"Sebenarnya kamu ke sini ada maksud apa, sih?" tanya Ratna dengan wajah kesal.
Percuma jauh jauh ke sini ,tapi orang yang mau dia jauhin malah sekarang duduk di hadapannya.
Aldo tak menjawab, dia sibuk meniup kopinya dan menyeruput sedikit demi sedikit.
"Aku nggak percaya kalau Bunda yang memintamu datang hanya sekedar untuk menemani aku."
"Kalau begitu, telpon saja bunda dan tanyakan prasangkamu yang benar apa aku?"
Aldo berkata dengan tangan terulur meletakkan cangkir yang kini berisi setengahnya saja, kembali ke atas meja.
"Kamu sudah selesai belum dengan lari larinya?" tanyanya lagi, mata tajam itu menatap lekat pada Ratna. Namun, dengan senyum yang terkesan sedang menggoda.
"Kamu kapan datang? Sudah makan belum?"
"Sudah, sekarang jawab pertanyaanku!"
"Apa maksudmu? Pertanyaan yang
"Bun, aku besok ke Palembang, boleh?!" tanya Ratna, terdengar malu malu saat meminta ijin.Setelah makan siang, dia sengaja masuk ke dalam kamar untuk melakukan video call dengan Bunda untuk pamit ke Palembang, ke tempat orang tua Aldo."Ngapain?" tanya Bunda yang mengernyitkan keningnya sesaat."Ooo ... bunda paham sekarang, pasti kamu sudah baikan ya ma, Aldo?" goda Bunda dengan telunjuk kanan yang bergoyang ke kanan dan ke kiri."Iya ... ini kan yang Bunda dan mas Delon mau?!" jawab Ratna dengan bibir mengerucut"Alaa, kamu juga mau tapi, kan?!"Bunda seperti tak mau hilang kesempatan untuk membuat putrinya malu.Ratna tak menjawab. Namun wajahnya sudah merona saking malu bercampur bahagia."Ya udah, nggak pa pa, kamu berangkat aja ke Palembang. Kira kira dapat tiket jam berapa besok, Rat?" tanya Bu
"Yang, bunda mengirimkan aku list, dan berpesan untuk antarin kamu saat membelinya, kamu mau sekarang?" tanya Aldo.Pagi itu mereka berdua, baru saja menyelesaikan sarapan paginya."Mmm ... boleh." Ratna menjawab dengan tangan bergerak mengambil alat makan yang tadi mereka gunakan di atas meja, untuk dibawanya ke dapur."Bik Nah ikut juga, ya!?" Ujar Ratna saat kembali ke meja dan melihat bik Nah sedang mengelap meja makan."Aku tunggu di mobil," ujar Aldo yang menganggukan kepala, dan segera melangkah ke luar."Saya ikut ya, Non? Apa tidak sebaiknya Non pergi dengan Tuan saja?"Bik Nah tampak ragu untuk menyetujui perintah Ratna."Ikut aja, bik Nah!"Wajah Ratna langsung berubah saat Aldo tak lagi di hadapannya.Dan itu terlihat sangat menakutkan di mata bik Nah.Sejak ke
Entah apa yang Aldo katakan pada lelaki yang menjemputnya. Namun, terlihat lelaki itu mengangguk hormat.Aldo mengajak Ratna masuk ke dalam mobil. Setelah semua barang yang mereka bawa, sudah ada di dalam mobil yang menjemput mereka di bandara udara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II.Dalam perjalanan, Ratna sengaja memejamkan matanya, hanya mendengarkan saja apa yang Aldo dan pria yang di belakang kemudi itu obrolkan.Jujur Ratna tak paham bahasa yang Aldo gunakan saat ini. Juga karena terus memikirkan apa yang Aldo akan lakukan pada dirinya."Kita sudah sampai, Yang!"Aldo mencium kening Ratna saat berusaha membangunkan.Ratna mengerjapkan kedua matanya berulang kali, kemudian mulai menebarkan pandangan ke luar mobil."Panti jompo?! Kamu serius?!" tanya Ratna yang keget saat matanya membaca plang yang di letakkan
"Dik!""Hai, Cantik!"Ratna mendongak ke arah pintu, di sana tampak mas Delon, Diandra dan Bunda melangkah mendekatinya."Bunda!"Ratna sontak tak lagi bisa membendung tangisnya."Hei! Kok malah nangis? Nanti luntur loh?" larang Bunda yang langsung mendekat dan memeluk Ratna."Bunda dan mamanya Aldo sengaja merancang ini semua, tanpa kamu tahu. Karena kalau minta pertimbangan kamu dan Aldo, pernikahan nggak bakalan bisa terwujud, adanya tengkar terus."Bunda membingkai wajah putrinya itu sembari mengatakan apa yang sebenarnya terjadi."Tapi, Bun–""Pak, semuanya sudah siap, pengantin pria sudah ada di depan penghulu, tinggal menunggu bapak sebagai wali dari pihak perempuan," ujar seorang lelaki yang berseragam, sepertinya merupakan anggota dari WO dalam pernikah
Rumah kini terasa sepi, para sahabat dan keluarga dari Jakarta kembali ke hotel, hanya tampak WO dan beberapa saudara yang masih berkeliaran.Di dalam kamar, Ratna membuka gaun dan hiasan kepalanya dibantu oleh si Mbak yang tadi membantu memasangnya.Wajahnya terlihat sangat bahagia dan letih luar biasa.Perjalanan lama dari Prancis ditambah lagi tadi berdiri menyambut para tamu, benar-benar menguras staminanya."Mau langsung mandi, Mbak?"Tanya mbak bersergam itu pada Ratna."Iya, Mbak. Nanti kalau Mbaknya keluar, jangan lupa ditutup kembali pintunya, ya," pinta Ratna, yang terus melangkah ke kamar mandi yang berada di sebelah kanan balkon, tanpa menunggu si mbak menjawab.Ratna keluar dari kamar mandi dengan rambut dan badan berselimut handuk.Matanya menyapu seluruh ruangan dan tak menemukan tas yang berisi pakaiannya.
Membuka mulutnya lebar, memasukkannya, menyedot dan sesekali menjilati, sudah seperti saat sedang menikmati permen lolipop.Ini memang yang kedua bagi Ratna, tapi dengan ukuran yang sangat jauh berbeda, membuatnya kembali berpikir karena kesulitan melakukan aksinya tadi.Benda itu berhasil masuk ke dalam mulutnya walau hanya setengahnya saja, tapi ia harus hati hati saat menggerakkannya.Puas bermain dengan senjata milik Aldo, Ratna kembali ke atas dan menciumi bibir Aldo dengan rakus.Keduanya tak henti berdesis dan mengerang.Tak sabar ingin menikmati kejantanan milik suami, Ratna kembali menaiki Aldo, ia menggunakan tangan kanannya. Membantu mengarahkan senjata itu untuk memasukinya.Cukup lama karena Ratna harus terlebih dulu bermain dengan kepala kejantanan suaminya itu pada permukaan miliknya, dan memastikan benda itu tidak akan menyak
Aldo kaget, saat mendengar suara pintu diketuk dengan cukup keras. Apalagi saat melihat di sampingnya tak ada Ratna.Aldo bergegas menyibak selimut dan melangkah mendekati pintu kamar."Ma!"Aldo yang membuka pintu kamar tak menyangka kalau yang mengetuk tadi adalah sang Mama."Sudah di tunggu keluarga besar dan sahabatnya Ratna di bawah. Mereka mau pamit, ayo turun!" suruh Mama."Ratnanya di mana?" tanya Aldo."Lho! Kamu gimana sih, Do?!" tanya Mama yang ikut bingung dengan pertanyaan Aldo.Aldo bergegas ke balkon meninggalkan Mama yang sepertinya ikut melangkah di belakang Aldo.Tepat seperti yang sudah dia duga, dengan menggelengkan kepala Aldo tersenyum melihat istrinya tidur dengan nyenyak di sofa panjang atas balkon."Kok kalian tidak tidur berdua, kalian
"Mama ikut ya, Do. Anterin Aldi ke bandara. Nanti setelah itu, kamu anterin mama ke panti," pinta Mama, yang sengaja ke kamar Aldo, hanya untuk minta diantar anak sulungnya.Hari ini, Tasya dan Aldi akan balik ke Bandung, Aldo sudah menyanggupi untuk mengantarkan mereka ke bandara."Kok Mama mau ke panti, kan masih ada Aldo di sini, Ma?!" tanya Aldo yang kemudian melangkah ke luar kamar untuk sarapan."Memangnya kamu nggak mau ke makam ayahmu, Nak?" tanya Mama yang berjalan bersisian dengan Ratna."Aku dan Ratna, rencananya, nanti habis dari bandara mau ke makam, Ma. Cuman masa iya aku ada di sini, Mama sudah mau ke panti." Aldo yang sudah duduk di balik meja makan, sepertinya masih tak rela melepas Mama ke panti.Mama menghampiri Aldo dan memeluknya hangat."Mama ini sudah tidak muda lagi, ingin punya penyemangat seperti kamu dan Ratna, dan