"Apa kau pikir aku setuju dengan ucapanmu itu? Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Calista. Awalnya aku memang tidak berharap menjadi suamimu, tapi sekarang aku semakin berharap agar kau akan segera menjadi istriku. Sebentar lagi kita akan menikah, dan kau jangan membuat ulah, apalagi memiliki keinginan putus denganku, karena itu tidaklah mungkin terjadi."Alka semakin mendekatkan dirinya pada Calista, ia meraih dagu Calista untuk dikecupnya."Jangan sembarangan kamu!"Dengan cepat gadis itu mendorongnya hingga membuat tubuhnya terhuyung."Hey! Kasar sekali kau! Aku ini calon suamimu. Bahkan aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini. Sebentar lagi kita akan menjadi pasangan suami istri, kau tidak bisa menghindar terus dariku, Calista!"Cukup kecewa saat Calista menolak menerima ciumannya. Padahal Alka sudah sesabar mungkin untuk tidak memberikan sentuhan kecil pada tunangannya. Tapi saat mencoba untuk memberikan sentuhan, Calista langsung menolaknya."Kau sudah gila, ya! Kita ini han
"Kamu seharian kemana saja Alka? Kenapa kamu tadi nggak datang ke kantor?" tanya Bayu ketika mendapati anak sulungnya yang baru pulang dengan keadaan wajahnya lesu."Aku baru pulang dari rumah Calista. Tadi aku mengantarnya ke rumah sakit," jawab Alka.Calista dipaksa ke rumah sakit saat arka menghubungi kedua orang tuanya badannya cukup panas dan menakutkan jika hanya dirawat di rumah saja."Apa siapa yang sakit?" tanya Bayu."Calista yang sakit. Aku memaksanya untuk dibawa ke rumah sakit. Awalnya dia tidak mau aku bawa ke rumah sakit, tapi aku tetap memaksanya. Badannya panas banget. Entahlah, dia salah makan atau gimana."Dengan menenteng jas kerjanya, Alka memasuki rumahnya. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya yang sudah remuk. Kecapean mondar-mandir di rumah sakit mengurus data-data Calista."Dari mana saja kamu Bang? Kenapa kamu tadi nggak ikut meeting. Itu tadi yang nongol cuma sekretarismu doang. Kamu nggak ada datang ke mana saja seharian?"Alvaro memberi tatapan jutek pada ab
"Hey! Siapa yang menyuruhmu datang ke sini. Kau itu benar-benar ya, datang datang bikin ulah."Calista tidak menyangka kalau Alvaro akan datang untuk menjenguknya."Aku datang kemari bukan membuat ulah, tapi untuk menjengukmu. Kenapa kau sakit tidak bilang padaku? Kenapa harus dia yang mengantarkanmu ke sini? Kenapa kau tidak minta tolong padaku?!"Alvaro berjalan mendekati Calista yang berbaring di berankar. Ada dua suster yang tengah mengecek keadaannya dan ingin memberikan suntikan padanya. Sedangkan kedua orang tuanya tidak nampak di dalam ruangan itu. Alvaro bahkan berharap orang tuanya tidak segera datang untuk menemani putrinya."Dia siapa yang kamu maksud?" tanya Calista dengan menautkan kedua alisnya."Nggak usah sok bego' tentunya kamu tahu siapa yang aku maksudkan."Calista mengulas senyumnya ketika mendapati wajah manyun pria yang sudah memiliki ikatan khusus dengannya."Ya wajar aja lah. Dia nganterin aku ke sini kan dia tunangan aku. Sebentar lagi kita mau menikah. Masa
"Loh! Ada nak Varo, rupanya."Geraldi yang cukup dekat dengan Alvaro, langsung memberikan sambutan hangat untuknya. Sedangkan Kamila sendiri masih belum terlalu mengenali Alvaro . Dia hanya mengingat pernah melihat pemuda itu disaat pesta pertunangan Calista dengan Alka, tapi dia tidak begitu mengetahui siapa Alvaro sebenarnya."Papa mengenali dia? Memangnya dia ini siapa Pa?" tanya Kamila menoleh pada suaminya yang kebetulan berdir di sampingnya."Emm, Dia ini Alvaro, adiknya Alka. Dia baru pulang dari Eropa. Cukup lama juga sih, dia tiba di sini, sebelum Alka sama Calista kita jodohkan waktu itu. Alvaro juga pernah datang ke toko kita untuk menemui Calista, dia membawakan makanan buat Calista."Geraldi memberikan banyak pujian tentang Alvaro yang memiliki sifat baik dan perhatian."Dia sangat baik sekali, Ma. Dia peduli banget sama Calista. Papa sangat bersyukur sekali masih ada orang-orang yang baik seperti mereka. Selain Alka, Alvaro ternyata sangat baik dan bisa menerima Calist
"Assalamualaikum," ucap Riana ketika memasuki ruang rawat Calista. Malam itu dia datang bersama dengan Alka dan juga suaminya.Seketika bola matanya hendak loncat ketika mendapati anak bungsunya yang sudah ada di dalam ruangan itu. Pantas saja Alvaro tidak ada di rumah, dan ternyata dia sudah ada di rumah sakit menemani Calista."Waalaikumsalam." Semua orang yang ada di ruang rawat Calista menoleh dan mendapati keberadaan Riana bersama keluarganya."Loh, Varo! Kok kamu ada di sini?" Riana berjalan mendekat ke arah putranya yang nampak biasa saja, tidak menunjukkan rasa kecanggungan walaupun keluarganya sudah diketahui dirinya tengah menemani Calista."Aku udah dari tadi ada di sini, ma. Abang tuh yang bilang, kalau Calista tengah dirawat di rumah sakit. Aku langsung datang ke sini, untuk mencarinya. Aku hanya ingin memastikan apa benar dia benar-benar dirawat di rumah sakit," jawab Alvaro.Bayu merasa aneh dengan sikap anak bungsunya. Alvaro sangat perhatian pada Calista. Ia hanya ta
Seminggu sebelum acara pernikahan, Calista ditugaskan ke luar kota oleh Ayahnya. Ia tidak sendirian, ditemani oleh Seina, sepupunya. Kondisi Ayahnya kurang sehat, Calista sendiri kondisinya juga baru pulih, tapi tak ada cara lain, ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke luar kota, tujuannya untuk melihat barang-barang yang akan dikirim ke tokonya, ia mengecek sendiri, takut ada pembodohan yang kembali merugikannya."Lista! Kamu nggak pamit sama Alka? Kalau mau pergi ke luar kota?" tanya Seina.Calista menggeleng. "Enggak, aku nggak dia kan selalu sibuk dengan pekerjaannya, jadi nggak pernah ada waktu buat temani aku. Ya sudah, percuma saja pamit, toh dia cuekin aku Mulu," jawab Calista."Ya kamu nggak boleh gitu, Calista. Walaupun dia cuek sama kamu, tapi dia calon suami kamu. Kamu harusnya pamitan sama dia, biar dia nggak nyalahin kamu ataupun orang tuamu. Gitu-gitu juga dia pernah merawat kamu waktu kamu sakit," tegur Seina.Calista sangat malas kalau harus pamitan. Bukan karena apa,
Dengan cepat, Alvaro meluncur ke kota Jepara. Tujuannya hanya satu, untuk menemui Calista. Selain mengkhawatirkan kondisi Calista yang baru saja sembuh, ia juga khawatir kalau sampai Calista bertemu dengan Alka, atau bahkan tengah bersama dengan Alka. Ia sangat khawatir, Calista akan terpedaya oleh bujuk rayu dan menyerahkan kehormatannya pada Alka. ia tidak akan pernah bisa menerimanya, walaupun jelas-jelas sekali Calista sudah menjadi tunangan dari kakaknya."Seina, menurutmu aman nggak? Kalau Alvaro datang ke sini,?" Calista nampak gelisah, ia tidak juga menjelaskan bahwa yang sudah menghubunginya bukanlah Alka, tapi Alvaro calon iparnya.Seina menautkan kedua alisnya. "Alvaro? Kenapa Alvaro yang datang ke sini. Seharusnya kan Alka yang ada di sini bersamamu. Memangnya siapa yang sudah menghubungimu tadi? Alka atau Alvaro?" tanya Saina dengan tatapan memicing."Varo." Calista bicara lirik namun masih bisa didengar oleh Seina.Bola mata Seina seakan mau loncat mendapati jawaban dar
Alka telah menghabiskan waktunya bersama dengan Ratri di kota Jepara. Ada pertemuan penting yang melibatkan mereka berdua, hingga membuat mereka bisa menikmati kebersamaan tanpa ada yang mengganggunya.Setelah pertemuannya dengan pemegang saham, Alka seperti biasa, mengajak sekertarisnya itu unboxing di hotel. Tidak pernah mendapatkan jatah dari tunangannya, membuat Alka tidak bisa menahan diri untuk tidak bermain-main. Akan tidak puas jika membiarkan gairahnya terpendam tanpa dilampiaskan."Ratri! Malam ini kita nginap di sini dulu ya? Masih capek kalau langsung pulang."Dengan bersemangat Ratri langsung menganggukkan kepalanya. Memang ia sudah menunggu-nunggu ucapan itu keluar dari mulut Alka. Ia juga sudah tidak sabar lagi untuk memiliki Alka sepenuhnya."Tentu saja Pak. Lebih baik kalau kita menginap. Lagian perjalanan terlalu jauh, nanti Bapak akan kecapean kalau langsung pulang, lebih baik istirahat dulu kan enak. Nanti akan saya pijitin. Bapak juga bisa melakukan apa saja pa
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta