Karena merasa penasaran dengan apa yang dilihatnya, Calista langsung menemui Alka yang tengah bersama dengan seorang perempuan yang diyakini sebagai kerabatnya. Ia berpikir mungkin kerabat jauh yang sudah lama tidak saling bertemu. Bahkan ia merasa asing dengan wajah wanita itu."Alka! siapa perempuan ini?" tanya Calista dengan menatap perempuan yang masih bergelayut manja di lengan calon suaminya.Alka nampak kikuk dan canggung. Ia segera melepaskan tangan Ratri yang bertengger manis di lengannya."Ca-calista! Kamu sudah selesai belanja?" Refleks Alka menoleh pada Calista dan menjawabnya gugup. Calista merasakan ada sesuatu yang tidak beres antara Alka dengan wanita yang bersamanya. Awalnya ia pikir mereka adalah kerabat, melihat Alka gugup, pikirannya mulai menduga-duga."Ya, Aku sudah selesai belanja. Siapa dia? Kenapa kamu meninggalkanku dan berada di sini bersamanya? Apakah yang kalian lakukan di sini?" tanya Calista dengan tatapan datar pada wanita yang berada di dekat Alka. Ha
"Lista! Ayolah. Jangan cemberut aja. Aku ngerasa nggak enak loh, ngajak cewek keluar, tapi ceweknya ngambekan gini. Kamu nggak bisa menuduhku begitu saja tanpa adanya bukti yang jelas. Kamu hanya mengetahui kebersamaan kami, tapi nggak memiliki bukti-bukti yang kuat sehingga menuduh kami berselingkuh. Hanya karena dia menggelayuti tanganku saja kau sudah langsung mengejudgeku begitu buruk. Apa kau tidak pernah dipegang laki-laki sebelumnya?"Calista meneguk ludahnya kasar. Bagaimana ia akan menjelaskan, jika dirinya bukan hanya dipegang, tapi sudah dinikmati kesuciannya dengan adik Alka sendiri."Aku cuman nggak tahu aja harus bilang apa sama kamu. Aku merasa nggak pantas aja melihat kedekatan kalian berdua. Kok bisa ya? Sekretaris sama atasan begitu dekat, apa semua sekretaris itu sama, harus selalu dekat dengan atasannya? Kalau hanya hubungan sebatas kerja, nggak harus pegangan tangan kayak gitu juga kan? Seharusnya sekretaris itu punya harga diri. Dia bekerja profesional, atau tuju
"Oh! Ya ampun ..., aku benar-benar pusing." Berkali-kali Calista memukuli kepalanya yang pening. Ia bahkan tidak bisa beristirahat dengan tenang. Kedua kakak beradik itu telah menginginkannya. Bahkan ia sendiri juga tidak tahu, apakah mereka benar-benar tulus mencintainya, atau hanya menginginkan dirinya sebagai budak napsu mereka. Tapi yang jelas, itu sangat membuatnya tidak nyaman. Ia hanya takut Alka bukan hanya sekedar memberikan ancaman, tapi akan mencelakai Alvaro jika diketahui dirinya telah memiliki hubungan spesial dengannya.'Bagaimana bisa aku lepas dari laki-laki itu. Belum jadi suamiku saja sudah membuatku gila seperti ini. Aku bahkan tidak bisa tenang, selalu saja Aku teringat dengan ucapannya.'Setibanya di rumah, Calista langsung mengunci dirinya di dalam kamar. Ia bahkan tidak mempedulikan keberadaan Alka yang masih mengobrol dengan orang tuanya. Ia sangat yakin, pasti Alka tengah mengatur siasat agar orang tuanya lebih percaya pada ucapan pria itu, dibandingkan dirin
"Calista! Kamu itu kenapa sih, di datengin sama Alka malah mengunci pintu di dalam kamar. Kamu ingin membuat orang tuamu ini malu? Kalian sudah bertunangan, harusnya kalian saling mendekatkan diri, bukannya malah menghindar gitu."Geraldi dan juga Karmila mengomeli anaknya setelah Alka berpamitan pulang. Calista memang sengaja menghindari pria itu agar lekas pulang dari rumahnya. Ia masih malas bersama dengan orang yang sudah bersikap tidak baik padanya."Aku tadi sakit perut, makanya aku memilih untuk istirahat," jawab Calista berkilah.Calista sangat kecewa, ia masih terbayang-bayang saat tangan Alka digelayuti oleh sekretarisnya. Ia berpikir, pasti keseharian Alka sangat buruk, bahkan lebih dari sekedar bergandengan tangan."Tapi kenapa kau mengunci pintunya. Bahkan saat kami memanggilmu, kamu nggak ada jawab, keterlaluan kamu!"Kamila sangat malu pada calon menantunya. Pasti Alka berpikir ia tidak bisa mendidik Calista dengan baik."Iya, aku memang sengaja mengunci pintunya dari d
Sebulan telah berlalu pertunangan Calista dengan Alka. Mereka berdua bahkan sangat jarang bertemu, Alka sendiri selalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga mengabaikan hubungannya dengan Calista.Riana, sang Mama menegur Alka untuk tidak mengabaikan Calista. Ia meminta Alka untuk menjemput Calista dan mengajaknya makan malam bersama."Alka! Tolong luangkan waktumu untuk menjemput Calista. Mama lihat kamu selalu menyibukkan dirimu dan mengabaikan Calista. Seharusnya kamu bisa mengatur waktumu untuk dia. Apa kamu tidak ingin mendekatkan diri padanya sebelum pernikahanmu tiba?"Riana mengomeli Alka yang hendak pergi ke kantor. Bahkan di hari weekend, Alka selalu menyibukkan diri pergi untuk bekerja. Selain di kantor, ia memiliki usaha lain, Dia memiliki bengkel mobil sebagai pekerjaan sampingan yang dikerjakan oleh beberapa karyawan."Mama tahu sendiri kalau aku ini sangat sibuk, aku bahkan tidak ada waktu untuk bermain-main. Lagian Calista kalau diajak main dia selalu saja minta pulang. Di
Malam itu Calista kembali dijemput oleh Alka dan mengajaknya untuk ikut makan malam bersama keluarganya. Tentunya Alka sangat malas, karena sudah berjanjian dengan Ratri, sekertarisnya untuk menemaninya di suatu acara."Calista, akhirnya kamu datang juga sayang. Mama itu kangen banget sama kamu. Udah lama kita nggak ketemu," celetuk Riana, menyambut kedatangan calon menantunya yang diidam-idamkan.Calista langsung menyalami Riana dan juga Bayu yang menunggunya di teras depan rumahnya."Tante dan Om apa kabarnya?" tanya Calista."Alhamdulillah. Kami sehat. Bagaimana dengan kamu sendiri dan keluarga? Apa kalian juga dalam keadaan sehat?" Riana dan Bayu balik bertanya pada calon menantunya."Alhamdulillah, Kami baik-baik."Dengan ramah Calista menunjukkan sikap baiknya pada kedua mertuanya. Sesuai dengan keinginan orang tuanya, ia harus bersikap baik pada keluarga Alka."Tapi kamu nggak usah panggil kami Tante atau Om, panggil saja Mama sama Papa. Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga
Acara makan malam telah tiba. Keluarga tengah berkumpul di ruang makan sambil berbincang-bincang santai. Calista masih tampak canggung berada di tengah-tengah mereka karena baru kali ini ia menikmati makan bersama keluarga dari calon suaminya."Calista! Kalau makan yang banyak, jangan sungkan-sungkan. Di sini juga keluargamu, sebentar lagi kalian kalau sudah menikah akan tinggal di sini bersama kami. Kebiasakan dirimu seperti di rumahmu sendiri. Kau bahkan sudah boleh tinggal di sini sekarang," celetuk Riana.Mendapati Calista yang hanya sedikit mengambil nasi di piringnya, membuat Riana langsung menegurnya. Ia tidak ingin Calista menganggap keluarganya seperti orang lain. Bahkan ia sendiri sudah menganggap Calista seperti anaknya sendiri."Aku kalau makan memang seperti ini ma. Nggak banyak makan nasi, cuma sayur sama buah," jawab Calista.Gadis itu beranjak dan mengambilkan makanan buat Alka. Sangat tak pantas jika ia mengabaikan Alka untuk mengambil makanan sendiri. Ia harus bersi
"Brengsek! Bisa-bisanya kau bicara seperti itu di depan Calista! Kau memang sengaja memancing-mancing masalah supaya aku dibenci oleh Calista. Jika sampai Calista bertanya yang macam-macam padaku, aku harus menjawab apa, Varo?!"Alka tak punya kesabaran lagi untuk menghajar adiknya. Ia menahan sampai mereka menyelesaikan acara makan malamnya. "Kau benar-benar gila, Varo! Selama ini aku sudah sangat sabar padamu, tapi kau selalu membuat masalah denganku. Apa kau tidak punya kerjaan lain, selain menggangu kehidupanku?"Alvaro nampak tenang menghadapi Alka yang tengah tersulut emosi. Ia merasa tidak bersalah atas apa yang ia ucapkan."Loh! Memangnya aku salah bicara seperti itu? Memang pada kenyataannya benar kan, apa yang aku omongin. Apa kau pikir dirimu itu baik. Walaupun aku tidak pernah ada bersamamu, aku tahu kelakuanmu, bang. Dari dulu kau suka bermain wanita."Alka mengeram menahan untuk tidak melayangkan tangannya menghadapi adik laki-lakinya. "Ya tapi kan nggak harus dijelasin
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta