Malam sudah merambat naik. Angin yang berhembus juga terasa menusuk kulit namun suasana tenang dan sunyi yang ditawarkan pulau terpencil yang ada di sumbawa ini membuat siapapun masih ingin berdiam sejenak menikmati suara alam dan deburan ombak yang menjadi satu. Apalagi bagi Amanda dan Arvan menemukan tempat setenang ini di jakarta sangat sulit. Suara binatang malam yang berasal dari hutan alam yang ada di belakang mereka dan deburan ombak di depan mereka seakan saling memanggil.Suasana makan malam yang ditawarkan pihak hotel malam ini adalah barbeque. Suasana santai dan bersahabat mulai tercipta di antara pengunjung hotel. Hanya ada sekitar 10-12 orang yang menjadi tamu hotel itu.Resort ini sangat mengutamakan pelayanan. Pelayanan yang diberikan pihak resort sangat spesial dan detail. Pelayanan yang mendetail itu membuat tamu merasa dihargai dan diperhatikan. Pihak resort bahkan tidak keberatan bila tamunya menginginkan makanan yang berbeda dari daftar menu selama chef mereka mamp
Arvan menatap Amanda yang masih tertidur pulas. Hari masih sangat pagi dan udara di luar juga cukup dingin. Bahkan matahari masih belum menampakkan sinarnya namun Arvan sudah terlihat rapi dengan baju kaos dan celana kargo pendeknya.Ditatapnya Amanda yang masih pulas dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Arvan mengingat percakapan mereka semalam. Banyak hal yang mereka bicarakan sebelum mereka tidur. Arvan tersenyum mengingat untuk pertama kalinya pembicaraan santai dan terbuka seperti semalam terjadi diantara mereka. Arvan berharap di kemudian hari hal itu akan menjadi rutinitas mereka sebelum tidur."Maafkan aku, sayang," ucap Arvan sambil merapikan selimut yang menutupi tubuh Amanda.Dibelainya rambut istrinya dengan sangat pelan."Aku mohon jangan marah, aku sungguh minta maaf," ucap Arvan lalu mengecup kening Amanda.Tidak beberapa lama Arvan keluar dari tenda penginapannya dengan pelan-pelan agar Amanda tidak menyadari kepergiannya.***Arvan berdiri menatap air terjun
Menjelang pukul 11 siang rombongan Arvan kembali ke tenda penginapan setelah puas menikmati sejuk dan indahnya pemandangan yang disuguhkan air terjun Mata Jitu. Rombongan ini memutuskan kembali ke penginapan dan beristirahat sejenak sebelum nanti mereka kembali akan menjelajah lautan untuk melakukan snorkeling. Arvan kembali ke tendanya dengan perasaan gugup. Entah alasan apa yang akan dia utarakan pada Amanda. Mengatakan kalau dia menikmati air terjun tanpa dirinya? Istrinya pasti akan memusuhinya. Arvan masuk kamar dan tidak melihat Amanda. Namun dia mendengar suara air dari kamar mandi.Tidak beberapa lama, Amanda keluar dan melihat Arvan dengan tatapan penuh curiga. Sedangkan Arvan menatap Amanda penuh senyuman."Dari mana?" Tanya Amanda curiga."Kamu baru selesai mandi? Tidak seperti biasanya," ucap Arvan heran karena kebiasaan Amanda yang selalu bangun pagi. Tapi hari ini, dia bahkan telat mandi."Mas Arvan kemana? Kenapa tidak membangunkanku," ucap Amanda.Dia juga heran. Baga
Kali ini Arvan cukup menyesali keputusannya memperlihatkan pemandangan di sekitar Air Terjun Mata Jitu yang diambilnya dalam tanggapan kamera ponsel kepada Amanda karena istrinya kali ini merajuk bahkan tidak ingin berbicara dengannya. Bukannya marah Arvan merasa gemas dengan sikap Amanda saat merajuk Namun juga tidak bisa melakukan apapun. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah Arvan, Amanda yang bersikeras ingin melihat pemandangan disana. Tapi setelah melihatnya, wajah Amanda semakin terlihat kesal bahkan tidak ingin mengajak Arvan bicara. Bahkan ketika mereka berada di tengah laut sekalipun, Amanda berusaha menghindar menatap Arvan. Dia akan membalikkan badannya membelakangi Arvan, tapi hal itu justru dimanfaatkan Arvan untuk memeluk istrinya dari belakang bahkan tanpa malu mencium pundak Amanda. Saat amanda mendelik padanya, Arvan hanya akan membalasnya dengan tersenyum lebar membuat Amanda semakin kesal. Jika mereka sedang terlibat perang dingin namun dimata tamu lain mereka terliha
Arvan dan Amanda duduk santai di beranda depan tenda mereka. Terdapat 2 kursi kayu yang disediakan di setiap tenda. Selepas makan malam bersama mereka memilih kembali ke tenda dan berakhir dengan duduk di depan tenda mereka. Mereka memilih menikmati malam terakhir di pulau ‘private’ mereka sambil menatap langit yang penuh dengan bintang. Langit terlihat bercahaya dengan sempurna karena ada jutaan bintang yang menghiasinya. Arvan menyelimuti Amanda dengan selimut yang cukup tebal karena khawatir istrinya akan masuk angin mengingat mereka juga tiba disana setelah menjelajah lautan saat menjelang malam.“Aku tidak akan melupakan tempat ini,” ucap Arvan memecahkan keheningan.Amanda yang duduk di kursi lain mengangguk menyetujui ucapan Arvan. Yah. Tempat ini memang tidak akan terlupakan. Suasananya yang tenang, kondisi alamnya yang masih alami dan pelayanan yang mereka terima selama di resort semuanya sangat memuaskan. Selain itu, Amanda merasa hubungannya dengan Arvan jauh lebih baik se
Minggu pagi, Arvan dan Amanda masih terlihat dengan pakaian rumahannya dan sedang malas beraktivitas diluar rumah. Arvan dengan santai selonjoran di sofa dan Amanda yang masih berada di kamar setelah selesai mandi.Syukurlah hari masih weekend jadi mereka masih memiliki waktu beristirahat setelah sampai jakarta kemarin pagi. Rasanya tubuh mereka baru merasakan lelah. Padahal selama liburan kemarin baik Amanda ataupun Arvan sama sekali tidak merasakan kelelahan. Sepertinya tubuh mereka masih menginginkan liburan karena sangat berdampak positif bagi tubuh dan pikiran mereka. Amanda keluar dari kamar dan langsung menuju dapur. memeriksa lemari pendingin melihat bahan makanan yang mungkin masih bisa dipakai setelah ditinggalkan selama satu minggu. Sambil menghela nafasnya Amanda menutup kembali lemari pendingin menyadari tidak banyak yang bisa dimasak karena sayur yang disimpan sudah terlihat layu. Sepertinya dia memiliki pekerjaan baru membersihkan lemari pendingin dan mengisinya dengan
“Saya ingin bicara, pak,” ucap Siska begitu masuk ke dalam ruang kerja Arvan.Arvan tidak bisa mengelak karena wanita itu langsung menutup pintu ruangan. dan berjalan mendekati Arvan. Arvan menghela nafasnya. Rencananya membuat Siska sibuk seharian ini ternyata tidak menyurutkan niat wanita itu menemuinya secara pribadi.“katakan saja Siska,” ucap Arvan berusaha tidak menggubris kehadiran sekretarisnya dengan tetap berkonsentrasi pada layar laptopnya.“Kenapa bapak tidak memberitahukan saya mengenai perubahan jadwal keluar kota bapak kemarin? Banyak pertemuan dengan klien yang harus saya ubah pak,” ucap Siska dengan sedikit emosi.Arvan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Bukankah sudah aku beritahu bahwa Johan akan menghandle semuanya," ucap Arvan lagi."Tapi sebelumnya bapak mengatakan hanya pergi selama dua hari, bukan satu minggu," ucap Siska kesal.“Perubahan rencana, Siska. Tapi semuanya bisa teratasi bukan?” ucap Arvan santai.Siska semakin kesal melihat Arvan yang terlihat
“Hai,, cantik,, boleh aku menggendongmu,” ucap Arvan di depan ranjang bayi. Tangan Arvan langsung di tepis. dan ketika Arvan berbalik, terlihat Johan yang sudah memandangnya dengan galak. “hati-hati bila ingin menyentuhnya,” ucap Johan galak. “dasar… Aku bahkan belum menyentuhnya sedikitpun,” ucap Arvan kesal. “sebaiknya jangan. Nanti kamu bisa membawa pengaruh buruk untuk putriku,” balas Johan dengan senyum mengejek. “Sialan.., kamu kira aku kuman,” ucap Arvan sambil melilitkan tangannya ke leher Johan. Jika Johan mengajaknya berkelahi, Arvan sangat siap. Dia sudah berniat membanting Johan dengan tenaga penuh. “Sudahlah,, kalian ini seperti anak kecil saja,” ucap Tasya dari ranjang pasien sambil menggelengkan kepala memperhatikan tingkah dua pria berumur yang seperti anak kecil yang sedang memperebutkan mainan. “aku ingin melindungi putri kita sayang,” ucap Johan melakukan pembelaan. “dimana Amanda, Aku tidak melihatnya,” ucap Tasya yang memilih tidak menghiraukan suaminya. Jo