Seminggu sebelum acara pernikahan, Calista ditugaskan ke luar kota oleh Ayahnya. Ia tidak sendirian, ditemani oleh Seina, sepupunya. Kondisi Ayahnya kurang sehat, Calista sendiri kondisinya juga baru pulih, tapi tak ada cara lain, ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke luar kota, tujuannya untuk melihat barang-barang yang akan dikirim ke tokonya, ia mengecek sendiri, takut ada pembodohan yang kembali merugikannya."Lista! Kamu nggak pamit sama Alka? Kalau mau pergi ke luar kota?" tanya Seina.Calista menggeleng. "Enggak, aku nggak dia kan selalu sibuk dengan pekerjaannya, jadi nggak pernah ada waktu buat temani aku. Ya sudah, percuma saja pamit, toh dia cuekin aku Mulu," jawab Calista."Ya kamu nggak boleh gitu, Calista. Walaupun dia cuek sama kamu, tapi dia calon suami kamu. Kamu harusnya pamitan sama dia, biar dia nggak nyalahin kamu ataupun orang tuamu. Gitu-gitu juga dia pernah merawat kamu waktu kamu sakit," tegur Seina.Calista sangat malas kalau harus pamitan. Bukan karena apa,
Dengan cepat, Alvaro meluncur ke kota Jepara. Tujuannya hanya satu, untuk menemui Calista. Selain mengkhawatirkan kondisi Calista yang baru saja sembuh, ia juga khawatir kalau sampai Calista bertemu dengan Alka, atau bahkan tengah bersama dengan Alka. Ia sangat khawatir, Calista akan terpedaya oleh bujuk rayu dan menyerahkan kehormatannya pada Alka. ia tidak akan pernah bisa menerimanya, walaupun jelas-jelas sekali Calista sudah menjadi tunangan dari kakaknya."Seina, menurutmu aman nggak? Kalau Alvaro datang ke sini,?" Calista nampak gelisah, ia tidak juga menjelaskan bahwa yang sudah menghubunginya bukanlah Alka, tapi Alvaro calon iparnya.Seina menautkan kedua alisnya. "Alvaro? Kenapa Alvaro yang datang ke sini. Seharusnya kan Alka yang ada di sini bersamamu. Memangnya siapa yang sudah menghubungimu tadi? Alka atau Alvaro?" tanya Saina dengan tatapan memicing."Varo." Calista bicara lirik namun masih bisa didengar oleh Seina.Bola mata Seina seakan mau loncat mendapati jawaban dar
Alka telah menghabiskan waktunya bersama dengan Ratri di kota Jepara. Ada pertemuan penting yang melibatkan mereka berdua, hingga membuat mereka bisa menikmati kebersamaan tanpa ada yang mengganggunya.Setelah pertemuannya dengan pemegang saham, Alka seperti biasa, mengajak sekertarisnya itu unboxing di hotel. Tidak pernah mendapatkan jatah dari tunangannya, membuat Alka tidak bisa menahan diri untuk tidak bermain-main. Akan tidak puas jika membiarkan gairahnya terpendam tanpa dilampiaskan."Ratri! Malam ini kita nginap di sini dulu ya? Masih capek kalau langsung pulang."Dengan bersemangat Ratri langsung menganggukkan kepalanya. Memang ia sudah menunggu-nunggu ucapan itu keluar dari mulut Alka. Ia juga sudah tidak sabar lagi untuk memiliki Alka sepenuhnya."Tentu saja Pak. Lebih baik kalau kita menginap. Lagian perjalanan terlalu jauh, nanti Bapak akan kecapean kalau langsung pulang, lebih baik istirahat dulu kan enak. Nanti akan saya pijitin. Bapak juga bisa melakukan apa saja pa
"Varo! Ngapain kamu ada di sini?"Seina yang habis membeli perlengkapan mandi, dikejutkan oleh keberadaan Alvaro di dalam hotel, tidak jauh dari kamarnya."Seina! Kau di sini rupanya? Mana Calista?"Tidak mendapati keberadaan Calista membuat Alvaro bertanya-tanya. Ia hanya takut kalau Calista tidak bersama dengan Seina."Dia ada di dalam kamar. Kalau kamu sendiri, kamar kamu ada di sebelah mana?" tanya Seina."Emm, aku ...," Alvaro menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan menyengir kuda. Ia bahkan tidak memesan kamar sebelum mendapati keberadaan Calista.Seina memicingkan bola matanya. "Jangan bilang kedatanganmu ke sini untuk memata-matai kami, maksudnya kamu ingin mencari keberadaan Calista. Memangnya ada apa kau dengan sepupuku? Sepertinya hubungan kalian lebih dari sekedar saudara ipar?"Seina ingin memancing. Apakah Alvaro mau mengatakan yang sebenarnya, mengenai hubungannya dengan Calista, atau dia masih juga menutupnya rapat-rapat."Ck! Apaan sih. Jangan sok tahu kamu. Nggak
Karena sangat penasaran dengan ucapan Alvaro, Calista ingin membuktikan sendiri jika ucapan Alvaro itu memang benar. Ia meminta Alvaro dan Seina untuk mengantarkannya ke ruang resepsionis, meminta data dari pengunjung hotel."Permisi mbak. Apakah di hotel ini ada data pengunjung yang bernama Alka Yanuar?" tanya Calista."Maaf mbak. Mbak ini siapa? Saya nggak bisa ngasih data sembarangan pada orang lain. Ini privasi mbak, saya bisa ditegur oleh pihak manajemen," jawab petugas resepsionis.Calista memutar bola matanya. Selalu saja begitu alasan pihak hotel kalau dimintai keterangan."Mbak. Saya ini tunangan dari Alka Yanuar. Saya diminta untuk menemuinya di hotel ini. Apa saya salah, tanya sama mbak?""Kalau begitu, tunggu ya mbak. Biar saya cek dulu. Apakah ada pengunjung atas nama Alka Yanuar."Petugas itu langsung memantau dari komputer dan mencari satu persatu data pengunjung yang datang dan cek in di hotel tempatnya bekerja."Oh, iya. Ini ada nama Alka Yanuar. Beliau pesan satu kama
"Tidak! Kau tidak akan pernah bisa putus dariku, Calista! Aku tidak akan pernah menerimanya. Kau akan tetap menikah denganku, apapun yang terjadi!"Alka mendorong tubuh Calista hingga mepet ke tembok. Kedua tangannya bertumpu di bahu Calista dengan tatap tajam. Tangannya yang kuat seakan hendak menerkam Calista."Lepaskan aku, Alka! Lepaskan! Sudah cukup sakit yang kau berikan. Aku tak mau menanggung rasa sakit terlalu dalam setelah melihat kelakuanmu. Kau tidak bisa berkilah lagi. Dengan jelas aku melihatmu tengah menyatu dengan hasrat cinta yang kau berikan padanya. Aku tetap mau putus, aku tidak peduli kalaupun orang tuaku akan marah padaku. Aku tidak peduli kalaupun aku harus menjadi gelandangan karena diusir oleh orang tuaku. Aku masih punya harga diri, Alka! Kau tidak bisa menghormatiku, bagaimana bisa aku menghormatimu. Stop! Jangan ganggu hidupku lagi."Dengan kilatan mata yang dipenuhi oleh amarah, satu tangan kokohnya mencengkram leher jenjang Calista begitu kuat. Ia ingin
"Sebenarnya ada apa sih? Kalian mengumpulkan kami di sini."Orang tua Alka dan juga orang tua Calista saling bertemu. Mereka memang sengaja dikumpulkan oleh Calista di sebuah Resto yang sudah dipesannya.Calista juga meminta Alka dan Alvaro berkumpul. Dia juga membawa saksi Seina untuk mengungkap kejahatan Alka."Ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan pada kalian. Tapi kita lebih baik memesan makanan dulu," ucap Calista menoleh pada kedua orang tuanya.Tatapan kedua paruh baya itu tertaut, merasa aneh dengan sikap anaknya semenjak kepulangannya dari Jepara."Sebenarnya apa sih, yang membuat Calista mengumpulkan kita di sini. Sebelumnya kamu nggak pernah bersikap seperti ini. Apa yang tengah kamu pikirkan, Calista?"Kamila memberikan teguran pada putrinya. Dia takut putrinya berulah dan membuat suasana makin kacau."Sudahlah Ma. Mama nggak usah tegang gitu. Nanti juga akan tau sendiri, apa yang ingin kukatakan," jawab Calista. Wanita itu nampak begitu santai, sangat berbeda sekali de
Bug, Alka berdiri dan langsung memberikan bogeman pada Alvaro. Dia sudah tidak bisa menahan emosinya sampai rumah. Ia lampiaskan kemarahannya di tempat itu juga."Berengsek kau! Keparat. Ini semua sudah kalian rencanakan sebelumnya. Aku tahu kalian memang sudah memiliki hubungan khusus sebelum aku bertemu dengannya. Iya kan? Ayo jawab!"Alka cuman beringasnya ia mencengkram kerah kemeja yang dikenakan oleh Alvaro dengan sangat kasar.Riana dan Bayu langsung melerai mereka berdua tidak ingin kejadian itu dilihat oleh banyak orang dan akan viral di sosial media."Alka lepaskan! Kurang ajar sekali kau! Tidak punya sopan santun. Kau lihat ini di mana? Aku tidak akan melerai kalian, kalau kalian berdebat di dalam rumah. Tapi ini restoran, tempat umum. Bisakah kau menghargaiku sebagai orang tuamu?!"Bayu melepas paksa tangan anak sulungnya yang masih mencengkram kuat kemeja Alvaro.Kamila dan Geraldi melihat sendiri bagaimana sikap Alka yang sesungguhnya. Mereka sudah kecewa berat karena s
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta