"Sejak kita semua sibuk, Lauren ada di rumah mama, sengaja aku pakai jasa baby sitter, jadi mama cuman ngawasi doang."
Mila memberikan penjelasan pada Ratna, dengan berdiri di belakang Nay, dan mata fokus ke laptop milik sahabatnya itu. Sesaat, kemudian duduk di kursi depan meja Ratna.
"Alhamdulillah,sebenarnya kasihan juga sih kalau mamamu yang harus jaga Lauren, kalau tanpa pembantu, anakmu kan masa perkembangan, sedang aktif aktifnya itu?!" seru Ratna pada Mila yang menjawab hanya dengan menganggukkan kepala, berulang kali.
"Hei, kata si Nay, ada yang mau kamu bicarakan, tentang apa? Kalau bisa sekarang deh, habis makan siang aku ada janji," tanya Rafi, dia mengangkat dan meletakkan kursinya ke depan meja Ratna, samping Mila.
"Begini, mmm ...," Ratna menggantung ucapan, dengan mata menatap ketiga sahabatnya, bergantian.
"Aku dan Bunda akan pergi ke Prancis, dan tidak tah
"Bunda kali, Rat?" tanya Rafi, mencoba menebak."Aduh, ada apa, ya?" tanya Ratna, bergegas berdiri dan melangkah pergi menuju ke luar ruangan."Tidak biasanya bunda datang tanpa lebih dulu mengabarinya, ada urusan apa sampai harus datang sendiri ke kafe." Ratna berbisik sendiri, sambil melangkah menuruni tangga ke lantai dasar.Tanpa ia sadari ketiga sahabat itu pun ikut melangkah di belakangnya, dengan perlahan lahan.Mata Ratna menyapu setiap meja, mencoba menemukan orang yang mencarinya.Siang itu suasana kafe lumayan ramai, karena bertepatan dengan jam makan siang.Ratna terus mencari, hingga matanya tertuju ke kursi di pojok kanan, Ratna kaget saat melihat orang yang sedang mencarinya sedang duduk sendirian dan kini melambaikan tangan ke arahnya."Ibu! Ke sini sendirian? Ada apa?"Perempuan yang di sa
Aldo menahan tangan kanan Ratna, yang akan melangkah menjauh."Apa sih?!" tanya Ratna, pelan tapi penuh dengan tekanan.Langkahnya terhenti dan sontak membalikkan badan ke arah Aldo."Kamu mau ke mana? Nggak usah menghindar!""Siapa juga yang menghindar? Jangan kepedean dong!""Duduk, Ratna!"Entah ilmu pelet apa yang dipunyai Aldo, hingga membuat Ratna sontak menuruti kemauan lelaki bermata tajam itu.Ratna tidak berselera lagi untuk menikmati nasi yang dibawa ibunya Rizal. Dia hanya bisa melirik dan memaki lelaki yang duduk di sampingnya. Namun, dalam hati saja.Semua asik bercanda sambil terus menikmati makan siang. Ratna yang hanya diam saja dan merasa tak ada yang perduli. Iseng mengulurkan tangannya ke arah sebotol minuman berisi teh dingin yang tutupnya masih bersegel.
"Akhirnya kalian datang juga, aku memilih baju ini untuk kamu pakai besok!"Bunda langsung menyambut Ratna dan Aldo yang baru saja membuka pintu ruangan itu, dengan sebuah baju yang tergantung dan masih ditutupi oleh pembungkus pakaian berwarna hitam."Besok ada apa, Bun?" tanya Ratna bingung. Tapi tangannya terulur juga menerima benda yang bunda berikan padanya.Kemuadian Ratna pun memeluk dan mencium kedua pipi bunda dan juga punggung tangannya dengan santun."Besok bunda akan mengenalkanmu di kantor, agar tidak ada lagi terjadi kesalahpahaman," jelas Bunda saat masih memeluk Aldo yang kemudian juga menncium tangan Bunda, sama seperti yang Ratna lakukan tadi."Dari kemarin kemarin, kok nggak bilang dulu , Bun. Aku boleh nolak, nggak?" tanya Ratna dengan nada takut takut."Ini hanya di kantor saja kok, Rat, bukan yang publik umum gitu, ngga
"Maaf, Non. Tuan mudanya ke mana, ya?"Pak satpam yang tadi diminta Aldo untuk memarkirkan mobilnya, datang tergopoh gopoh dari belakang punggung Ratna."Itu! Lagi ambil mobil di parkiran. Ada apa, Pak?" Dengan gerakan kepala, Ratna menunjuk ke arah parkiran, tempat Aldo mengambil mobilnya."Ooo ...."Mendengar penjelasan Ratna, wajah pak satpam langsung berubah dari yang awalnya bersemangat menjadi lesu seketika."Kenapa, Pak?" tanya Ratna penasaran dengan perubahan wajah lelaki berseragam yang berdiri di sampingnya ini."Nggak, Non. Nggak ada apa apa."Pak satpam pun berlalu sambil menundukkan kepala melangkah ke luar dari pagar butik.Sempat terlihat oleh Ratna kedua mata bapak itu sedang berkaca kaca, sebelum berlalu dari hadapan nya."Yang!" panggil Aldo, yang sudah me
