“Buka bajumu, sekarang!” perintahnya dengan memandangi wajah Maya yang sulit diartikan. “A-apa? Bu-buka baju?” Makin tak karuan dan bingung Maya dibuatnya.“Kamu nggak tuli kan? Aku bilang buka baju!” hardiknya. Pria tadi nggak sabar dan merobek baju yang digunakannya.Srekk srekk! Spontan dan cukup membuat pria tadi terkejut. Dua gunung kembar dan besar mendadak menyumbul keluar. Bentuknya padat, kencang, mulus dan putih. Itulah yang pertama kali dia lihat dan tanpa sadar dia menelan salivanya.“Aakkhh! Dasar pria mesum. Kurang ajar. Aakkhh!” Maya nggak kalah kaget, menjambak rambut pria tadi dengan kasar dan tanpa Maya sadar tangannya malah menuntun wajah pria tadi membenam semakin dalam di kedua gunung kembarnya.Maya menekannya lebih dalam karena kaget. Pria tadi pun nggak kalah kaget. Dia seperti mendapatkan durian runtuh dadakan. Sempat menikmati sesaat. Namun, dia segera menepis kesalahpahaman. Pria tadi mencengkaram balik kedua tangan Maya. Menghentikan gerakan berbah
Maya bergumam sendiri disaat dia memasuki ballroom hotel mewah. Dia hanya mengintil pada pria didepannya yang berjalan tergesa.Pria tadi berdiri di depan lift. Maya baru sadar penampilan pria tadi dengan gaun yang dipakainya sangat senada. Seperti pakaian couple. Mata maya masih celingak celinguk, “Ho—hotel? Mau apa kesini ya?” gumamnya yang terdengar ditelinga Reno. "Ops, maaf aku lupa mengatakan, ini adalah resepsi pernikahan kita. Jadi, nanti kamu harus akting yang benar ya. Ingat aku bayaran kamu mahal. Aku nggak mau kecewa hanya kesalahan kecil saja dari kamu." Maya melonggo. Tahu-tahu resepsi pernikahan. Bagaimanapun itu bisa terjadi dalam satu jam dia mengalami hal hal diluar nalarnya. Ada orang yang membiayai perawatan ibunya dan sekaligus dia tahu tahu sudah menikah. "Pak, jangan bercanda, saya menikah dengan, Bapak? Itu bagaimana ceritanya. Benar-benar tidak masuk akal," Maya berkata sambil menyentuh tangannya. Namun, sedetik kemudian tangannya ditarik kembali dengan ce
"Um, Nad, ayo kita lakukan ah," Reno baru saja menutup pintu ruangan sebelah yang disiapkan khusus olehnya. Reno sedang sudah membuka gaun Nadia hingga turun ke perut dan memangku Nadia duduk. Reno sedang rakus menikmati dia bongkahan kenyal milik Nadia. Dia menjilat mengesap dan mengulumnya dengan rakus. Tak membiarkan Nadia bergerak dalam dekapannya hingga saat melakukan itu tangan Reno bebas menarik gaun bawahnya hingga perut. "Ahh hmm enak banget, Ren, umm!" Nadia bak cacing kepanasan di pangkuan Reno dan dia tak sabaran juga membuka resleting celana milik Rena dan Nadia yang hanya menggunakan kain penutup di intinya hanya seujung jari memudahkannya masuk kepemilikan Reno dengan sempurna. "Ahh nikmat banget, Nad. Ayo goyang yang dalam umm ahh," Reno melepaskan belitan mulutnya di dua benda kenyal milik Nadia, kini Reno meremasnya dengan kuat saat Nadia sedang bergoyang di atasnya. "Umm, Reno itu benaran istri kamu," selidik Nadia, dia sebenarnya kecewa saat harus datang ke res
"Jangan menolak, aku, Maya, atur nafas kamu dan nikmati saja," hembusan nafas hangat dari bibir Reno di leher Maya membuatnya mengelenjir tidak jelas. Tubuhnya meremang dan tak mampu menolak permintaan Reno. Tangan lincah Reno dengan cepat sedang menikmati permainan meremasnya. Reno tersenyum saat dia berhasil melihat wajah polos Maya yang kini memerah menahan gejolak ingin meminta terus diremas olehnya. Reno terus memutar benda kecil dari kedua bongkahan kenyal Maya."Mas, ahh shh umm shh ahh. Aku mohon jangan lakukan ini padaku. Aku berjanji akan membayar semua hutangku padamu, tapi tolong jangan lakukan ini, Mas" kesadaran Maya dengan desahan membuat Maya sepenuh sadar. Tiba-tiba wajah ibunya yang terbaring di rumah sakit membuatnya kembali waras. Maya menghentikannya, tangan Maya mencengkram kedua tangan Reno. Reno menghentikan gerakan memutar dan meremasnya. Melihat wajah Maya sedih seolah hatinya tersentuh. "Sampai kapan Maya? Memangnya kamu mau seumur hidupmu melayani aku?
“Aku mohon jangan lakukan itu, Mas Reno, argh!” teriak Maya bergema saat tubuhnya dilempar kasar ke ranjang pengantin yang sudah Reno persiapkan.“Sudah jangan berisik lagi, Maya. Kau hanya tinggal menikmati saja. Cukup kau teriakan saja namaku nanti, oke.” Reno kini tak sungkan lagi untuk menggarap sawah Maya yang katanya belum pernah dicocok tanami. Reno merangkak saat gadis itu mencoba kabur darinya, tangan Reno dengan cepat mendorong kembali tubuhnya ke ranjang.Tanpa Maya bisa melihat pergerakan dari Reno, dia sudah dengan cepat melemparkan baju yang dipakainya. Pintu tidak ditutup oleh Reno, dia membiarkannya terbuka hingga Rama bukan mengintip, tapi dia sedang berdiri di tengah pintu menyaksikan tontonan live yang sedang kakaknya buat.“Jangan lakukan itu, Mas Reno. Aku mohon, Mas. Arghh!” Maya kembali menjerit.Saat ini gaun yang dipakainya bukan dibuka, tapi disobek dengan kasar oleh Reno. Maya sedang menyilangkan kedua tangannya didada. Menutupi dua benda kenyal milikny
“Mas Reno, ahh shh uumm aku kan tidak memaksamu untuk membantu. Kenapa sekarang kau seperti ini, Mas,” Maya mencoba bernegosiasi barangkal ucapannya barusan bisa membuat hatinya tergerak.Maya mulai hilang kendali saat sesuatu yang hangat bermain di dua bongkahan kenyal miliknya. Bergerak secara bergantian seperti seseorang yang sedang menikmati kenyotan.“Ahh umm shh, aku suka sekali Maya. Ini benar benar nikmat,” Reno menyahut dengan erangan saat dia menikmati dua bongkahan kenyal milik Maya.“Aku tahu, kamu memang tidak meminta bantuanku. Awalnya, aku memang hanya membutuhkan jasamu sebagai istri kontrakku saja. Meskipun kontrak, bawahanku membuatnya semua legal dan pesta tadi adalah resepsi kita, Maya. Jadi, terimalah kontraknya. Selama kau terikat kontrak denganku, kau juga punya kewajiban memberikanku kehangatan seperti ini. Tidak ada penolakan, kecuali kau sanggup mengembalikan uang jaminan yang kuberikan. Sebagai gantinya, kau harus membayarku lima kali lipat.”Reno memberika
Maya membuka matanya perlahan. Dia sekarang sedang berada berbagi selimut tanpa mengenakan sehelai benang pun. Diliriknya perlahan, wajah tampan dan bersinar. Sedang tertidur pulas seperti bayi. Alis hitam dan tebalnya menjadi ciri si kedua kembar yang tegas.Mata yang indah, bulu matanya lebat dan panjang. Lalu hidung mancung dan Maya memberanikan dirinya untuk menyentuh pipi Reno. Perlahan tanpa suara. Sudah pasti ini dikatakan sebagai malaikat tampan, tapi saat dia mengingat keberingasannya tadi malam, Maya ikut bergidik ngeri kembali.Perlahan dia ingin menyentuh wajahnya, namun tangannya sedetik kemudian dia tarik. Dia mengurungkan niat itu. Yang ada dia menarik perlahan selimut yang menutupi tubuhnya.Dia ingin segera beranjak dari ranjang yang telah merenggut mahkotanya. Baginya sudah cukup perasaaan tertekannya. Meskipun Maya tidak munafik dalam ketidakberdayaannya semalam, tubuhnya pun tidak menolak.Maya ingin mencari pakaian gantinya, tapi kembali dia bingung dimana dia ak
