Membuka mulutnya lebar, memasukkannya, menyedot dan sesekali menjilati, sudah seperti saat sedang menikmati permen lolipop.
Ini memang yang kedua bagi Ratna, tapi dengan ukuran yang sangat jauh berbeda, membuatnya kembali berpikir karena kesulitan melakukan aksinya tadi.
Benda itu berhasil masuk ke dalam mulutnya walau hanya setengahnya saja, tapi ia harus hati hati saat menggerakkannya.
Puas bermain dengan senjata milik Aldo, Ratna kembali ke atas dan menciumi bibir Aldo dengan rakus.
Keduanya tak henti berdesis dan mengerang.
Tak sabar ingin menikmati kejantanan milik suami, Ratna kembali menaiki Aldo, ia menggunakan tangan kanannya. Membantu mengarahkan senjata itu untuk memasukinya.
Cukup lama karena Ratna harus terlebih dulu bermain dengan kepala kejantanan suaminya itu pada permukaan miliknya, dan memastikan benda itu tidak akan menyak
Aldo kaget, saat mendengar suara pintu diketuk dengan cukup keras. Apalagi saat melihat di sampingnya tak ada Ratna.Aldo bergegas menyibak selimut dan melangkah mendekati pintu kamar."Ma!"Aldo yang membuka pintu kamar tak menyangka kalau yang mengetuk tadi adalah sang Mama."Sudah di tunggu keluarga besar dan sahabatnya Ratna di bawah. Mereka mau pamit, ayo turun!" suruh Mama."Ratnanya di mana?" tanya Aldo."Lho! Kamu gimana sih, Do?!" tanya Mama yang ikut bingung dengan pertanyaan Aldo.Aldo bergegas ke balkon meninggalkan Mama yang sepertinya ikut melangkah di belakang Aldo.Tepat seperti yang sudah dia duga, dengan menggelengkan kepala Aldo tersenyum melihat istrinya tidur dengan nyenyak di sofa panjang atas balkon."Kok kalian tidak tidur berdua, kalian
"Mama ikut ya, Do. Anterin Aldi ke bandara. Nanti setelah itu, kamu anterin mama ke panti," pinta Mama, yang sengaja ke kamar Aldo, hanya untuk minta diantar anak sulungnya.Hari ini, Tasya dan Aldi akan balik ke Bandung, Aldo sudah menyanggupi untuk mengantarkan mereka ke bandara."Kok Mama mau ke panti, kan masih ada Aldo di sini, Ma?!" tanya Aldo yang kemudian melangkah ke luar kamar untuk sarapan."Memangnya kamu nggak mau ke makam ayahmu, Nak?" tanya Mama yang berjalan bersisian dengan Ratna."Aku dan Ratna, rencananya, nanti habis dari bandara mau ke makam, Ma. Cuman masa iya aku ada di sini, Mama sudah mau ke panti." Aldo yang sudah duduk di balik meja makan, sepertinya masih tak rela melepas Mama ke panti.Mama menghampiri Aldo dan memeluknya hangat."Mama ini sudah tidak muda lagi, ingin punya penyemangat seperti kamu dan Ratna, dan
Supir taxi online yang membawa Aldo dan Ratna dari bandara berhenti di sebuah alamat yang Aldo sebutkan tadi."Yang, bangun kita sudah sampai," ujar Aldo yang membangunkan Ratna sambil mengguncangkan badan istrinya dengan pelan.Ratna langsung membuka matanya, dan mengerjapnya berulang kali.Tampak di hadapannya kini, sebuah rumah minimalis berlantai dua bernuansa biru, di halaman depan sebatang pohon mangga besar dengan daun yang lebat, hingga menambah sejuk udaranya."Ayo!" ajak Aldo dengan mengulurkan tangannya ke arah Ratna yang masih bingung."Kita di mana? Ini rumah siapa?" tanya Ratna, pelan. Namun, pasti dirinya melangkah ke luar dari mobil."Selamat datang di rumah kita!" bisik Aldo, setelah pak supir taxi online pergi meninggalkan mereka di pinggir jalan."Apa maksudmu!?" tanya Ratna, bingung.
Ratna terjaga dari tidurnya saat merasakan sentuhan sentuhan halus pada kulit tubuhnya, terutama di bagian dada, tangan itu terasa meremasnya lembut.Ratna menggelinjang kegelian, gelenyar gelenyar kenikmatan itu mulai datang.Posisi tidur Ratna yang miring ke kanan, benar benar membuat tangan milik Aldo itu bergerak sangat bebas dari belakang punggungnya.Pura pura tak ingin di ganggu, Ratna menahan tangan itu. Dan memeluk di dadanya.Tapi beberapa detik kemudian, dia kembali merasakan serangan benda basah dan kenyal itu di bagian leher belakang area telinga dan bahunya yang terbuka.Mengundang sengatan birahi yang lebih besar lagi.Dengan sedikit terpaksa Ratna membuka matanya dan mengerjapnya berulang kali. Dan melihat ke arah jam, masih menunjukkan jam empat pagi."Akhirnya kau bangun juga." Aldo bersuara dengan suar
"Sudah datang, Yang?" tanya Aldo yang sedang duduk di depan tv, sambil memangku buku tebal di pahanya. Saat merasa ada seseorang yang tiba tiba sudah mencium pipinya dari belakang."Iya ...." jawab Ratna, yang kemudian melangkah di samping Aldo, setelah tadi mencium pipi dan kening lelaki tampan bermata tajam itu.Dia sengaja pulang awal karena Mak menghubunginya tadi dan mengatakan kalau Aldo sedang sakit."Tadi kata Mak, Abang belum makan apa pun ya, kenapa? Mau aku buatin sesuatu?" tanya Ratna yang sudah duduk di samping kaki Aldo yang sedang selonjoran, sambil mencium punggung tangan suaminya itu. Kemudian berpindah memijat betis Aldo.Selama hampir setahun menikah, baru kali ini Aldo sakit hingga membuat nafsu makannya hilang. Aldo terkenal sangat menjaga sekali kesehatan badannya, dan itu yang membuat Ratna heran."Tidak usah, aku sendiri bingung dengan sakitku. Setiap meli
"Kamu nggak makan? Serius?" tanya Aldo setelah selesai menelan makanan yang tadi di dalam mulutnya kemudian ia dorong dengan cara meminum air mineral, hingga terasa kerongkongannya yang lega."Kenapa?" tanya Ratna, bersuara pelan dengan penuh perhatian."Kalau aku saja yang makan, gimana? Bolehkan? Dari pada jadi mubasir kan sayang, Yang," rayu Aldo, sambil menaik turunkan kedua alisnya bersamaanRatna tersenyum, dan ia sudah menduga sebelumnya. Hanya saja yang masih tidak ia percayai betapa Aldo sudah membuang urat malunya dengan makan sembarangan di tempat umum."Boleh?" tanya Aldo, lagi!"Boleh, silahkan?!"Ratna mendekatkan mangkok yang seharusnya menjadi miliknya untuk lebih dekat lagi dengan Aldo."Makasih ya, Sayang," ucap Aldo yang langsung mengeksekusi mie di hadapannya."Habis ini kita jala
"Nay, kamu kenapa?" tanya Ratna, saat tangan membuka pintu di ruangannya.Ini hari pertama Ratna kembali ke kafe setelah dua hari menemani Aldo di rumah."Aku nggak tahu, mungkin masuk angin," jawab Nay, wajahnya basah, dan terlihat menahan sesuatu yang sepertinya akan keluar dari mulut Nay."Kamu periksa saja, Nay. Jangan jangan kamu hamil." Rafi yang datang di belakang Ratna tiba tiba ikut buka suara."Iya, Nay. Periksa aja deh!" Seru Ratna mendukung apa yang di katakan Rafi"Tapi–""Kalau kamu nggak periksa malah fatal, pengin sembuh, terus minum obat anti masuk angin. Eh ... ternyata hamil, gimana? Kan pasti ada resiko dari obat yang kamu minum, Nay." Rafi Langsung memotong pembelaan Nay.Ada iba menggelantung di dada Rafi, melihat kondisi Nay saat ini."Tapi–""P
Ratna terus mengulang pertanyaan yang sama hingga membuat dokter Agni sedikit gemas."Hei! Saya serius, Bu! Anda hamil. Selamat ya ...."Masih banyak lagi pesan yang dikatakan oleh dokter di depannya yang sedang membersihkan perut Ratna dari gel tadi. Namun, Ratna hanya bisa menangis sambil terus memandangi layar."Sekarang anda boleh berbalik ke kanan, baru kemudian bangun dengan perlahan," suruh dokter Agni pada Ratna yang ia ikuti."Benarkan apa yang aku bilang." Siska tersenyum sambil terus memainkan ponselnya."Memangnya dokter Siska bilang apa!" tanya dokter Agni yang kemudian pindah ke kursi miliknya dan menuliskan sesuatu di sana."Cuman minta traktiran kalau mereka berdua terbukti hamil," jawab dokter Siska, yang kemudian tertawa terbahak."Ah dokter Siska, ada ada saja!" seru dokter Agni, yang kemudian memberikan amplop co