Minggu pagi, Arvan dan Amanda masih terlihat dengan pakaian rumahannya dan sedang malas beraktivitas diluar rumah. Arvan dengan santai selonjoran di sofa dan Amanda yang masih berada di kamar setelah selesai mandi.Syukurlah hari masih weekend jadi mereka masih memiliki waktu beristirahat setelah sampai jakarta kemarin pagi. Rasanya tubuh mereka baru merasakan lelah. Padahal selama liburan kemarin baik Amanda ataupun Arvan sama sekali tidak merasakan kelelahan. Sepertinya tubuh mereka masih menginginkan liburan karena sangat berdampak positif bagi tubuh dan pikiran mereka. Amanda keluar dari kamar dan langsung menuju dapur. memeriksa lemari pendingin melihat bahan makanan yang mungkin masih bisa dipakai setelah ditinggalkan selama satu minggu. Sambil menghela nafasnya Amanda menutup kembali lemari pendingin menyadari tidak banyak yang bisa dimasak karena sayur yang disimpan sudah terlihat layu. Sepertinya dia memiliki pekerjaan baru membersihkan lemari pendingin dan mengisinya dengan
“Saya ingin bicara, pak,” ucap Siska begitu masuk ke dalam ruang kerja Arvan.Arvan tidak bisa mengelak karena wanita itu langsung menutup pintu ruangan. dan berjalan mendekati Arvan. Arvan menghela nafasnya. Rencananya membuat Siska sibuk seharian ini ternyata tidak menyurutkan niat wanita itu menemuinya secara pribadi.“katakan saja Siska,” ucap Arvan berusaha tidak menggubris kehadiran sekretarisnya dengan tetap berkonsentrasi pada layar laptopnya.“Kenapa bapak tidak memberitahukan saya mengenai perubahan jadwal keluar kota bapak kemarin? Banyak pertemuan dengan klien yang harus saya ubah pak,” ucap Siska dengan sedikit emosi.Arvan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal."Bukankah sudah aku beritahu bahwa Johan akan menghandle semuanya," ucap Arvan lagi."Tapi sebelumnya bapak mengatakan hanya pergi selama dua hari, bukan satu minggu," ucap Siska kesal.“Perubahan rencana, Siska. Tapi semuanya bisa teratasi bukan?” ucap Arvan santai.Siska semakin kesal melihat Arvan yang terlihat
“Hai,, cantik,, boleh aku menggendongmu,” ucap Arvan di depan ranjang bayi. Tangan Arvan langsung di tepis. dan ketika Arvan berbalik, terlihat Johan yang sudah memandangnya dengan galak. “hati-hati bila ingin menyentuhnya,” ucap Johan galak. “dasar… Aku bahkan belum menyentuhnya sedikitpun,” ucap Arvan kesal. “sebaiknya jangan. Nanti kamu bisa membawa pengaruh buruk untuk putriku,” balas Johan dengan senyum mengejek. “Sialan.., kamu kira aku kuman,” ucap Arvan sambil melilitkan tangannya ke leher Johan. Jika Johan mengajaknya berkelahi, Arvan sangat siap. Dia sudah berniat membanting Johan dengan tenaga penuh. “Sudahlah,, kalian ini seperti anak kecil saja,” ucap Tasya dari ranjang pasien sambil menggelengkan kepala memperhatikan tingkah dua pria berumur yang seperti anak kecil yang sedang memperebutkan mainan. “aku ingin melindungi putri kita sayang,” ucap Johan melakukan pembelaan. “dimana Amanda, Aku tidak melihatnya,” ucap Tasya yang memilih tidak menghiraukan suaminya. Jo
"Kalian belum tahu? Astaga.. apa mama sudah merusak rahasia kalian," ucap Sinta sambil menutup mulutnya dan menatap Amanda dengan tatapan bersalah.Johan merasa dibohongi kali ini, dia beranjak dan menghampiri Arvan."Kamu tidak ingin berbagi berita bahagia ini dengan kami yah," ucap Johan sambil menyenggol Arvan."Bukan begitu. Janin di dalam perut Amanda bahkan masih sangat kecil. Kami pikir akan mengatakannya saat usia kandungan Amanda sedikit lebih besar," ucap Arvan melakukan pembelaan."Oh.. Tuhan, kienara akan memiliki teman bermain, kemarilah Amanda," pinta Tasya dengan wajah sumringah penuh bahagia mendengar kabar bahagia itu.Amanda beranjak dari duduknya dan duduk di sebelah Tasya."Semoga ibu dan bayi di dalam kandungan sehat selalu," ucap Tasya sambil mengelus perut amanda yang masih rata."Terima kasih, mbak Tasya," ucap Amanda yang langsung memeluk Tasya. Tasya juga membalas pelukkan Amanda. Tasya tahu seperti apa perasaan Amanda saat ini. Dan dia bahagia untuk hal itu.
Sejak mengetahui kehamilan Amanda, Arvan menjadi lebih perhatian, bahkan cenderung overprotektif. Arvan selalu berusaha pulang lebih awal. Meminta Amanda untuk tidak terlalu kelelahan mengurus apartemen mereka dan akan protes bila Amanda terlalu lama di dapur. Arvan beralasan kalau dia tidak ingin Amanda terlalu lelah dan berpengaruh pada kondisi dan kesehatan bayi dalam kandungan Amanda. Bagaimanapun dokter menyarankan istrinya untuk lebih banyak istirahat. "Aku sudah bilang engga perlu masak banyak banyak. kita bisa pesan," protes Arvan melihat Amanda yang sibuk di dapur."Mas.. ini tuh cuma perkedel, sayur asem sama ayam goreng," ucap amanda membela diri.. Dia mulai merasa Arvan sedikit berlebihan membatasi kegiatan yang dilakukannya."Tetap aja.. kamu bisa capek," ucap Arvan sambil membantu Amanda membawa semua hidangan yang telah disiapkan istrinya ke atas meja makan.Sungguh Arvan tidak masalah bila harus memesan makan tiap hari. Ada banyak pilihan makanan diluar sana jadi dia
Sesuai janjinya, akhir minggu Arvan membawa Amanda melintasi jalanan menuju depok. Mereka sudah berangkat sekitar pukul 8 pagi karena tidak ingin terhambat macet. Amanda sudah membawa buah tangan berupa buah-buahan segar yang akan dibagikannya kepada perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa. Amanda sadar dia berhutang banyak pada dokter dan perawat disana. Tanpa mereka entah akan seperti apa nasib mamanya. Tanpa pengabdian dan kerja keras tim kesehatan disana mungkin Amanda sudah menyerah atas kesembuhan mamanya. Bingkisan yang dibawanya tidak berarti apapun jika dibandingkan jasa dan perhatian yang diberikan perawat disana demi kesembuhan mamanya. Sepanjang perjalanan Amanda terlarut memikirkan mamanya yang terakhir kali ditemuinya kondisinya jauh membaik. Mamanya sudah mau berbicara dengan banyak orang. Mamanya sudah sangat jarang mengamuk. Dokter bahkan mengatakan jika kondisinya tetap stabil dan mulai bisa berkomunikasi dengan baik bukan tidak mungkin, mamanya bisa dinyatakan semb
Malam di kota Jakarta semakin tinggi, tapi Amanda dan Arvan masih disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Amanda masih ingin rebahan di depan televisi sambil menonton drama favoritnya sedangkan Arvan terlihat duduk di meja makan dengan laptop di depannya.Semenjak menikah dengan Arvan dan menjalani kehidupan full sebagai ibu rumah tangga yang sebagian besar waktunya dihabiskan di rumah. Demi menghilangkan jenuhnya di awal pernikahan, Amanda sering memutarkan drama yang ada di salah satu stasiun televisi, hingga tanpa sadar sekarang dia menjadi salah satu penonton setia dari drama itu. Drama yang ditonton Amanda bercerita tentang pasangan suami istri yang terus diuji selama menjalani pernikahan, pada awalnya mereka tidak mendapat restu dari ibu sang wanita, yang menganggap pria yang dinikahi anaknya adalah seorang berandalan. tidak hanya itu, bahkan ayah sang wanita dan ayah sang pria merupakan musuh bebuyutan. Hingga sekarang setelah mereka memiliki anak, masalah demi masalah tidak
“Jo… kita balik bareng yah, gue mesti jemput Amanda dirumah loe,” ucap Arvan pada Johan sambil berjalan beriringan menuju tempat parkir.“Okey,” Jawab Johan.Tidak lama mereka lalu menaiki mobil masing-masing, menyalakannya dan melajukan mobil meninggalkan tempat parkir perusahaan mereka. Arvan bersyukur hari ini berakhir dengan lancar. Tidak ada jadwal rapat. Tidak terlalu banyak masalah yang terjadi di kantor. Entah apa jadinya bila dia sampai terjebak di kantor hingga malam, Amanda mungkin akan cemas memikirkan dirinya.Pagi tadi, Amanda meminta Arvan untuk mengantarnya menemui Tasya di rumahnya dengan alasan dia kangen melihat Keinara. Dan ingin menemani Tasya dan Kienara hari ini. Bayi mungil itu memang selalu berhasil menarik hati orang-orang di sekitarnya.Tasya yang memang sudah pulang dari rumah sakit sejak beberapa hari lalu, Namun karena Arvan yang terlalu sibuk bekerja mereka belum sempat berkunjung lagi. Mereka memang ikut mengantarkan kienara pulang ke rumahnya setelah d