"Hey! Siapa yang menyuruhmu datang ke sini. Kau itu benar-benar ya, datang datang bikin ulah."Calista tidak menyangka kalau Alvaro akan datang untuk menjenguknya."Aku datang kemari bukan membuat ulah, tapi untuk menjengukmu. Kenapa kau sakit tidak bilang padaku? Kenapa harus dia yang mengantarkanmu ke sini? Kenapa kau tidak minta tolong padaku?!"Alvaro berjalan mendekati Calista yang berbaring di berankar. Ada dua suster yang tengah mengecek keadaannya dan ingin memberikan suntikan padanya. Sedangkan kedua orang tuanya tidak nampak di dalam ruangan itu. Alvaro bahkan berharap orang tuanya tidak segera datang untuk menemani putrinya."Dia siapa yang kamu maksud?" tanya Calista dengan menautkan kedua alisnya."Nggak usah sok bego' tentunya kamu tahu siapa yang aku maksudkan."Calista mengulas senyumnya ketika mendapati wajah manyun pria yang sudah memiliki ikatan khusus dengannya."Ya wajar aja lah. Dia nganterin aku ke sini kan dia tunangan aku. Sebentar lagi kita mau menikah. Masa
"Loh! Ada nak Varo, rupanya."Geraldi yang cukup dekat dengan Alvaro, langsung memberikan sambutan hangat untuknya. Sedangkan Kamila sendiri masih belum terlalu mengenali Alvaro . Dia hanya mengingat pernah melihat pemuda itu disaat pesta pertunangan Calista dengan Alka, tapi dia tidak begitu mengetahui siapa Alvaro sebenarnya."Papa mengenali dia? Memangnya dia ini siapa Pa?" tanya Kamila menoleh pada suaminya yang kebetulan berdir di sampingnya."Emm, Dia ini Alvaro, adiknya Alka. Dia baru pulang dari Eropa. Cukup lama juga sih, dia tiba di sini, sebelum Alka sama Calista kita jodohkan waktu itu. Alvaro juga pernah datang ke toko kita untuk menemui Calista, dia membawakan makanan buat Calista."Geraldi memberikan banyak pujian tentang Alvaro yang memiliki sifat baik dan perhatian."Dia sangat baik sekali, Ma. Dia peduli banget sama Calista. Papa sangat bersyukur sekali masih ada orang-orang yang baik seperti mereka. Selain Alka, Alvaro ternyata sangat baik dan bisa menerima Calist
"Assalamualaikum," ucap Riana ketika memasuki ruang rawat Calista. Malam itu dia datang bersama dengan Alka dan juga suaminya.Seketika bola matanya hendak loncat ketika mendapati anak bungsunya yang sudah ada di dalam ruangan itu. Pantas saja Alvaro tidak ada di rumah, dan ternyata dia sudah ada di rumah sakit menemani Calista."Waalaikumsalam." Semua orang yang ada di ruang rawat Calista menoleh dan mendapati keberadaan Riana bersama keluarganya."Loh, Varo! Kok kamu ada di sini?" Riana berjalan mendekat ke arah putranya yang nampak biasa saja, tidak menunjukkan rasa kecanggungan walaupun keluarganya sudah diketahui dirinya tengah menemani Calista."Aku udah dari tadi ada di sini, ma. Abang tuh yang bilang, kalau Calista tengah dirawat di rumah sakit. Aku langsung datang ke sini, untuk mencarinya. Aku hanya ingin memastikan apa benar dia benar-benar dirawat di rumah sakit," jawab Alvaro.Bayu merasa aneh dengan sikap anak bungsunya. Alvaro sangat perhatian pada Calista. Ia hanya ta
Seminggu sebelum acara pernikahan, Calista ditugaskan ke luar kota oleh Ayahnya. Ia tidak sendirian, ditemani oleh Seina, sepupunya. Kondisi Ayahnya kurang sehat, Calista sendiri kondisinya juga baru pulih, tapi tak ada cara lain, ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke luar kota, tujuannya untuk melihat barang-barang yang akan dikirim ke tokonya, ia mengecek sendiri, takut ada pembodohan yang kembali merugikannya."Lista! Kamu nggak pamit sama Alka? Kalau mau pergi ke luar kota?" tanya Seina.Calista menggeleng. "Enggak, aku nggak dia kan selalu sibuk dengan pekerjaannya, jadi nggak pernah ada waktu buat temani aku. Ya sudah, percuma saja pamit, toh dia cuekin aku Mulu," jawab Calista."Ya kamu nggak boleh gitu, Calista. Walaupun dia cuek sama kamu, tapi dia calon suami kamu. Kamu harusnya pamitan sama dia, biar dia nggak nyalahin kamu ataupun orang tuamu. Gitu-gitu juga dia pernah merawat kamu waktu kamu sakit," tegur Seina.Calista sangat malas kalau harus pamitan. Bukan karena apa,
Dengan cepat, Alvaro meluncur ke kota Jepara. Tujuannya hanya satu, untuk menemui Calista. Selain mengkhawatirkan kondisi Calista yang baru saja sembuh, ia juga khawatir kalau sampai Calista bertemu dengan Alka, atau bahkan tengah bersama dengan Alka. Ia sangat khawatir, Calista akan terpedaya oleh bujuk rayu dan menyerahkan kehormatannya pada Alka. ia tidak akan pernah bisa menerimanya, walaupun jelas-jelas sekali Calista sudah menjadi tunangan dari kakaknya."Seina, menurutmu aman nggak? Kalau Alvaro datang ke sini,?" Calista nampak gelisah, ia tidak juga menjelaskan bahwa yang sudah menghubunginya bukanlah Alka, tapi Alvaro calon iparnya.Seina menautkan kedua alisnya. "Alvaro? Kenapa Alvaro yang datang ke sini. Seharusnya kan Alka yang ada di sini bersamamu. Memangnya siapa yang sudah menghubungimu tadi? Alka atau Alvaro?" tanya Saina dengan tatapan memicing."Varo." Calista bicara lirik namun masih bisa didengar oleh Seina.Bola mata Seina seakan mau loncat mendapati jawaban dar
Alka telah menghabiskan waktunya bersama dengan Ratri di kota Jepara. Ada pertemuan penting yang melibatkan mereka berdua, hingga membuat mereka bisa menikmati kebersamaan tanpa ada yang mengganggunya.Setelah pertemuannya dengan pemegang saham, Alka seperti biasa, mengajak sekertarisnya itu unboxing di hotel. Tidak pernah mendapatkan jatah dari tunangannya, membuat Alka tidak bisa menahan diri untuk tidak bermain-main. Akan tidak puas jika membiarkan gairahnya terpendam tanpa dilampiaskan."Ratri! Malam ini kita nginap di sini dulu ya? Masih capek kalau langsung pulang."Dengan bersemangat Ratri langsung menganggukkan kepalanya. Memang ia sudah menunggu-nunggu ucapan itu keluar dari mulut Alka. Ia juga sudah tidak sabar lagi untuk memiliki Alka sepenuhnya."Tentu saja Pak. Lebih baik kalau kita menginap. Lagian perjalanan terlalu jauh, nanti Bapak akan kecapean kalau langsung pulang, lebih baik istirahat dulu kan enak. Nanti akan saya pijitin. Bapak juga bisa melakukan apa saja pa
"Varo! Ngapain kamu ada di sini?"Seina yang habis membeli perlengkapan mandi, dikejutkan oleh keberadaan Alvaro di dalam hotel, tidak jauh dari kamarnya."Seina! Kau di sini rupanya? Mana Calista?"Tidak mendapati keberadaan Calista membuat Alvaro bertanya-tanya. Ia hanya takut kalau Calista tidak bersama dengan Seina."Dia ada di dalam kamar. Kalau kamu sendiri, kamar kamu ada di sebelah mana?" tanya Seina."Emm, aku ...," Alvaro menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan menyengir kuda. Ia bahkan tidak memesan kamar sebelum mendapati keberadaan Calista.Seina memicingkan bola matanya. "Jangan bilang kedatanganmu ke sini untuk memata-matai kami, maksudnya kamu ingin mencari keberadaan Calista. Memangnya ada apa kau dengan sepupuku? Sepertinya hubungan kalian lebih dari sekedar saudara ipar?"Seina ingin memancing. Apakah Alvaro mau mengatakan yang sebenarnya, mengenai hubungannya dengan Calista, atau dia masih juga menutupnya rapat-rapat."Ck! Apaan sih. Jangan sok tahu kamu. Nggak
Karena sangat penasaran dengan ucapan Alvaro, Calista ingin membuktikan sendiri jika ucapan Alvaro itu memang benar. Ia meminta Alvaro dan Seina untuk mengantarkannya ke ruang resepsionis, meminta data dari pengunjung hotel."Permisi mbak. Apakah di hotel ini ada data pengunjung yang bernama Alka Yanuar?" tanya Calista."Maaf mbak. Mbak ini siapa? Saya nggak bisa ngasih data sembarangan pada orang lain. Ini privasi mbak, saya bisa ditegur oleh pihak manajemen," jawab petugas resepsionis.Calista memutar bola matanya. Selalu saja begitu alasan pihak hotel kalau dimintai keterangan."Mbak. Saya ini tunangan dari Alka Yanuar. Saya diminta untuk menemuinya di hotel ini. Apa saya salah, tanya sama mbak?""Kalau begitu, tunggu ya mbak. Biar saya cek dulu. Apakah ada pengunjung atas nama Alka Yanuar."Petugas itu langsung memantau dari komputer dan mencari satu persatu data pengunjung yang datang dan cek in di hotel tempatnya bekerja."Oh, iya. Ini ada nama Alka Yanuar. Beliau pesan satu kama