“Mas Reno, ahh shh uumm aku kan tidak memaksamu untuk membantu. Kenapa sekarang kau seperti ini, Mas,” Maya mencoba bernegosiasi barangkal ucapannya barusan bisa membuat hatinya tergerak.
Maya mulai hilang kendali saat sesuatu yang hangat bermain di dua bongkahan kenyal miliknya. Bergerak secara bergantian seperti seseorang yang sedang menikmati kenyotan. “Ahh umm shh, aku suka sekali Maya. Ini benar benar nikmat,” Reno menyahut dengan erangan saat dia menikmati dua bongkahan kenyal milik Maya. “Aku tahu, kamu memang tidak meminta bantuanku. Awalnya, aku memang hanya membutuhkan jasamu sebagai istri kontrakku saja. Meskipun kontrak, bawahanku membuatnya semua legal dan pesta tadi adalah resepsi kita, Maya. Jadi, terimalah kontraknya. Selama kau terikat kontrak denganku, kau juga punya kewajiban memberikanku kehangatan seperti ini. Tidak ada penolakan, kecuali kau sanggup mengembalikan uang jaminan yang kuberikan. Sebagai gantinya, kau harus membayarku lima kali lipat.” Reno memberikan tekanan yang tak mungkin gadis itu menolaknya. Kita lihat, apa kau masih mempertahankan ini semua? Atau kau akan menyerahkan dirimu sendiri padaku. Didalam kamusku, tidak ada yang bisa aku miliki. Maya hanya terdiam. Air matanya terus berlinang tanpa suara. Dia memalingkan wajahnya. “Karena ini yang pertama bagimu, aku akan melakukannya perlahan, uhm,” Maya masih saja terdiam. Kata kata Reno tadi cukup jelas untuknya. Sekalipun dia sekuat tenaga menolaknya, dia tidak akan bisa menghindari malam ini. “Tolong kamu tepati kata katamu, Mas. Biarkan aku pergi setelah ini. Aku tidak mau disini. Aku hanya ingin pulang.” Reno cukup terkejut dengan kata kata yang Maya lontarkan. Seumur hidup, tidak ada seorang wanita pun yang menolak pesonanya. Apalagi jika sudah dibagian ranjang, mereka akan dengan senang hati menyerahkan diri tanpa dia minta. Reno perlahan mendorong tubuh Maya. Membuatnya terbaring di ranjangnya. Sesaat Reno mengangum semua yang ada pada tubuh gadis kontraknya. Lalu tepat pada bagian bawah perut dengan cepat Reno merobek dan membuang kain penghalang itu. Sekarang tubuh Maya benar benar sudah polos dihadapannya. “Luar biasa sayang, ini benar benar indah dan umm shhh,” Reno mulai mendekatkan wajahnya. Mengendus bagian leher dan Reno melirik wajah Maya masih berpaling padanya. “Meski kamu tidak menyukainya, jangan pernah ragu untuk mengeluarkan suara indahmu sayang. Aku sangat suka saat namaku disebut. Lakukan dengan benar, kalau tidak jangan salahkan aku yang tidak akan melepaskanmu dengan mudah,” ancaman dari Reno berhasil membuat gadis yang sedang tidak ingin menatap wajahnya mengalihkan pandangan. “Aku tidak berbohong. Coba sendiri saja kalau kau tidak percaya.” Tatapan dingin dari Maya dibalas dengan lumatan kembali dibibirnya. Kali ini lumatannya tidak lembut lagi seperti tadi. Lumatannya menuntut dan penuh dengan hasrat. “Ump.” Maya mecengkram kedua lengan kekar itu dengan kuat saat dia merasakan sesuatu yang membakar dalam lumatan bibir Reno yang menuntut. “Hah hah hah,” jelas terdengar desahan nafas hangat Maya saat Reno melepaskan pagutannya. Maya sedang menghirup dalam dalam udaranya yang hilang