"Maaf, apakah anda yang bernama Ratna?"
Seorang suster yang baru saja keluar dari ruangan ICU, mendekati dan bertanya pada Ratna.
"Iya, saya. Ada apa?" Ratna menjawab dengan segera berdiri dari duduknya.
"Saya di minta dokter Aldo untuk mengantar anda ke ruang kerjanya." Suster itu pun menjelaskan maksud dari pertanyaannya tadi.
Ratna mengangguk, sesaat kemudian ia pamit pada pak satpam dan berlalu mengikuti suster yang katanya disuruh Aldo.
"Mau kemana, Sus?"
Seorang perempuan cantik, muda, tiba tiba mencegat langkah Ratna, saat masih dalam perjalanan menuju ke ruangan Aldo.
"Diminta antar tamunya dokter Aldo, Dok!" Ratna menganggukkan kepalanya sedikit ke arah dokter yang bertanya itu, kemudian kembali melangkah mengikuti langkah suster yang mengantarnya.
"Silahkan, Bu. Ini ruangan dokter Ald
"Sekarang kamu puas! Aku tuh nggak ngerti, deh! Sebenarnya apa lagi yang kau mau!?"Lirih pertanyaan Aldo, tapi itu mampu membuat perempuan yang bernama Siska kembali merajuk tak jelas."Tapi dia yang mulai Aldo, tidak mungkin kamu tidak mempercayaiku, aku kekasihmu!" ujar Siska, yang dengan tak tahu malu malah melingkarkan kedua tangannya di perut Aldo yang rata."Mantan, Siska! Sekarang aku bahkan tidak ingin mengenalimu!" Aldo membuka lingkaran tangan Siska yang mengurung dirinya dengan paksa dan melangkah menjauh.Aldo benar benar tak habis pikir dengan sikap Siska kepadanya, bagaimana jika ada orang yang melihat, kemudian melaporkan mereka berdua dengan tuduhan perselingkuhan.Bukan saja malu yang akan mereka berdua dapat, tapi juga pemecatan tidak hormat dari te.pat mereka kini bekerja. Dan Aldo tidak mau itu terjadi!"Aku tidak percay
"Bu, segenap dewan direksi dan staf, dan seluruh karyawan sudah menunggu di ruangan."Sekretaris Bunda datang dan memberitahukan bahwa semuanya sudah siap dilaksanakan."Iya, terima kasih!" Bunda sontak berdiri, juga dengan Diandra dan mas Delon.Sang sekretaris pun bergegas keluar dan berdiri di depan pintu menunggu Bunda keluar dari ruangannya."Ratna, Ayo!" seru Diandra saat melihat Ratna tetap duduk sambil menatap mereka berempat dengan cemas, bergantian.Pagi ini Diandra dan Ratna tampak cantik dan anggun. Sedikit ada kemiripan di wajah mereka.Mungkin karena silsilah persaudaraan mereka yang dari almarhum ibu dari Diandra yang merupakan adik kandung dari almarhum ayah Ratna.Menggunakan baju dengan model dan warna yang sama, membuat keduanya terlihat cantik dan anggun."A–aku gemete
"Apakah kalian tidak mau mampir sebentar hanya untuk segelas kopi mungkin!" tanya Ratna saat mereka sudah tiba di depan kafe.Ratna membuka pintu dan bergegas keluar dari mobil, dan melangkah memutari mobil ke arah Diandra duduk."Bagaimana menurutmu, Dik?" tanya mas Delon pada Diandra yang tampak sibuk dengan ponselnya."Dik!"Mas Delon memanggil Diandra untuk ke dua kalinya."Ya ..."Akhirnya Diandra mendongakkan kepalanya ke arah Delon, dan kaget saat melihat wajah Ratna di jendela pintu mobilnya."Tadi Ratna bertanya, apakah kita mau mampir sebentar?" Jelas Delon."Untuk segelas kopi? Bolehlah. Kalian duluan saja, aku masih harus menyelesaikan ini sebentar," ujar Diandra yang masih duduk tenang di jok. Namun, kini dengan paha memangku laptop dan memulai membukanya, sambil terus menggunakan ear ph
Dengan sedikit terisak, Ratna bergegas menaiki tangga dan masuk ke dalam ruangannya.Meninggalkan Delon, Diandra dan Nay yang memandangnya dengan penuh rasa.Hingga akhirnya Nay dan Diandra yang memutuskan mengikutinya dari belakang."Rat ...." panggil Diandra saat melihat Ratna menundukkan kepala dengan bantuan tatanan tangannya sendiri di atas meja"Aku baik baik saja. Aku ingin sendiri."Nay dan Diandra hanya bisa saling pandang, keduanya paham kalau Ratna tidak sedang baik baik saja tapi harus bagaimana lagi.Keduanya kemudian melangkah keluar dengan sesekali mencuri pandang ke arah Ratna.Baru saja pintu ruangan di tutup, terdengar suara Diandra dan Delon yang sepertinya saling menyalahkan.Diandra tidak terima Siska memperlakukan Ratna seperti itu, dari awal dia sudah menyangka akan seperti ini kalau
Ratna tertegun, dari balik kaca supermarket, tampak Aldo sedang berbicara dengan Delon, hanya sebentar, kemudian Aldo pergi begitu saja.Ratna menarik nafas panjang, ada yang perih di hatinya. Namun, ia terlalu takut untuk bicara jujur tentang keadaan dirinya yang tidak sempurna.Bagaimanapun Aldo adalah lelaki sempurna, lajang dan seorang dokter, pasti banyak yang ingin mendapatkan cinta Aldo, rebutan perempuan yang pasti lebih sempurna dari dirinya.Sejak pertengkarannya dengan Siska, Aldo tak lagi pernah menggodanya dengan kiriman pesan yang bertuliskan 'p' berulang ulang atau misscaal, yang benar benar hanya sekedar misscaal.Sepertinya Aldo benar benar menarik diri dari kehidupan Ratna seperti permintaan saat di rumah sakit, malam itu. Namun, ke apa dia yang kebingungan, bukankah seharusnya dia bersyukur."Kamu mau beli apa lagi, Rat?"
"Hari ini kita mau ke mana, Rat?" tanya Bunda yang sengaja datang ke kamar Ratna, pagi itu.Sudah enam belas hari Bunda menemani Ratna di Prancis. Sudah banyak tempat pula yang mereka kunjungi, sudah banyak juga waktu yang mereka habiskan berdua.Selama di Prancis Bunda dan Ratna menempati sebuah rumah kecil, dua tingkat, dan berhalaman luas, yang berada di pinggir kota. Konon kata Bunda rumah ini di beli dulu waktu almarhum ayah masih hidup.Dan karena Bunda dan mas Delon sibuk di Jakarta, maka Bunda meminta pasangan suami istri, bik Nah dan pak Wook yang menjaga rumah ini."Bunda ada rencana, nggak?" Ratna malah berbalik bertanya, diletakkannya ponsel yang ia pegang ke sebuah meja kecil di sebelah kanan ranjangnya."Kenapa? Kamu mau ikut Bunda?" Bunda duduk di belakang punggung Ratna dan mengelus rambut panjang Ratna pelan."Aku pengin di sini a
"Sebenarnya kamu ke sini ada maksud apa, sih?" tanya Ratna dengan wajah kesal.Percuma jauh jauh ke sini ,tapi orang yang mau dia jauhin malah sekarang duduk di hadapannya.Aldo tak menjawab, dia sibuk meniup kopinya dan menyeruput sedikit demi sedikit."Aku nggak percaya kalau Bunda yang memintamu datang hanya sekedar untuk menemani aku.""Kalau begitu, telpon saja bunda dan tanyakan prasangkamu yang benar apa aku?"Aldo berkata dengan tangan terulur meletakkan cangkir yang kini berisi setengahnya saja, kembali ke atas meja."Kamu sudah selesai belum dengan lari larinya?" tanyanya lagi, mata tajam itu menatap lekat pada Ratna. Namun, dengan senyum yang terkesan sedang menggoda."Kamu kapan datang? Sudah makan belum?""Sudah, sekarang jawab pertanyaanku!""Apa maksudmu? Pertanyaan yang
"Bun, aku besok ke Palembang, boleh?!" tanya Ratna, terdengar malu malu saat meminta ijin.Setelah makan siang, dia sengaja masuk ke dalam kamar untuk melakukan video call dengan Bunda untuk pamit ke Palembang, ke tempat orang tua Aldo."Ngapain?" tanya Bunda yang mengernyitkan keningnya sesaat."Ooo ... bunda paham sekarang, pasti kamu sudah baikan ya ma, Aldo?" goda Bunda dengan telunjuk kanan yang bergoyang ke kanan dan ke kiri."Iya ... ini kan yang Bunda dan mas Delon mau?!" jawab Ratna dengan bibir mengerucut"Alaa, kamu juga mau tapi, kan?!"Bunda seperti tak mau hilang kesempatan untuk membuat putrinya malu.Ratna tak menjawab. Namun wajahnya sudah merona saking malu bercampur bahagia."Ya udah, nggak pa pa, kamu berangkat aja ke Palembang. Kira kira dapat tiket jam berapa besok, Rat?" tanya Bu