Dengan cepat, Alvaro meluncur ke kota Jepara. Tujuannya hanya satu, untuk menemui Calista. Selain mengkhawatirkan kondisi Calista yang baru saja sembuh, ia juga khawatir kalau sampai Calista bertemu dengan Alka, atau bahkan tengah bersama dengan Alka. Ia sangat khawatir, Calista akan terpedaya oleh bujuk rayu dan menyerahkan kehormatannya pada Alka. ia tidak akan pernah bisa menerimanya, walaupun jelas-jelas sekali Calista sudah menjadi tunangan dari kakaknya."Seina, menurutmu aman nggak? Kalau Alvaro datang ke sini,?" Calista nampak gelisah, ia tidak juga menjelaskan bahwa yang sudah menghubunginya bukanlah Alka, tapi Alvaro calon iparnya.Seina menautkan kedua alisnya. "Alvaro? Kenapa Alvaro yang datang ke sini. Seharusnya kan Alka yang ada di sini bersamamu. Memangnya siapa yang sudah menghubungimu tadi? Alka atau Alvaro?" tanya Saina dengan tatapan memicing."Varo." Calista bicara lirik namun masih bisa didengar oleh Seina.Bola mata Seina seakan mau loncat mendapati jawaban dar
Alka telah menghabiskan waktunya bersama dengan Ratri di kota Jepara. Ada pertemuan penting yang melibatkan mereka berdua, hingga membuat mereka bisa menikmati kebersamaan tanpa ada yang mengganggunya.Setelah pertemuannya dengan pemegang saham, Alka seperti biasa, mengajak sekertarisnya itu unboxing di hotel. Tidak pernah mendapatkan jatah dari tunangannya, membuat Alka tidak bisa menahan diri untuk tidak bermain-main. Akan tidak puas jika membiarkan gairahnya terpendam tanpa dilampiaskan."Ratri! Malam ini kita nginap di sini dulu ya? Masih capek kalau langsung pulang."Dengan bersemangat Ratri langsung menganggukkan kepalanya. Memang ia sudah menunggu-nunggu ucapan itu keluar dari mulut Alka. Ia juga sudah tidak sabar lagi untuk memiliki Alka sepenuhnya."Tentu saja Pak. Lebih baik kalau kita menginap. Lagian perjalanan terlalu jauh, nanti Bapak akan kecapean kalau langsung pulang, lebih baik istirahat dulu kan enak. Nanti akan saya pijitin. Bapak juga bisa melakukan apa saja pa
"Varo! Ngapain kamu ada di sini?"Seina yang habis membeli perlengkapan mandi, dikejutkan oleh keberadaan Alvaro di dalam hotel, tidak jauh dari kamarnya."Seina! Kau di sini rupanya? Mana Calista?"Tidak mendapati keberadaan Calista membuat Alvaro bertanya-tanya. Ia hanya takut kalau Calista tidak bersama dengan Seina."Dia ada di dalam kamar. Kalau kamu sendiri, kamar kamu ada di sebelah mana?" tanya Seina."Emm, aku ...," Alvaro menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan menyengir kuda. Ia bahkan tidak memesan kamar sebelum mendapati keberadaan Calista.Seina memicingkan bola matanya. "Jangan bilang kedatanganmu ke sini untuk memata-matai kami, maksudnya kamu ingin mencari keberadaan Calista. Memangnya ada apa kau dengan sepupuku? Sepertinya hubungan kalian lebih dari sekedar saudara ipar?"Seina ingin memancing. Apakah Alvaro mau mengatakan yang sebenarnya, mengenai hubungannya dengan Calista, atau dia masih juga menutupnya rapat-rapat."Ck! Apaan sih. Jangan sok tahu kamu. Nggak
Karena sangat penasaran dengan ucapan Alvaro, Calista ingin membuktikan sendiri jika ucapan Alvaro itu memang benar. Ia meminta Alvaro dan Seina untuk mengantarkannya ke ruang resepsionis, meminta data dari pengunjung hotel."Permisi mbak. Apakah di hotel ini ada data pengunjung yang bernama Alka Yanuar?" tanya Calista."Maaf mbak. Mbak ini siapa? Saya nggak bisa ngasih data sembarangan pada orang lain. Ini privasi mbak, saya bisa ditegur oleh pihak manajemen," jawab petugas resepsionis.Calista memutar bola matanya. Selalu saja begitu alasan pihak hotel kalau dimintai keterangan."Mbak. Saya ini tunangan dari Alka Yanuar. Saya diminta untuk menemuinya di hotel ini. Apa saya salah, tanya sama mbak?""Kalau begitu, tunggu ya mbak. Biar saya cek dulu. Apakah ada pengunjung atas nama Alka Yanuar."Petugas itu langsung memantau dari komputer dan mencari satu persatu data pengunjung yang datang dan cek in di hotel tempatnya bekerja."Oh, iya. Ini ada nama Alka Yanuar. Beliau pesan satu kama