beberapa saat lalu. “Aku sangat menyukai ini sejak awal pertemuan kita, sayang dan umm ternyata ini—mu juga lebih indah.” Reno mengangkat jarinya dari inti milik Maya. Sesaat tadi dia mainkan saat melumat bibir gadis itu. “Hmm, rasanya ternyata seperti ini. Nikmat dan aku ingin menikmatinya lebih banyak lagi,” gadis itu terkejut dan membekap mulutnya sendiri saat dia melihat Reno menjilat ujung jarinya dengan cairan bening yang keluar dari sana. Pantas saja semua orang akan ketagihan menikmati ini. Aku pun sama. Ini yang pertama kali aku mencicipinya. Tidak berbau dan benar benar membuat nagis. Bagaimana dengan cairan kentalnya nanti ya,mmm, aku tidak sabar ingin mengisap dan menelan semuanya. Kini kepala Reno mulai menuruni perut. Maya bahkan tidak sadar kalau Reno pun sudah polos tanpa sehelai benangpun. Entah kapan dia melepaskan celana boxernya. Reno mendorong kepalanya masuk kesana dan melebarkan kedua selangkangan milik Maya. “Arggh umm shh hah hah hah!” Maya terkejut. Kedua matanya membulat dengan lebar. Tangan sudah meremas seprei dan tanpa sadar dia sudah mengigit bibirnya saat merasakan gerakan Reno didalam intinya. Tubuhnya mengejang. Melenjing dan tak memerlukan waktu lama, Reno sudah merasakan cairan yang diinginkannya keluar perlahan. Hangat menyentuh bibirnya dan tanpa ragu Reno mengisapnya sampai habis. “Ternyata ini benar benar nikmat sayang, kamu yang pertama dan aku sangat menyukai ini.” Blashh tanpa ampun lagi Reno sudah memasukkan keperkasaannya ke dalam inti Maya. “Arrgghh sa—sa—sakit!” jerit Maya. Nafasnya tertahan. Dia merasakan sesuatu yang keras merobek intinya dengan paksa. Air matanya berlinang di pipi. Dia tahu, mahkota yang dijaganya selama dua puluh tahun ini sudah lenyap diambil oleh lelaki tampan dan bertubuh besar yang kini sedang berada diatas tubuhnya. “Ma—maaf, tapi ini tidak akan lama, bersabar sedikit lagi ya!” entah kenapa saat melihat Maya meneteskan air mata, hati Reno merasa bersalah. Dia tak pernah merasakan ini sebelumnya pada wanita manapun yang digagahinya. Dan hampir semua wanita yang digagahinya bersama Rama, rata rata sudah tidak ada yang bersegel seperti Maya. Sepantasnya Reno dan Rama tidak akan merasakan bersalah karena merenggut kehormatan mereka secara paksa. Maya hanya mengangguk pelan. Dia mengerti. Dan mencoba mengatur nafasnya, baginya kalau pun dia berontak tetap sia sia. Maya merelakan semua seperti apa yang dikatakan Reno sebelumnya. Berkorban sedikit untuk kesembuhan ibunya. “Ah—sstt sh sh ahh— to—long pelan sedikit.” Maya memejamkan matanya saat merasakan benda tumpul tadi ditarik perlahan oleh Reno dan dimasukan kembali perlahan. “Umm shh ah,” Maya mengeratkan giginya saat gesekan perih dan nyeri mulai bergerak pada otot ototnya. Kembali Reno mengentakkannya dengan kuat beberapa kali hingga dia merasakan keperkasaannya itu benar benar ditelan hingga mentok oleh inti milik Maya. “Ahh senikmat ini umm sempit, menjepit dan benar benar gila. Umm ini enak banget sayang, umm!” Reno mulai menaikan ritme gerakannya hingga dia merasakan sesuatu yang hangat berwarna merah mengalir di urat urat keperkasaannya. Reno menariknya keluar dan membiarkan