"Maaf, apakah anda yang bernama Ratna?"Seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan ICU, mendekati dan bertanya pada Ratna."Iya, saya. Ada apa?" Ratna menjawab dengan segera berdiri dari duduknya."Saya di minta dokter Aldo untuk mengantar anda ke ruang kerjanya." Suster itu pun menjelaskan maksud dari pertanyaannya tadi.Ratna mengangguk, sesaat kemudian ia pamit pada pak satpam dan berlalu mengikuti suster yang katanya disuruh Aldo."Mau kemana, Sus?"Seorang perempuan cantik, muda, tiba tiba mencegat langkah Ratna, saat masih dalam perjalanan menuju ke ruangan Aldo."Diminta antar tamunya dokter Aldo, Dok!" Ratna menganggukkan kepalanya sedikit ke arah dokter yang bertanya itu, kemudian kembali melangkah mengikuti langkah suster yang mengantarnya."Silahkan, Bu. Ini ruangan dokter Ald
"Sekarang kamu puas! Aku tuh nggak ngerti, deh! Sebenarnya apa lagi yang kau mau!?"Lirih pertanyaan Aldo, tapi itu mampu membuat perempuan yang bernama Siska kembali merajuk tak jelas."Tapi dia yang mulai Aldo, tidak mungkin kamu tidak mempercayaiku, aku kekasihmu!" ujar Siska, yang dengan tak tahu malu malah melingkarkan kedua tangannya di perut Aldo yang rata."Mantan, Siska! Sekarang aku bahkan tidak ingin mengenalimu!" Aldo membuka lingkaran tangan Siska yang mengurung dirinya dengan paksa dan melangkah menjauh.Aldo benar benar tak habis pikir dengan sikap Siska kepadanya, bagaimana jika ada orang yang melihat, kemudian melaporkan mereka berdua dengan tuduhan perselingkuhan.Bukan saja malu yang akan mereka berdua dapat, tapi juga pemecatan tidak hormat dari te.pat mereka kini bekerja. Dan Aldo tidak mau itu terjadi!"Aku tidak percay
"Bu, segenap dewan direksi dan staf, dan seluruh karyawan sudah menunggu di ruangan."Sekretaris Bunda datang dan memberitahukan bahwa semuanya sudah siap dilaksanakan."Iya, terima kasih!" Bunda sontak berdiri, juga dengan Diandra dan mas Delon.Sang sekretaris pun bergegas keluar dan berdiri di depan pintu menunggu Bunda keluar dari ruangannya."Ratna, Ayo!" seru Diandra saat melihat Ratna tetap duduk sambil menatap mereka berempat dengan cemas, bergantian.Pagi ini Diandra dan Ratna tampak cantik dan anggun. Sedikit ada kemiripan di wajah mereka.Mungkin karena silsilah persaudaraan mereka yang dari almarhum ibu dari Diandra yang merupakan adik kandung dari almarhum ayah Ratna.Menggunakan baju dengan model dan warna yang sama, membuat keduanya terlihat cantik dan anggun."A–aku gemete
"Apakah kalian tidak mau mampir sebentar hanya untuk segelas kopi mungkin!" tanya Ratna saat mereka sudah tiba di depan kafe.Ratna membuka pintu dan bergegas keluar dari mobil, dan melangkah memutari mobil ke arah Diandra duduk."Bagaimana menurutmu, Dik?" tanya mas Delon pada Diandra yang tampak sibuk dengan ponselnya."Dik!"Mas Delon memanggil Diandra untuk ke dua kalinya."Ya ..."Akhirnya Diandra mendongakkan kepalanya ke arah Delon, dan kaget saat melihat wajah Ratna di jendela pintu mobilnya."Tadi Ratna bertanya, apakah kita mau mampir sebentar?" Jelas Delon."Untuk segelas kopi? Bolehlah. Kalian duluan saja, aku masih harus menyelesaikan ini sebentar," ujar Diandra yang masih duduk tenang di jok. Namun, kini dengan paha memangku laptop dan memulai membukanya, sambil terus menggunakan ear ph
"Sudah siap?" tanya Delon, pada Aldo yang memasukkan semua perlengkapan istri dan dirinya ke dalam tas ransel yang Mak bawa tadi dari rumah.Terlihat Aldo menganggukkan kepalanya sekilas. Menjawab pertanyaan Delon.Hari itu hari ke empat setelah Ratna bangun dari tidurnya, dan dokter yang menangani Ratna sudah memberikan izin untuk pulang."Pak Ri, yang tas itu, nanti tolong di bawa ke rumah, ya. Jadi kita cuma bawa tas yang ini aja."Aldo menunjuk tas yang lebih besar untuk di bawa pak Ri yang mengiyakan perintah majikannya, serta langsung membawa pergi setelah sebelumnya pamit lebih dulu pada Aldo dan Ratna."Nanti kau pakai saja mobilku, Do. Aku bisa pakai taxi online nanti."Delon menyodorkan tangannya yang sedang memegang kunci mobil."Terima kasih," ucap Aldo, tangannya ikut maju mengambil kunci yang disodorkan Delon."