"Tidak! Kau tidak akan pernah bisa putus dariku, Calista! Aku tidak akan pernah menerimanya. Kau akan tetap menikah denganku, apapun yang terjadi!"Alka mendorong tubuh Calista hingga mepet ke tembok. Kedua tangannya bertumpu di bahu Calista dengan tatap tajam. Tangannya yang kuat seakan hendak menerkam Calista."Lepaskan aku, Alka! Lepaskan! Sudah cukup sakit yang kau berikan. Aku tak mau menanggung rasa sakit terlalu dalam setelah melihat kelakuanmu. Kau tidak bisa berkilah lagi. Dengan jelas aku melihatmu tengah menyatu dengan hasrat cinta yang kau berikan padanya. Aku tetap mau putus, aku tidak peduli kalaupun orang tuaku akan marah padaku. Aku tidak peduli kalaupun aku harus menjadi gelandangan karena diusir oleh orang tuaku. Aku masih punya harga diri, Alka! Kau tidak bisa menghormatiku, bagaimana bisa aku menghormatimu. Stop! Jangan ganggu hidupku lagi."Dengan kilatan mata yang dipenuhi oleh amarah, satu tangan kokohnya mencengkram leher jenjang Calista begitu kuat. Ia ingin
"Sebenarnya ada apa sih? Kalian mengumpulkan kami di sini."Orang tua Alka dan juga orang tua Calista saling bertemu. Mereka memang sengaja dikumpulkan oleh Calista di sebuah Resto yang sudah dipesannya.Calista juga meminta Alka dan Alvaro berkumpul. Dia juga membawa saksi Seina untuk mengungkap kejahatan Alka."Ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan pada kalian. Tapi kita lebih baik memesan makanan dulu," ucap Calista menoleh pada kedua orang tuanya.Tatapan kedua paruh baya itu tertaut, merasa aneh dengan sikap anaknya semenjak kepulangannya dari Jepara."Sebenarnya apa sih, yang membuat Calista mengumpulkan kita di sini. Sebelumnya kamu nggak pernah bersikap seperti ini. Apa yang tengah kamu pikirkan, Calista?"Kamila memberikan teguran pada putrinya. Dia takut putrinya berulah dan membuat suasana makin kacau."Sudahlah Ma. Mama nggak usah tegang gitu. Nanti juga akan tau sendiri, apa yang ingin kukatakan," jawab Calista. Wanita itu nampak begitu santai, sangat berbeda sekali de
Bug, Alka berdiri dan langsung memberikan bogeman pada Alvaro. Dia sudah tidak bisa menahan emosinya sampai rumah. Ia lampiaskan kemarahannya di tempat itu juga."Berengsek kau! Keparat. Ini semua sudah kalian rencanakan sebelumnya. Aku tahu kalian memang sudah memiliki hubungan khusus sebelum aku bertemu dengannya. Iya kan? Ayo jawab!"Alka cuman beringasnya ia mencengkram kerah kemeja yang dikenakan oleh Alvaro dengan sangat kasar.Riana dan Bayu langsung melerai mereka berdua tidak ingin kejadian itu dilihat oleh banyak orang dan akan viral di sosial media."Alka lepaskan! Kurang ajar sekali kau! Tidak punya sopan santun. Kau lihat ini di mana? Aku tidak akan melerai kalian, kalau kalian berdebat di dalam rumah. Tapi ini restoran, tempat umum. Bisakah kau menghargaiku sebagai orang tuamu?!"Bayu melepas paksa tangan anak sulungnya yang masih mencengkram kuat kemeja Alvaro.Kamila dan Geraldi melihat sendiri bagaimana sikap Alka yang sesungguhnya. Mereka sudah kecewa berat karena s
"Calista! Bagaimana denganmu? Apa kamu mau menikah dengan Alvaro, setelah berpisah dari Alka?" tanya Geraldi.Geraldi masih tidak yakin sepenuhnya pada Alvaro setelah dikecewakan oleh Alka. Dia berpikir kalau adik kakak itu memiliki sifat yang sama."A-aku ...,"Calista nampaknya bingung untuk menjawabnya. Walaupun hatinya mengatakan iya, ingin menikah dengan orang yang sudah membuat pikirannya melayang-layang, tapi masih ada ketakutan, ia hanya takut suatu saat nanti Alvaro akan memperlakukannya sama seperti Alka."Ini adalah kesempatan emas buat kamu, dengan begini kamu bisa bersatu dengan Alvaro. Dia sudah merenggut keperawananmu, jangan menolaknya lagi. Kalau sampai kamu tiba-tiba hamil anaknya, otomatis anakmu memiliki Ayah biologisnya. Kalau kamu sampai menolaknya, aku sangat yakin kamu akan kecewa dikemudian hari."Seina berbisik lirih di samping Calista. Walaupun ia ada perasaan kagum pada Alvaro, ia kesampingkan perasaannya, ia tidak mau membuat Calista kecewa karena ulahnya.