warna merah ini membasahi seprei putihnya. Aku tidak akan melepaskanmu, Maya. Percayalah, kau akan kujadikan langganan penghangat ranjangku. Aku sangat menyukai ini. Ini sangat berbeda dari yang lainnya. Karena kau adalah yang gadis pertama yang kugagahi sampai keperawananmu hilang bersamaku. Kembali Reno memasukkannya kembali. Dia masih melihat reaksi Maya memalingakan wajah pasrah dengan kedua matanya terpejam. Benar benar menggemaskan. Dia pasrah seperti ini saja sudah berhasil menggodaku, apalagi dia bersikap liar seperti Nadia. “Umm ahh ahh shh,” kini Reno dapat merasakan ritme nafas Maya tak seperti diawal. Gadis itu sedang menikmati semua hentakan diatas tubuhnya. “Buka matamu sayang, lihatlah aku dan rasakan semuanya,” perlahan Maya memalingkan wajahnya dan membuka matanya. Meski takut dan ragu, akhirnya dia bisa melihat dengan jelas wajah laki—laki tampan yang sedang bergerak perlahan diatas tubuhnya. “Rasakan sayang umm dan sebut namaku kalau kau menyukainya,” ingin rasanya Maya menolak perasaan itu, tapi semakin dia menolaknya, tubuh Maya berkata lain. Dia merasakan semua deru nafasnya yang makin cepat, desirannya makin memuncak dan …. “Ahh shh umm Reno ahh shh terus Ren ahh shh itu enak sekali,” akhirnya lolos juga kata kata yang memang diinginkan oleh Reno. “Gadis pintar ya begitu shh sebut namaku ahh shh umm!” lengguhan panjang dari Reno kian menjadi apalagi tubuh Maya tidak memberikan penolakan lagi. Hingga, “ah Maya aku mau sampai aghh!” hujaman Reno makin cepat dan tanpa dia sadar mengeluarkan cairannya didalam sana. Maya pun tak lama menyusul dan mengejang hebat. Pertama kali dia merasakan pelepasannya bersama orang yang dikenalnya siang tadi. Tubuh Reno roboh diatas tubuh Maya. Ini pertama kalinya Reno berkerja sangat keras. Dan dibalik pintu, ada yang tidak pergi. Dia mendengarkan semua desahan dan erangan yang Maya keluarkan. Sabar Rama, sebentar lagi kamu juga pasti akan merasakan apa yang sedang Reno rasakan sekarang. Rama mengelus halus sesuatu yang terus minta dikeluarkan dari balik celananya.Maya membuka matanya perlahan. Dia sekarang sedang berada berbagi selimut tanpa mengenakan sehelai benang pun. Diliriknya perlahan, wajah tampan dan bersinar. Sedang tertidur pulas seperti bayi. Alis hitam dan tebalnya menjadi ciri si kedua kembar yang tegas.Mata yang indah, bulu matanya lebat dan panjang. Lalu hidung mancung dan Maya memberanikan dirinya untuk menyentuh pipi Reno. Perlahan tanpa suara. Sudah pasti ini dikatakan sebagai malaikat tampan, tapi saat dia mengingat keberingasannya tadi malam, Maya ikut bergidik ngeri kembali.Perlahan dia ingin menyentuh wajahnya, namun tangannya sedetik kemudian dia tarik. Dia mengurungkan niat itu. Yang ada dia menarik perlahan selimut yang menutupi tubuhnya.Dia ingin segera beranjak dari ranjang yang telah merenggut mahkotanya. Baginya sudah cukup perasaaan tertekannya. Meskipun Maya tidak munafik dalam ketidakberdayaannya semalam, tubuhnya pun tidak menolak.Maya ingin mencari pakaian gantinya, tapi kembali dia bingung dimana dia ak
Maya melirik perlahan suami kontraknya yang sedang berbicara dengan serius pada orang tadi.“Ehem,” Rama berdehem, mencoba mengalihkan pandangan Maya agar melihat ke arahnya. Spontan karena terkejut Maya memalingkan wajahnya dan melanjutkan makannya tanpa menoleh ke arah Rama.“Jadi bagaimana rasanya … Kakak Ipar? Apa malam pertama kau sangat menikmatinya?” Plas! Uhuk! Maya tersedak saat mendapatkan pertanyaan yang ambigu dari adik iparnya. Wajahnya seperti udang rebus. Malu. Dan dia segera menyambar air minumnya.“Kenapa? Apa kakakku tidak bisa memuaskanmu?” cercanya lagi. Maya sekarang benar benar mengalihkan pandangannya pada Rama.Wajah Rama ketus dan masam. Memicing seperti seorang polisi yang sedang menyiduk pencuri. Ekor matanya tidak melepaskan pandangannya dari Maya. Mungkin yang terbersit dipikiran Maya, Rama gak terlalu menyukainya.“Ini barang milikmu,” Maya mengkrejabkan mata, saat mendengar Reno meletakkan paper bag di hadapannya.Maya memeriksanya. Tas, ponsel dan se
Reno melipat kedua tangannya dengan kesal. Tiga puluh menit tadi dia sudah berhasil menggagahi tubuh Maya, tapi tetap saja, meski saat ini Maya sudah mengenakan kemejanya lagi. Reno tetap berhasrat melakukannya lagi dan lagi. Seolah dia tidak akan pernah bosan jika melakukannya dengan Maya.Dengan Nadia yang terlihat seksi dan menggairahkan. Bahkan lebih liar saat bercinta dengannya pun. Reno merasa tidak bisa membandingkan saat dia bercinta dengan Maya.Dia sedang kesal karena Maya membaca setiap lembar kontrak yang akan dia tanda tangani. Padahal Reno berpikir, Maya akan langsung menanda tanganinya.Sial. Rupanya dia tipe gadis yang teliti. Mungkin jika kemarin siang dia gak terpaksa dengan kondisi gawat ibunya yang memerlukan perawatan. Aku yakin dia akan langsung menolakku.“Mas, kok ini masa kontraknya gak dituliskan sih? Lalu apa maksudnya aku harus tinggal dengan Mas selama masa kontrak. Trus apa lagi ini, aku harus melaporkan semua kegiatanku? Memutuskan hubunganku dengan paca
“Selamat pagi, Tuan Rama,” sapa seorang gadis berkacamata disebalah ruangan kerja yang bertuliskan Rama Baskoro.Gadis itu berdiri dari balik meja sambil membungkuk memberi hormat pada Rama.“Um.” Jawab Rama, tapi, “Ada apa?” Rama baru akan melangkah, dia melirik kembali gadis tadi. Dia terlihat gelisah.“Nona Nadia sudah menunggu anda satu jam, Tuan. Saya sudah mencoba melarangnya masuk, tapi beliau bilang sudah janji dengan, Tuan," ucapnya seperti dia takut kena marah."Ok, Evi, tidak masalah. Tolong buatkan aku kopi susu dan antar ke ruanganku," terlihat Evi cukup terkejut dengan jawaban Rama. Biasanya Rama tidak suka dengan hal itu. Apalagi kalau Nadia yang memaksa masuk seperti itu, evi, si sekretaris Rama pasti akan kena caci maki."Ba-baik, Tuan, akan saya buatkan segera." Evi tak memerlukan waktu lama, saat Rama membuka ruangannya, dia bergegas pergi membuat apa yang disuruhnya."Hah, kau gila. Aku sudah menunggumu sejak tadi. Ini sudah jam berapa? Jangan bilang kalau kalian
“Mas Reno, antar sampai disini saja!”Maya berkata setelah mobil Reno sampai gerbang rumah sakit.“Ada apa? Apa kamu tidak ingin mengajakku masuk dan memperkenalkan aku pada ibumu?” dengus Reno sedikit kesal secara tidak langsung dia diusir oleh Maya—istri kontraknya.“Aku hanya menjenguk sebentar, Mas. Bukannya Mas Reno bilang, aku harus menyelesaikan urusan pekerjaanku. “Maya berkata sedikit ragu, menarik wajahnya perlahan, dia tidak ingin membuat Reno marah padanya atau memberikan laki-laki itu kesempatan untik menjamah tubuhnya.Hari ini sudah terasa cukup melelahkan bagi Maya. Dia meski belum terbiasa pun harus bersikap seperti wanita murahan kalau dihadapan Reno.“Hah, baiklah. Aku lepaskan kali ini. Cepat selesaikan pekerjaannya dan aku ingin hari ini kau keluar dari pekerjaanmu, mengerti?”Maya mengangguk cepat dan tidak ingin membahas apapun lagi.“Dan kalau bisa, jangan sampai menunggu dua bulan untuk memutuskan pacarmu itu. Aku tidak suka istriku berdekatan dengan laki-lak
Pintu ruangan Bram dibuka, Maya mendengar dia bersiul memasuki ruangan."Ya ampun, Maya, bikin kaget saja. Aku pikir siapa? Ehm, kamu gak apa-apa kan sayang? Kok kamu gada kabar dari kemarin?"Jelas Maya melihat kepura-puraan Bram. Dia masih tidak mengira akan mendapatkan hal seperti tadi. Maya bahkan sudah menunggu Bram lebih dari setengah jam di ruangannya.Bram mencoba mendekati Maya, namun Maya menghindar. Baginya sudah cukup tontonan tadi menjawab semua. Dia ternyata salah menilai, dia pikir Bram laki-laki baik dan sempurna. Dia akan tulus pada Maya. Ternyata semua salah."Tapi, aku gak lihat kamu menelpon atau mengirimkan pesan padaku, Mas? Benarkah kamu mencari aku?"Maya memicingkan matanya, dia ingin mendengar jawaban dari laki-laki yang selama dua tahun ini dia cintai."Ah, soal itu, emmm, aku sibuk. Aku ... kamu pasti tahu kan, ini sudah mau akhir bulan dan harus melakukan stok barang," jelas sekali di telinga Maya, Bram sedang mencari alasan."Sibuk? Stok barang? Maksud ka
"Maya, tunggu. Jangan pergi!” Bram mengejar Maya, tepat saat Maya akan turun dia berpapasan dengan Lita. Wajah Lita terlihat berseri dan Maya jelas melihat dileher Lita, bekas tanda merah itu terlihat jelas.Bram mendadak kikuk. Jika dihadapkan dengan posisinya, dia akan merasa bingung. Dia menginginkan Maya menjadi istri karena kedua orang tuanya menyukai Maya. Sedih dengan Lita, kebutuhan biologis Bram tanpa diminta pun Lita akan selalu memberikannya sinyal.Padahal jika Bram berpikir jernih, cepat atau lambat nanti pun dia akan bisa merasakan dan mendapatkan semua dari Maya. Tapi, yang namanya kucing garong, mana dia menolak meski dikasih tulang ikan.Maya hanya sesaat saja bertatapan, lalu menghindari tatapannya. Bergegas turun dan Bram masih mengejarnya."Maya, tunggu! Kita bicara baik baik dulu. Tolong, jangan pergi, Maya!"Bram berhasil meraih tangan Maya, diluar toko Maya dicegah pergi oleh Bram. Tapi, sedetik kemudian Maya terkejut saat melihat seorang pria yang sedang meloto
“Huhuhu, jangan sentuh aku, Rama, lepaskan aku, huhuhu!” Maya terus berontak dan menjerit. Rama sedang berusaha menenangkan Maya dalam pelukan. Memeluk Maya dan mengusap rambutnya.“Tenang dulu, dengarkan aku, tenang Maya. Tolong dengarkan aku dulu!” Maya terus memukuli dada Rama. Menangis sekencangnya. Saat ini hatinya seperti terbakar. Panas dan terasa menyakitkan.“Tega kamu, Rama. Kenapa kamu lakukan itu denganku. Apa salahku, kenapa kamu tega melakukan ini padaku. Aku ini istri kakakmu, Rama. Tega kamu!”Maya tidak ingin mendengar penjelasan apapun dari Rama. Disentuh oleh Reno saja, Maya sudah merasa seperti wanita murahan. Belum lagi permintaan Reno yang aneh-aneh agar dia bisa mengeksplor diri jika sedang bercinta dengan Reno. Kini, dia, tubuhnya malah digagahi oleh adik ipar yang berwajah sama dengan suami kontraknya.Maya masih belum mengetahui perbedaan keduanya. Masih terlalu identik. Suara, wajah, bentuk tubuh, semuanya terlihat mirip dengan Reno, suami kontraknya.“Tolo
Reno berjalan menyusuri tempat dimana dia mengurung Nadia. Dia akan mengecek bagaimana kondisi Nadia saat ini. Meski hatinya sedih pada akhirnya dia harus mencoba merelakan wanita yang sangat dicintainya. Reno benar-benar tidak ingin membuat Maya dalam kondisi bingung seperti kemarin. Ia ingin mencoba berjuang keluar dari lingkaran yang sudah direncanakan secara sengaja olehnya. "Yah, setidaknya, ini hutang gue sama lo, Rama. Gue akan mengalah dan gue akan belajar mencoba menerima Nadia. Meski sulit, gue akan tetap mencobanya, Rama. Gue ingin, kita sama-sama mendapatkan pasangan yang lebih baik," gumam Reno sendiri sebelum dia benar-benar memasuki lorong dengan suasana remang dan tangga baru yang menuju sel dimana Nadia di kurung. Perlahan Reno menuruni tangga berbatu itu. Tidak seperti sebelumnya yang penuh dengan emosi saat akan bertemu dengan Nadia. Sekarang Reno sedikit tenang dengan hatinya yang mantap untuk berbicara dengan Nadia. Reno membuka selnya. Aroma menyengat dan tak
"Baik, Tuan. Saya akan menjalankan semua yang Anda katakan," jawab Markus yang akan pergi."Urus perceraian saja dulu. Aku akan melihatnya kesana," ucap Reno.Reno sudah memutuskan untuk memberikan Nadia kesempatan dan dia akan melihat kondisinya sekarang. Kemudian Reno melangkah pergi dan saat itu berpapasan dengan Maya dan Rama.Reno melihat wanita yang dicintainya itu keluar dengan kemeja milik Rama."Mau kemana?" Rama bertanya saat melihat wajah kakaknya gusar."Gue mau ke danau belakangan," jawab Reno seolah memberikan kode pada adiknya."Jangan bilang lo …"Rama tidak melanjutkan kata-katanya yang menggantung. Cukup menatap wajah kakaknya saja."Hah, lo benar-benar sudah nggak waras!" sedikit komentar kecut penuh penekanan keluar dari mulut Rama."Gue cuma kasih dia sedikit pelajaran karena dia sudah mengganggu dan menyakiti Maya," balas Reno lagi dan mengalihkan wajahnya pada Maya.Maya menoleh saat namanya disebut lalu dia mencoba mencerna apa yang sedang dua lelaki itu bicara
"Kalo gitu, gue bawa Maya. Gue anggap, mulai hari ini, lo setuju dengan omongan gue. Dan mulai hari ini dia akan tidur di kamar gue. Jadi, lo nggak usah cemburu lagi."Perkataan Rama tegas, ia menarik tangan gadis itu."Oya, jangan lupa bilang Markus untuk urus surat perceraiannya. Setelah itu, gue mau nikah sama dia," Rama berkata penuh percaya diri meraih pinggang Maya untuk ikut bersamanya. "Ra–ma tunggu, ini serius?"Maya menghentikan langkah kaki Rama saat dia akan membawanya masuk ke kamar. "Serius sayang, memangnya aku main main sama kamu. Aku kan sudah bilang, aku serius melakukannya. Aku sudah ada disini dan akan menjagamu. Aku akan menepati janjiku. Aku nggak akan meninggalkan kamu lagi," jelas Rama. "Tapi, aku nggak mau disini. Ini dimana sih? Aku boleh pulang ke rumahku saja nggak?"Maya mencoba bernegosiasi, kalau memang Rama bisa melepaskan dirinya, dia akan benar-benar pergi. "Kamu kan tahu, aku nggak suka liat kamu tinggal di tempat seperti itu. Itu tempat jelek d
Maya dengan kuat menggigit bibir Reno dan tanpa sadar mendorong tubuhnya hingga dia tersungkur di samping ranjang."Ahh shh lebih cepat, aku mau sampai."Mungkin itu terdengar menyakitkan di hati Reno. Dia benar-benar melihat penolakan dari mata istrinya."Jangan sentuh aku, Mas Reno. Aku mohon. Kalau kau berani menyentuhku lagi, aku akan bunuh diri," ancam Maya.Sedetik kemudian kepala Maya ke belakang, tangannya meremas sprei saat Rama menghujamnya dengan kencang."Ughh ah!" lolongan panjang dari Rama dan Maya menandakan keduanya sudah sampai pada tahap pelepasan.Maya mengatur napasnya yang memburu, Rama dengan cepat menarik benda beruratnya dan menunjukkan di depan kakaknya."Dia, bukan Nadia, Ren. Dia, nggak akan pernah menerima diperlakukan kayak begitu. Lo salah kalau menilai wanita gue seperti itu," dengus Rama, dia memakai celananya dulu. Berjalan ke lemari dan mengambilkan baju untuk Maya."Pakai ini, Sayang. Kita hanya beristirahat sebentar," ucap Rama. Maya menurutinya dan
"Tolong jawab aku, sayang, apa kau baik-baik saja?" Kini tanpa ragu, tangan Rama menyentuh pipinya. Rama sedikit gusar karena Maya belum memberikan respon apapun.Jelas mereka berdua tahu kalau gadis itu sedang kebingungan. Tapi, mereka pun penasaran dengan sikap apa yang akan dipilih oleh gadis itu.Gadis dimana dia berstatus istri dari kakaknya dan dia tanpa sadar sudah memberikan hati untuk menjadi kekasih dari adik iparnya."A-aku, baik-baik saja, hanya masih sedikit pusing," jawaban itu mau tak mau keluar dari mulut Maya."Pusing? Di sebelah mananya, sayang? Katakan. Aku akan memijat kepalamu!"Sebelum Reno kalah start dari adiknya, dia sudah mencuri start lebih dulu mendekati Maya."Ti-tidak, aku tidak apa-apa, Mas Reno," jelas Reno mendengar kalau gadis itu menyebutkan namanya.Sesaat Reno tertegun dan kembali menarik tubuhnya. Bagaimanapun sekarang, dia tak boleh membuat bingung atau menekan perasaan gadis itu. Sepertinya yang James katakan, kondisi pemulihannya beresiko."Kau
"Kenapa? Kenapa lo diam? Apa yang gue bilang benar kan? Jadi, lo nggak usah sok perhatian dan bilang lo cinta sama dia deh. Lo tuh cuma manfaatin dia demi kepentingan lo.""Gue, nggak apa-apa. Apa yang lo inginkan bisa lo dapetin. Sebab dari dulu gue nggak minat dengan semua ini. Gue ingin bebas tanpa harus menyandang nama keluarga.""Dan, itu lo bisa ambil semua. Kita barter saja. Lo dapatkan semua, dan gue dapat apa yang gue mau. Gue cuma mau dia dan gue mau bawa dia pergi jauh dari sisi lo!"Terdengar dengan jelas dan tegas permintaan yang keluar dari mulut Rama. Itu bukan main-main. Rama tidak pernah seserius ini terhadap seorang wanita.Reno memang tahu, sejak dulu adiknya lebih senang membangun apapun tanpa nama besar keluarga. Bukan Reno tak sanggup melakukan itu, tapi dia pun sudah banyak ambil andil dalam kontribusi membuat nama perusahaan Baskoro semakin melambung."Nggak. Lo tau itu nggak mungkin. Gue nggak akan pernah melakukan itu. Dia, sudah gue pilih jadi istri gue, sel
"Ada apa, Markus?" Reno sedikit terkejut dan dalam kondisi marah pun ia masih melindungi kepala Maya dari benturan pada jok depan.Terlihat Markus melepas seatbelt dengan kasar dan akan membuka pintu kemudinya."Saya akan periksa dan pastikan, Tuan!" jawab Markus sigap dan segera membuka pintunya.Maya penasaran ingin melihat apa yang terjadi. "Kau tunggu disini, aku akan cek. Jangan kemana-mana," perintah Reno.Reno melirik seseorang turun dengan menggunakan hoodie berwarna hitam. Bagian kepala dan wajahnya pun tertutup dengan masker. Lalu, sepertinya ada yang tak beres karena orang itu tanpa ampun langsung menghajar Markus."Ti-tidak, Mas. Aku takut. Jangan tinggalkan aku disini sendiri," cegah Maya, menarik tangan Reno.Sial. Siapa orang itu? Untuk apa mobilnya menghadang mobilku. Batin Reno bergejolak, tangannya mengepal dengan kuat. Moodnya hari ini sedang benar-benar jelek.Pertengkaran kecilnya tadi dengan sang ayah sudah membuat kepala Reno terasa pecah. Rasanya sangat sulit
"Maya!" Sesaat langkah kaki Maya terhenti. Reno menyuruh pelayan untuk membawakan barang yang sudah dibeli istrinya."Ma-ma," ucap Maya menatap wanita dihadapannya. Wanita terlihat sibuk memberi perintah dan saat kedatangan Maya, dia hentikan kesibukannya."Ya ampun, kamu masih kaku aja. Kemari, sayang!" Mama Amel membentangkan kedua tangannya seperti burung dan Maya memberanikan diri melangkah maju.Namun, karena gemas mama Amel lebih dulu menghampiri dan memeluknya."Apa kabar, sayang. Kenapa baru main kesini? Apa si bodoh Reno mengurungmu, hah? Apa dia memperlakukanmu dengan baik?" ucap mama Amel lembut dengan dekapannya yang hangat membuat segala kecemasan dihati Maya menghilang."Aku baik-baik, saja, Ma," ucap Maya, sedikit meregangkan pelukan dan memberikan buket bunga yang dibawanya."Hmmm, cantik dan harum banget, kayak kamu. Mama bosan sendiri dirumah. Tidak ada anak perempuan, si bodoh Reno juga tidak peka. Tidak pernah membawamu kesini," lirik mama Amel.Maya melihat Reno s
Prang! Brukk! Rama tengah berada dalam pemeriksaan. Dia sudah diberikan obat penurun panas dan asupan makanan melalui selang infus. Jadi, tenaganya mulai pulih dengan membaik.Saat dia membuka mata dan menyadari tidak berada dalam sel, ini adalah kesempatan Rama untuk melarikan diri.Misi utama, Rama pergi dulu dari kurungan kakak Reno.Rama tahu, apa yang sedang dialaminya sekarang adalah ulah sang kakak.Bag! Bug! Rama memukuli saat dia berlari dan para penjaga menghalanginya. Tentu saja, mereka akan mudah dirobohkan asal kondisi Rama tidak dalam pengaruh obat bius yang kakaknya berikan.Aku harus kabur. Aku harus mencari cara keluar dari sini dan kembali ke apartemenku dulu. Semua barang dan uangku ada disana. Seluruh penjaga dibuat lumpuh oleh Rama. Untuk bela diri, Rama tidak kalah kuat dibandingkan kakaknya. Meski selama ini dia diam, tidak pernah menunjukkan dihadapkan kakaknya.Rama akan menggunakan bela dirinya disaat yang genting seperti ini.Rama berhasil membawa satu mobi