Bug, Alka berdiri dan langsung memberikan bogeman pada Alvaro. Dia sudah tidak bisa menahan emosinya sampai rumah. Ia lampiaskan kemarahannya di tempat itu juga."Berengsek kau! Keparat. Ini semua sudah kalian rencanakan sebelumnya. Aku tahu kalian memang sudah memiliki hubungan khusus sebelum aku bertemu dengannya. Iya kan? Ayo jawab!"Alka cuman beringasnya ia mencengkram kerah kemeja yang dikenakan oleh Alvaro dengan sangat kasar.Riana dan Bayu langsung melerai mereka berdua tidak ingin kejadian itu dilihat oleh banyak orang dan akan viral di sosial media."Alka lepaskan! Kurang ajar sekali kau! Tidak punya sopan santun. Kau lihat ini di mana? Aku tidak akan melerai kalian, kalau kalian berdebat di dalam rumah. Tapi ini restoran, tempat umum. Bisakah kau menghargaiku sebagai orang tuamu?!"Bayu melepas paksa tangan anak sulungnya yang masih mencengkram kuat kemeja Alvaro.Kamila dan Geraldi melihat sendiri bagaimana sikap Alka yang sesungguhnya. Mereka sudah kecewa berat karena s
"Calista! Bagaimana denganmu? Apa kamu mau menikah dengan Alvaro, setelah berpisah dari Alka?" tanya Geraldi.Geraldi masih tidak yakin sepenuhnya pada Alvaro setelah dikecewakan oleh Alka. Dia berpikir kalau adik kakak itu memiliki sifat yang sama."A-aku ...,"Calista nampaknya bingung untuk menjawabnya. Walaupun hatinya mengatakan iya, ingin menikah dengan orang yang sudah membuat pikirannya melayang-layang, tapi masih ada ketakutan, ia hanya takut suatu saat nanti Alvaro akan memperlakukannya sama seperti Alka."Ini adalah kesempatan emas buat kamu, dengan begini kamu bisa bersatu dengan Alvaro. Dia sudah merenggut keperawananmu, jangan menolaknya lagi. Kalau sampai kamu tiba-tiba hamil anaknya, otomatis anakmu memiliki Ayah biologisnya. Kalau kamu sampai menolaknya, aku sangat yakin kamu akan kecewa dikemudian hari."Seina berbisik lirih di samping Calista. Walaupun ia ada perasaan kagum pada Alvaro, ia kesampingkan perasaannya, ia tidak mau membuat Calista kecewa karena ulahnya.
"Apa?!"Semua orang terkejut mendengar penjelasan yang keluar dari dalam mulut Alvaro.Walaupun Calista melarang untuk bicara karena Sama halnya mengumbar aibnya, Alvaro terpaksa tetap buka suara, tak ingin semua orang tua memikirkan hal yang aneh dan mencurigainya."Iya, aku serius. Sebenarnya aku memang sudah menjalin hubungan dengannya sebelum kalian menjodohkan Bang Alka dengan Calista. Tapi kalian sendiri memang orangnya egois dan lebih mementingkan diri sendiri daripada memikirkan perasaan orang lain, ya sudah. Kami ikuti saja kemauan kalian."Para paruh baya itu seperti orang bego' mereka sudah tertipu oleh kebaikan putra putrinya."Ternyata kalian nggak ada bedanya dengan Alka. Sama-sama kurang ajar. Berarti Du sini nggak ada korban. Calista juga udah bukan gadis polos lagi kan? Udah ditiduri oleh Alvaro," seru Riana.Calista hanya diam menundukkan wajahnya. Dia sangat malu dan juga takut mendapati orang tuanya yang memasang tampang datar sepertinya tengah menyimpan amarah pad
"Bisa-bisanya kamu bertindak memalukan seperti itu Calista. Papa sangat malu saat mendengar pengakuan Alvaro. Ternyata kamu juga perempuan murahan. Papa nggak pernah nyangka punya anak murahan seperti itu."Setibanya di rumah, Calista langsung diomeli oleh orang tuanya. Mereka sangat malu, sebagai orang tua dianggap tidak bisa mendidik anaknya dengan benar. Kalau saja Alvaro tidak buka mulut, mungkin mereka tidak akan pernah tahu kalau Calista pernah melakukan perbuatan tercela yang sudah merusak nama baik keluarga. Untung saja Alvaro mau bertanggung jawab. Walaupun Alka tidak jadi menantunya, setidaknya Alvaro masih mau menjadi penggantinya dan bertanggung jawab atas semua perbuatannya kepada Calista."Maafin aku pa. Aku nggak dasar sudah melakukannya," jawab Calista.Dia menangis dengan tubuh yang gemetaran. Ia sangat yakin orang tuanya akan marah besar setelah mengetahui kebenarannya, tapi ia tidak marah pada siapapun, karena itu reel kesalahannya sendiri."Nggak sadar gimana? Mana
"Tolong perintahkan Ratri untuk datang menemuiku!"Di kantor, Alka bersikap dingin. Bahkan dia tidak mau bertegur sapa dengan keluarganya sendiri. Semenjak kejadian itu, ia memilih untuk diam dan mengurung diri di dalam kamar. Keluar hanya untuk bekerja, untuk sekedar makan saja dia tidak mau berkumpul dengan keluarganya."Baik Pak," jawab petugas kebersihan yang tengah izin untuk membersihkan ruangannya.Setelah membersihkan ruangan Alka, gadis itu langsung bergegas pergi untuk menemui Ratri dan memintanya untuk menemui Alka. "Permisi Bu Ratri. Anda diminta untuk menemui Pak Alka," ucapnya dengan membawa kemoceng dan kain pel.Ratri mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Alka menyuruh orang lain untuk menemuinya. Biasanya Alka menghubunginya sendiri dikala ada kepentingan dengannya."Baiklah. Saya akan temui beliau. Silahkan kamu pergi dari sini."Gadis itu pun langsung beranjak pergi meninggalkan ruangan sekretaris. Ratri langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas untuk me
Hari H telah tiba. Calista dirias begitu cantik. Dia yang tidak pernah berdandan berlebihan membuatnya manglingi."Wah! Cantik sekali kamu Calista. Aku ngiri sama kamu. Kapan aku ya, bisa nikah seperti kamu." Seina berdiri di belakang Calista yang tengah duduk di depan meja rias di dalam kamar hotel yang digunakan peresmian pernikahannya. "Terkadang aku bosan hidup sendiri. Kalau kamu enak, sekarang sudah punya suami, kemana-mana sudah ada yang mengantar, sedangkan aku, kemana-mana sama siapa?"Seina mengerucutkan bibirnya. Dia merasa iri dengan hidup Calista yang mendadak menikah bersama orang yang sudah merenggut kesuciannya. Walaupun melewati banyak hal, tapi pada akhirnya Calista bisa bersama dengan orang yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang pernah dilakukannya."Ya kalau gitu cepatlah menikah, biar ada yang menemani," jawab Calista diselingi senyuman tipis, dalam hati dia sangat nervous, masih dilanda rasa takut saat menjelang ijab qobul.Seina memutar bola matanya. "
Calista duduk di altar berdampingan dengan Alvaro untuk mengikrarkan ijab qobul. Hampir semua tamu undangan terkejut. Mereka mengira ada kesalahan dalam pencetakan undangan. Di dalam undangan tertera nama Alka dengan Calista. Tapi saat mereka menyaksikan ijab qobul, yang tengah duduk untuk mengikrarkan janji suci bukanlah Alka, tapi Alvaro."Loh! Ini seriusan yang sedang menikah Alvaro? Bukannya tulisannya Alka dengan Calista? Apa maksudnya? Apa salah cetak atau gimana?"Semua orang menggerutu dengan menatap ke arah Altar. Kedua keluarga mempelai duduk mendampingi putra putrinya."Bagaimana mas Alvaro? Apa anda sudah siap untuk menikah?" tanya Penghulu.Alvaro dengan cepat menganggukkan kepalanya. Ia memang menunggu hari baik itu segera tiba."Ya, tentu saja saya sudah siap," jawabnya dengan tegas.Tatapan penghulu beralih pada Calista yang tengah duduk di sebelah Alvaro dengan menunduk. Dia merasa canggung dan nervous. Pikirannya berkecamuk sedih dan juga bahagia. Dia bahagia karena
Perasaan was-was Calista saat hendak masuk ke dalam kamar mandi. Berulang-ulang dia dipanggil oleh suaminya. Agak ngeri, baru kali ini dia dalam keadaan sadar diminta untuk melayani suaminya di kamar mandi. Sedangkan Alvaro sudah tidak sabar ingin segera merasakan kehangatan bercinta dengan Calista tanpa dalam keadaan mabuk"Sayang, lekaslah ke sini. Ini airnya udah penuh loh, ayo kita mandi bareng yang, setelah itu kita istirahat. Nanti sore biar kamu nggak kecapean yang!"Alvaro merengek karena tak kunjung mendapati istrinya memasuki kamar mandi. Padahal dia sudah ingin bercinta untuk yang kedua kalinya dalam keadaan sama-sama sadar."Iya. Sebentar lagi, aku masih mencari handukku. Aku lupa menaruhnya. Aku nggak bisa pakai handuk orang lain, apalagi handuk hotel ini kan bekas orang," banyak jawab Calista.Calista membongkar coper yang berisi lengkap pakaiannya dan alat make up yang memang sudah dibawanya dari rumah."Yang! Ngapain juga masih pakai handuk sih. Tadi pintunya udah aku