Maya melirik perlahan suami kontraknya yang sedang berbicara dengan serius pada orang tadi.“Ehem,” Rama berdehem, mencoba mengalihkan pandangan Maya agar melihat ke arahnya. Spontan karena terkejut Maya memalingkan wajahnya dan melanjutkan makannya tanpa menoleh ke arah Rama.“Jadi bagaimana rasanya … Kakak Ipar? Apa malam pertama kau sangat menikmatinya?” Plas! Uhuk! Maya tersedak saat mendapatkan pertanyaan yang ambigu dari adik iparnya. Wajahnya seperti udang rebus. Malu. Dan dia segera menyambar air minumnya.“Kenapa? Apa kakakku tidak bisa memuaskanmu?” cercanya lagi. Maya sekarang benar benar mengalihkan pandangannya pada Rama.Wajah Rama ketus dan masam. Memicing seperti seorang polisi yang sedang menyiduk pencuri. Ekor matanya tidak melepaskan pandangannya dari Maya. Mungkin yang terbersit dipikiran Maya, Rama gak terlalu menyukainya.“Ini barang milikmu,” Maya mengkrejabkan mata, saat mendengar Reno meletakkan paper bag di hadapannya.Maya memeriksanya. Tas, ponsel dan se
Reno berjalan menyusuri tempat dimana dia mengurung Nadia. Dia akan mengecek bagaimana kondisi Nadia saat ini. Meski hatinya sedih pada akhirnya dia harus mencoba merelakan wanita yang sangat dicintainya. Reno benar-benar tidak ingin membuat Maya dalam kondisi bingung seperti kemarin. Ia ingin mencoba berjuang keluar dari lingkaran yang sudah direncanakan secara sengaja olehnya. "Yah, setidaknya, ini hutang gue sama lo, Rama. Gue akan mengalah dan gue akan belajar mencoba menerima Nadia. Meski sulit, gue akan tetap mencobanya, Rama. Gue ingin, kita sama-sama mendapatkan pasangan yang lebih baik," gumam Reno sendiri sebelum dia benar-benar memasuki lorong dengan suasana remang dan tangga baru yang menuju sel dimana Nadia di kurung. Perlahan Reno menuruni tangga berbatu itu. Tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan emosi saat akan bertemu dengan Nadia. Sekarang Reno sedikit tenang dengan hatinya yang mantap untuk berbicara dengan Nadia. Reno membuka selnya. Aroma menyengat dan tak
"Baik, Tuan. Saya akan menjalankan semua yang Anda katakan," jawab Markus yang akan pergi."Urus perceraian saja dulu. Aku akan melihatnya kesana," ucap Reno.Reno sudah memutuskan untuk memberikan Nadia kesempatan dan dia akan melihat kondisinya sekarang. Kemudian Reno melangkah pergi dan saat itu berpapasan dengan Maya dan Rama.Reno melihat wanita yang dicintainya itu keluar dengan kemeja milik Rama."Mau kemana?" Rama bertanya saat melihat wajah kakaknya gusar."Gue mau ke danau belakangan," jawab Reno seolah memberikan kode pada adiknya."Jangan bilang lo …"Rama tidak melanjutkan kata-katanya yang menggantung. Cukup menatap wajah kakaknya saja."Hah, lo benar-benar sudah nggak waras!" sedikit komentar kecut penuh penekanan keluar dari mulut Rama."Gue cuma kasih dia sedikit pelajaran karena dia sudah mengganggu dan menyakiti Maya," balas Reno lagi dan mengalihkan wajahnya pada Maya.Maya menoleh saat namanya disebut lalu dia mencoba mencerna apa yang sedang dua lelaki itu bicara
"Kalo gitu, gue bawa Maya. Gue anggap, mulai hari ini, lo setuju dengan omongan gue. Dan mulai hari ini dia akan tidur di kamar gue. Jadi, lo nggak usah cemburu lagi."Perkataan Rama tegas, ia menarik tangan gadis itu."Oya, jangan lupa bilang Markus untuk urus surat perceraiannya. Setelah itu, gue mau nikah sama dia," Rama berkata penuh percaya diri meraih pinggang Maya untuk ikut bersamanya. "Ra–ma tunggu, ini serius?"Maya menghentikan langkah kaki Rama saat dia akan membawanya masuk ke kamar. "Serius sayang, memangnya aku main main sama kamu. Aku kan sudah bilang, aku serius melakukannya. Aku sudah ada disini dan akan menjagamu. Aku akan menepati janjiku. Aku nggak akan meninggalkan kamu lagi," jelas Rama. "Tapi, aku nggak mau disini. Ini dimana sih? Aku boleh pulang ke rumahku saja nggak?"Maya mencoba bernegosiasi, kalau memang Rama bisa melepaskan dirinya, dia akan benar-benar pergi. "Kamu kan tahu, aku nggak suka liat kamu tinggal di tempat seperti itu. Itu tempat jelek d
Maya dengan kuat menggigit bibir Reno dan tanpa sadar mendorong tubuhnya hingga dia tersungkur di samping ranjang."Ahh shh lebih cepat, aku mau sampai."Mungkin itu terdengar menyakitkan di hati Reno. Dia benar-benar melihat penolakan dari mata istrinya."Jangan sentuh aku, Mas Reno. Aku mohon. Kalau kau berani menyentuhku lagi, aku akan bunuh diri," ancam Maya.Sedetik kemudian kepala Maya ke belakang, tangannya meremas sprei saat Rama menghujamnya dengan kencang."Ughh ah!" lolongan panjang dari Rama dan Maya menandakan keduanya sudah sampai pada tahap pelepasan.Maya mengatur napasnya yang memburu, Rama dengan cepat menarik benda beruratnya dan menunjukkan di depan kakaknya."Dia, bukan Nadia, Ren. Dia, nggak akan pernah menerima diperlakukan kayak begitu. Lo salah kalau menilai wanita gue seperti itu," dengus Rama, dia memakai celananya dulu. Berjalan ke lemari dan mengambilkan baju untuk Maya."Pakai ini, Sayang. Kita hanya beristirahat sebentar," ucap Rama. Maya menurutinya dan
"Tolong jawab aku, sayang, apa kau baik-baik saja?" Kini tanpa ragu, tangan Rama menyentuh pipinya. Rama sedikit gusar karena Maya belum memberikan respon apapun.Jelas mereka berdua tahu kalau gadis itu sedang kebingungan. Tapi, mereka pun penasaran dengan sikap apa yang akan dipilih oleh gadis itu.Gadis dimana dia berstatus istri dari kakaknya dan dia tanpa sadar sudah memberikan hati untuk menjadi kekasih dari adik iparnya."A-aku, baik-baik saja, hanya masih sedikit pusing," jawaban itu mau tak mau keluar dari mulut Maya."Pusing? Di sebelah mananya, sayang? Katakan. Aku akan memijat kepalamu!"Sebelum Reno kalah start dari adiknya, dia sudah mencuri start lebih dulu mendekati Maya."Ti-tidak, aku tidak apa-apa, Mas Reno," jelas Reno mendengar kalau gadis itu menyebutkan namanya.Sesaat Reno tertegun dan kembali menarik tubuhnya. Bagaimanapun sekarang, dia tak boleh membuat bingung atau menekan perasaan gadis itu. Sepertinya yang James katakan, kondisi pemulihannya beresiko."Kau
"Kenapa? Kenapa lo diam? Apa yang gue bilang benar kan? Jadi, lo nggak usah sok perhatian dan bilang lo cinta sama dia deh. Lo tuh cuma manfaatin dia demi kepentingan lo.""Gue, nggak apa-apa. Apa yang lo inginkan bisa lo dapetin. Sebab dari dulu gue nggak minat dengan semua ini. Gue ingin bebas tanpa harus menyandang nama keluarga.""Dan, itu lo bisa ambil semua. Kita barter saja. Lo dapatkan semua, dan gue dapat apa yang gue mau. Gue cuma mau dia dan gue mau bawa dia pergi jauh dari sisi lo!"Terdengar dengan jelas dan tegas permintaan yang keluar dari mulut Rama. Itu bukan main-main. Rama tidak pernah seserius ini terhadap seorang wanita.Reno memang tahu, sejak dulu adiknya lebih senang membangun apapun tanpa nama besar keluarga. Bukan Reno tak sanggup melakukan itu, tapi dia pun sudah banyak ambil andil dalam kontribusi membuat nama perusahaan Baskoro semakin melambung."Nggak. Lo tau itu nggak mungkin. Gue nggak akan pernah melakukan itu. Dia, sudah gue pilih jadi istri gue, sel
"Ada apa, Markus?" Reno sedikit terkejut dan dalam kondisi marah pun ia masih melindungi kepala Maya dari benturan pada jok depan.Terlihat Markus melepas seatbelt dengan kasar dan akan membuka pintu kemudinya."Saya akan periksa dan pastikan, Tuan!" jawab Markus sigap dan segera membuka pintunya.Maya penasaran ingin melihat apa yang terjadi. "Kau tunggu disini, aku akan cek. Jangan kemana-mana," perintah Reno.Reno melirik seseorang turun dengan menggunakan hoodie berwarna hitam. Bagian kepala dan wajahnya pun tertutup dengan masker. Lalu, sepertinya ada yang tak beres karena orang itu tanpa ampun langsung menghajar Markus."Ti-tidak, Mas. Aku takut. Jangan tinggalkan aku disini sendiri," cegah Maya, menarik tangan Reno.Sial. Siapa orang itu? Untuk apa mobilnya menghadang mobilku. Batin Reno bergejolak, tangannya mengepal dengan kuat. Moodnya hari ini sedang benar-benar jelek.Pertengkaran kecilnya tadi dengan sang ayah sudah membuat kepala Reno terasa pecah. Rasanya sangat sulit
"Maya!" Sesaat langkah kaki Maya terhenti. Reno menyuruh pelayan untuk membawakan barang yang sudah dibeli istrinya."Ma-ma," ucap Maya menatap wanita dihadapannya. Wanita terlihat sibuk memberi perintah dan saat kedatangan Maya, dia hentikan kesibukannya."Ya ampun, kamu masih kaku aja. Kemari, sayang!" Mama Amel membentangkan kedua tangannya seperti burung dan Maya memberanikan diri melangkah maju.Namun, karena gemas mama Amel lebih dulu menghampiri dan memeluknya."Apa kabar, sayang. Kenapa baru main kesini? Apa si bodoh Reno mengurungmu, hah? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" ucap mama Amel lembut dengan dekapannya yang hangat membuat segala kecemasan dihati Maya menghilang."Aku baik-baik, saja, Ma," ucap Maya, sedikit meregangkan pelukan dan memberikan buket bunga yang dibawanya."Hmmm, cantik dan harum banget, kayak kamu. Mama bosan sendiri dirumah. Tidak ada anak perempuan, si bodoh Reno juga tidak peka. Tidak pernah membawamu kesini," lirik mama Amel.Maya melihat Reno s
Prang! Brukk! Rama tengah berada dalam pemeriksaan. Dia sudah diberikan obat penurun panas dan asupan makanan melalui selang infus. Jadi, tenaganya mulai pulih dengan membaik.Saat dia membuka mata dan menyadari tidak berada dalam sel, ini adalah kesempatan Rama untuk melarikan diri.Misi utama, Rama pergi dulu dari kurungan kakak Reno.Rama tahu, apa yang sedang dialaminya sekarang adalah ulah sang kakak.Bag! Bug! Rama memukuli saat dia berlari dan para penjaga menghalanginya. Tentu saja, mereka akan mudah dirobohkan asal kondisi Rama tidak dalam pengaruh obat bius yang kakaknya berikan.Aku harus kabur. Aku harus mencari cara keluar dari sini dan kembali ke apartemenku dulu. Semua barang dan uangku ada disana. Seluruh penjaga dibuat lumpuh oleh Rama. Untuk bela diri, Rama tidak kalah kuat dibandingkan kakaknya. Meski selama ini dia diam, tidak pernah menunjukkan dihadapkan kakaknya.Rama akan menggunakan bela dirinya disaat yang genting seperti ini.Rama berhasil membawa satu mobi