"Bisa-bisanya kamu bertindak memalukan seperti itu Calista. Papa sangat malu saat mendengar pengakuan Alvaro. Ternyata kamu juga perempuan murahan. Papa nggak pernah nyangka punya anak murahan seperti itu."Setibanya di rumah, Calista langsung diomeli oleh orang tuanya. Mereka sangat malu, sebagai orang tua dianggap tidak bisa mendidik anaknya dengan benar. Kalau saja Alvaro tidak buka mulut, mungkin mereka tidak akan pernah tahu kalau Calista pernah melakukan perbuatan tercela yang sudah merusak nama baik keluarga. Untung saja Alvaro mau bertanggung jawab. Walaupun Alka tidak jadi menantunya, setidaknya Alvaro masih mau menjadi penggantinya dan bertanggung jawab atas semua perbuatannya kepada Calista."Maafin aku pa. Aku nggak dasar sudah melakukannya," jawab Calista.Dia menangis dengan tubuh yang gemetaran. Ia sangat yakin orang tuanya akan marah besar setelah mengetahui kebenarannya, tapi ia tidak marah pada siapapun, karena itu reel kesalahannya sendiri."Nggak sadar gimana? Mana
"Tolong perintahkan Ratri untuk datang menemuiku!"Di kantor, Alka bersikap dingin. Bahkan dia tidak mau bertegur sapa dengan keluarganya sendiri. Semenjak kejadian itu, ia memilih untuk diam dan mengurung diri di dalam kamar. Keluar hanya untuk bekerja, untuk sekedar makan saja dia tidak mau berkumpul dengan keluarganya."Baik Pak," jawab petugas kebersihan yang tengah izin untuk membersihkan ruangannya.Setelah membersihkan ruangan Alka, gadis itu langsung bergegas pergi untuk menemui Ratri dan memintanya untuk menemui Alka. "Permisi Bu Ratri. Anda diminta untuk menemui Pak Alka," ucapnya dengan membawa kemoceng dan kain pel.Ratri mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Alka menyuruh orang lain untuk menemuinya. Biasanya Alka menghubunginya sendiri dikala ada kepentingan dengannya."Baiklah. Saya akan temui beliau. Silahkan kamu pergi dari sini."Gadis itu pun langsung beranjak pergi meninggalkan ruangan sekretaris. Ratri langsung beranjak dari tempat duduknya dan bergegas untuk me
Hari H telah tiba. Calista dirias begitu cantik. Dia yang tidak pernah berdandan berlebihan membuatnya manglingi."Wah! Cantik sekali kamu Calista. Aku ngiri sama kamu. Kapan aku ya, bisa nikah seperti kamu." Seina berdiri di belakang Calista yang tengah duduk di depan meja rias di dalam kamar hotel yang digunakan peresmian pernikahannya. "Terkadang aku bosan hidup sendiri. Kalau kamu enak, sekarang sudah punya suami, kemana-mana sudah ada yang mengantar, sedangkan aku, kemana-mana sama siapa?"Seina mengerucutkan bibirnya. Dia merasa iri dengan hidup Calista yang mendadak menikah bersama orang yang sudah merenggut kesuciannya. Walaupun melewati banyak hal, tapi pada akhirnya Calista bisa bersama dengan orang yang seharusnya bertanggung jawab atas apa yang pernah dilakukannya."Ya kalau gitu cepatlah menikah, biar ada yang menemani," jawab Calista diselingi senyuman tipis, dalam hati dia sangat nervous, masih dilanda rasa takut saat menjelang ijab qobul.Seina memutar bola matanya. "
Calista duduk di altar berdampingan dengan Alvaro untuk mengikrarkan ijab qobul. Hampir semua tamu undangan terkejut. Mereka mengira ada kesalahan dalam pencetakan undangan. Di dalam undangan tertera nama Alka dengan Calista. Tapi saat mereka menyaksikan ijab qobul, yang tengah duduk untuk mengikrarkan janji suci bukanlah Alka, tapi Alvaro."Loh! Ini seriusan yang sedang menikah Alvaro? Bukannya tulisannya Alka dengan Calista? Apa maksudnya? Apa salah cetak atau gimana?"Semua orang menggerutu dengan menatap ke arah Altar. Kedua keluarga mempelai duduk mendampingi putra putrinya."Bagaimana mas Alvaro? Apa anda sudah siap untuk menikah?" tanya Penghulu.Alvaro dengan cepat menganggukkan kepalanya. Ia memang menunggu hari baik itu segera tiba."Ya, tentu saja saya sudah siap," jawabnya dengan tegas.Tatapan penghulu beralih pada Calista yang tengah duduk di sebelah Alvaro dengan menunduk. Dia merasa canggung dan nervous. Pikirannya berkecamuk sedih dan juga bahagia. Dia bahagia karena