Terlanjur, dokter Siska sudah memencet tombol di atas kepala Ratna, memberitahukan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada pasien."Apa yang kau lakukan?" tanya Aldo yang masuk ke dalam ruangan dengan raut wajah marah. Tangannya mengepal menahan geram."A-aku ...." jawab Siska yang tergagap, kaget! Wajahnya pucat seketika."Bang ...."Seperti tak percaya Aldo mendengar Ratna memanggilnya, seketika itu juga ia menoleh ke arah istrinya dan baru menyadari kalau perempuan yang ia cintai sudah bangun dari tidur panjang."Yang ...."Aldo mendekat ke arah Ratna, menggenggam tangan istrinya erat, dan menciumi setiap inci wajah perempuan yang sangat ia cintai.Membuat dokter Siska seketika itu juga mundur perlahan menuju pintu.Hampir saja dirinya menabrak beberapa dokter dan perawat yang berdatangan mendekati Ratna, dan mem
"Mas, baju yang mau di bawa yang mana?" tanya Mak siang itu.Mak sengaja di antar pak Ri untuk mengantarkan baju bersih yang akan di pakai Aldo, di rumah sakit. dan membawa balik baju yang sudah kotor untuk Mak cuci di rumah.Tanpa bicara, Aldo yang dengan wajah sangat menampakkan kesedihan, memberikan baju yang sudah ia lipat dalan paperbag yang lumayan besar pada Mak."Mbak gimana, Mas?" tanya Mak, dengan tangan terulur menerima paper bag dari Aldo."Masih tidur, Mak. Tolong doain, ya. Biar bisa cepat pulang ke rumah." Aldo sedikit tersenyum, senyum yang terlihat terpaksa."Iya, Mas. Saya dan Mak selalu berdoa semoga Mbak dan si kembar cepat pulang, biar rumahnya ramai." Pak Ri yang tadinya hanya terdiam mendengarkan, kali ini ikut membuka suara.Sudah sebulan lebih pasca kecelakaan, Ratna tak sadarkan diri. Terbaring lemah dengan beberapa
"Apa tidak sebaiknya kalau kamu, aku antar saja, Yang?" usul Aldo saat melihat istrinya mengambil kunci mobil, pagi itu setelah sarapan bersama."Tidak usah, aku baik baik saja, kok!" jawab Ratna yang mendekat untuk mencium pipi, dan punggung tangan kanan suaminya."Tapi perutmu sudah tak memungkinkan untuk menyetir, Yang ...."Jelas saja Aldo sangat khawatir dengan kondisi Ratna, yang memaksa menyiapkan sendiri acara tujuh bulanan si kembar yang rencananya akan di laksanakan seminggu lagi."Perutku tidak masalah kok, Bang. Asalkan kau tidak lagi terlalu mempermasalahkan," ujar Ratna, yang terus melangkah melewati dapur menuju ruang garasi.Setelah sebelumnya meminta Mak untuk membuka pintu garasi dan juga pintu pagar.Sambil mengikuti istrinya dari belakang, Aldo hanya bisa mengambil nafas panjang dan mengembuskannya dengan kasar.&n
Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co
"Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P
"Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega."Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian."Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaanRatna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum."Boleh?" tanya Aldo, lagi!"Boleh, silahkan?!"Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo."Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya."Habis ini kita jala
"Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang."Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu.Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit."Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo.Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran."Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli
Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut.Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang.Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya.Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi."Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar