak?" tanya Ratna penasaran dengan perubahan wajah lelaki berseragam yang berdiri di sampingnya ini."Nggak, Non. Nggak ada apa apa."Pak satpam pun berlalu sambil menundukkan kepala melangkah ke luar dari pagar butik.Sempat terlihat oleh Ratna kedua mata bapak itu sedang berkaca kaca, sebelum berlalu dari hadapan nya."Yang!" panggil Aldo, yang sudah me
"Maaf, apakah anda yang bernama Ratna?"Seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan ICU, mendekati dan bertanya pada Ratna."Iya, saya. Ada apa?" Ratna menjawab dengan segera berdiri dari duduknya."Saya di minta dokter Aldo untuk mengantar anda ke ruang kerjanya." Suster itu pun menjelaskan maksud dari pertanyaannya tadi.Ratna mengangguk, sesaat kemudian ia pamit pada pak satpam dan berlalu mengikuti suster yang katanya disuruh Aldo."Mau kemana, Sus?"Seorang perempuan cantik, muda, tiba tiba mencegat langkah Ratna, saat masih dalam perjalanan menuju ke ruangan Aldo."Diminta antar tamunya dokter Aldo, Dok!" Ratna menganggukkan kepalanya sedikit ke arah dokter yang bertanya itu, kemudian kembali melangkah mengikuti langkah suster yang mengantarnya."Silahkan, Bu. Ini ruangan dokter Ald
"Sekarang kamu puas! Aku tuh nggak ngerti, deh! Sebenarnya apa lagi yang kau mau!?"Lirih pertanyaan Aldo, tapi itu mampu membuat perempuan yang bernama Siska kembali merajuk tak jelas."Tapi dia yang mulai Aldo, tidak mungkin kamu tidak mempercayaiku, aku kekasihmu!" ujar Siska, yang dengan tak tahu malu malah melingkarkan kedua tangannya di perut Aldo yang rata."Mantan, Siska! Sekarang aku bahkan tidak ingin mengenalimu!" Aldo membuka lingkaran tangan Siska yang mengurung dirinya dengan paksa dan melangkah menjauh.Aldo benar benar tak habis pikir dengan sikap Siska kepadanya, bagaimana jika ada orang yang melihat, kemudian melaporkan mereka berdua dengan tuduhan perselingkuhan.Bukan saja malu yang akan mereka berdua dapat, tapi juga pemecatan tidak hormat dari te.pat mereka kini bekerja. Dan Aldo tidak mau itu terjadi!"Aku tidak percay
"Bu, segenap dewan direksi dan staf, dan seluruh karyawan sudah menunggu di ruangan."Sekretaris Bunda datang dan memberitahukan bahwa semuanya sudah siap dilaksanakan."Iya, terima kasih!" Bunda sontak berdiri, juga dengan Diandra dan mas Delon.Sang sekretaris pun bergegas keluar dan berdiri di depan pintu menunggu Bunda keluar dari ruangannya."Ratna, Ayo!" seru Diandra saat melihat Ratna tetap duduk sambil menatap mereka berempat dengan cemas, bergantian.Pagi ini Diandra dan Ratna tampak cantik dan anggun. Sedikit ada kemiripan di wajah mereka.Mungkin karena silsilah persaudaraan mereka yang dari almarhum ibu dari Diandra yang merupakan adik kandung dari almarhum ayah Ratna.Menggunakan baju dengan model dan warna yang sama, membuat keduanya terlihat cantik dan anggun."A–aku gemete
"Apakah kalian tidak mau mampir sebentar hanya untuk segelas kopi mungkin!" tanya Ratna saat mereka sudah tiba di depan kafe.Ratna membuka pintu dan bergegas keluar dari mobil, dan melangkah memutari mobil ke arah Diandra duduk."Bagaimana menurutmu, Dik?" tanya mas Delon pada Diandra yang tampak sibuk dengan ponselnya."Dik!"Mas Delon memanggil Diandra untuk ke dua kalinya."Ya ..."Akhirnya Diandra mendongakkan kepalanya ke arah Delon, dan kaget saat melihat wajah Ratna di jendela pintu mobilnya."Tadi Ratna bertanya, apakah kita mau mampir sebentar?" Jelas Delon."Untuk segelas kopi? Bolehlah. Kalian duluan saja, aku masih harus menyelesaikan ini sebentar," ujar Diandra yang masih duduk tenang di jok. Namun, kini dengan paha memangku laptop dan memulai membukanya, sambil terus menggunakan ear ph
Dengan sedikit terisak, Ratna bergegas menaiki tangga dan masuk ke dalam ruangannya.Meninggalkan Delon, Diandra dan Nay yang memandangnya dengan penuh rasa.Hingga akhirnya Nay dan Diandra yang memutuskan mengikutinya dari belakang."Rat ...." panggil Diandra saat melihat Ratna menundukkan kepala dengan bantuan tatanan tangannya sendiri di atas meja"Aku baik baik saja. Aku ingin sendiri."Nay dan Diandra hanya bisa saling pandang, keduanya paham kalau Ratna tidak sedang baik baik saja tapi harus bagaimana lagi.Keduanya kemudian melangkah keluar dengan sesekali mencuri pandang ke arah Ratna.Baru saja pintu ruangan di tutup, terdengar suara Diandra dan Delon yang sepertinya saling menyalahkan.Diandra tidak terima Siska memperlakukan Ratna seperti itu, dari awal dia sudah menyangka akan seperti ini kalau