Perasaan was-was Calista saat hendak masuk ke dalam kamar mandi. Berulang-ulang dia dipanggil oleh suaminya. Agak ngeri, baru kali ini dia dalam keadaan sadar diminta untuk melayani suaminya di kamar mandi. Sedangkan Alvaro sudah tidak sabar ingin segera merasakan kehangatan bercinta dengan Calista tanpa dalam keadaan mabuk"Sayang, lekaslah ke sini. Ini airnya udah penuh loh, ayo kita mandi bareng yang, setelah itu kita istirahat. Nanti sore biar kamu nggak kecapean yang!"Alvaro merengek karena tak kunjung mendapati istrinya memasuki kamar mandi. Padahal dia sudah ingin bercinta untuk yang kedua kalinya dalam keadaan sama-sama sadar."Iya. Sebentar lagi, aku masih mencari handukku. Aku lupa menaruhnya. Aku nggak bisa pakai handuk orang lain, apalagi handuk hotel ini kan bekas orang," banyak jawab Calista.Calista membongkar coper yang berisi lengkap pakaiannya dan alat make up yang memang sudah dibawanya dari rumah."Yang! Ngapain juga masih pakai handuk sih. Tadi pintunya udah aku
Tidak tanggung tanggung, setelah melakukan ritual mandi bersama, Alvaro dan Calista memadu kasih di atas ranjang. Calista yang awalnya canggung, kini dia tidak menolak saat berada di bawah kungkungan pria berotot itu."Sayang, aku nggak tahan, ini geli sekali." Desahan desahan keluar dari mulut Calista saat merasakan sensasi kenikmatan sentuhan lembut mulut Alvaro yang memainkan ujung dadanya.Alvaro terkekeh dan melepaskannya sekilas. "Ini enak apa geli sih?" tanya pria itu dengan suara seraknya. Kembali dia mengenyot ujung dada istrinya seperti bayi. Melupakan semua orang yang kini berpikir dirinya telah melakukan belah duren di hari pernikahannya."Dua-duanya yang. Geli tapi nikmat sekali."Calista merangkul pinggang seksi suaminya dengan erat. Ingin meminta lebih agar suaminya segera memberinya rasa puas, memasukkan batang besar berurat pada liang sempit miliknya."Bantu aku memasukkannya ya?" Alvaro berbisik disertai desahan. Di bawah sana benda menonjol berurat itu tengah menge
Sore itu kembali Calista dirias begitu cantik. Dia memakai gaun berwarna merah muda. Sangat terlihat mempesona dan begitu memikat siapapun yang akan melihatnya akan terpesona oleh kecantikannya yang masih alami.Alka sesekali melirik ke arahnya. Dia merasakan kekecewaan yang mendalam. Seharusnya dia yang ada di sampingnya, mendampinginya. Kini dia hanya berangan-angan untuk mendapatkan wanita yang sebaik Calista."Alvaro, selamat ya? Kamu mendahului kakakmu. Kupikir Alka yang sudah menikah duluan, ternyata kamu yang mendahuluinya," celetuk salah satu rekan kerja Alvaro yang datang memberikan ucapan selamat padanya."Mana mungkin dia mau menikah. Dia kan tidak punya keinginan untuk menikah, bermain-main saja dengan banyak perempuan, tapi tidak berniat untuk menikahinya. Lebih baik aku mendahului daripada aku meradang, setiap malam sendirian merindukan kehangatan kasih sayang, pelukan seorang perempuan. Kalau sekarang kan enak, udah punya bantal guling yang asli, bisa dijadikan sebagai
Alvaro menghempaskan tubuhnya di ranjang setelah selesai acara resepsi pernikahannya. Dia menatap istrinya yang tengah sibuk mengemasi barang-barangnya ke dalam koper. Esok pagi dia dan keluarga akan segera keluar dari hotel dan langsung ikut suaminya tinggal di rumah mertuanya. "Yang, bisa nggak? Ditinggalin dulu kerjaanmu itu? Ayo sini kita tidur dulu. Memangnya kamu nggak capek, seharian nggak ada istirahatnya."Alvaro memberikan teguran pada Calista. Dia tidak ingin Calista jatuh sakit karena terlalu banyak beraktivitas."Iya. Tapi biar besok nggak begitu susah. Udah dikemas gini besok udah nggak terlalu ribet," jawab Calista.Alvaro mendengus. Ia bahkan butuh pelukan hangat dari wanita yang baru dinikahinya itu."Iya. Tapi kan ada aku yang akan membantumu. Kamu sekarang udah nggak sendirian, ada aku yang akan selalu ada untuk menemanimu," celetuk Alvaro.Calista menghenyakkan tubuhnya di sisi ranjang setelah selesai mengemas pakaiannya ke dalam koper."Aku harap kamu tidak akan
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta