Malam itu Calista kembali dijemput oleh Alka dan mengajaknya untuk ikut makan malam bersama keluarganya. Tentunya Alka sangat malas, karena sudah berjanjian dengan Ratri, sekertarisnya untuk menemaninya di suatu acara."Calista, akhirnya kamu datang juga sayang. Mama itu kangen banget sama kamu. Udah lama kita nggak ketemu," celetuk Riana, menyambut kedatangan calon menantunya yang diidam-idamkan.Calista langsung menyalami Riana dan juga Bayu yang menunggunya di teras depan rumahnya."Tante dan Om apa kabarnya?" tanya Calista."Alhamdulillah. Kami sehat. Bagaimana dengan kamu sendiri dan keluarga? Apa kalian juga dalam keadaan sehat?" Riana dan Bayu balik bertanya pada calon menantunya."Alhamdulillah, Kami baik-baik."Dengan ramah Calista menunjukkan sikap baiknya pada kedua mertuanya. Sesuai dengan keinginan orang tuanya, ia harus bersikap baik pada keluarga Alka."Tapi kamu nggak usah panggil kami Tante atau Om, panggil saja Mama sama Papa. Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga
Acara makan malam telah tiba. Keluarga tengah berkumpul di ruang makan sambil berbincang-bincang santai. Calista masih tampak canggung berada di tengah-tengah mereka karena baru kali ini ia menikmati makan bersama keluarga dari calon suaminya."Calista! Kalau makan yang banyak, jangan sungkan-sungkan. Di sini juga keluargamu, sebentar lagi kalian kalau sudah menikah akan tinggal di sini bersama kami. Kebiasakan dirimu seperti di rumahmu sendiri. Kau bahkan sudah boleh tinggal di sini sekarang," celetuk Riana.Mendapati Calista yang hanya sedikit mengambil nasi di piringnya, membuat Riana langsung menegurnya. Ia tidak ingin Calista menganggap keluarganya seperti orang lain. Bahkan ia sendiri sudah menganggap Calista seperti anaknya sendiri."Aku kalau makan memang seperti ini ma. Nggak banyak makan nasi, cuma sayur sama buah," jawab Calista.Gadis itu beranjak dan mengambilkan makanan buat Alka. Sangat tak pantas jika ia mengabaikan Alka untuk mengambil makanan sendiri. Ia harus bersi
"Brengsek! Bisa-bisanya kau bicara seperti itu di depan Calista! Kau memang sengaja memancing-mancing masalah supaya aku dibenci oleh Calista. Jika sampai Calista bertanya yang macam-macam padaku, aku harus menjawab apa, Varo?!"Alka tak punya kesabaran lagi untuk menghajar adiknya. Ia menahan sampai mereka menyelesaikan acara makan malamnya. "Kau benar-benar gila, Varo! Selama ini aku sudah sangat sabar padamu, tapi kau selalu membuat masalah denganku. Apa kau tidak punya kerjaan lain, selain menggangu kehidupanku?"Alvaro nampak tenang menghadapi Alka yang tengah tersulut emosi. Ia merasa tidak bersalah atas apa yang ia ucapkan."Loh! Memangnya aku salah bicara seperti itu? Memang pada kenyataannya benar kan, apa yang aku omongin. Apa kau pikir dirimu itu baik. Walaupun aku tidak pernah ada bersamamu, aku tahu kelakuanmu, bang. Dari dulu kau suka bermain wanita."Alka mengeram menahan untuk tidak melayangkan tangannya menghadapi adik laki-lakinya. "Ya tapi kan nggak harus dijelasin
"Calista! Bagaimana hubunganmu dengan tunanganmu? Apa kalian baik-baik saja? Aku belum sempat kenalan sama dia. Aku malu, dia terlalu pendiam."Seina sangat penasaran dengan sosok Alka yang memiliki wajah dingin dan jutek. Mungkin pria itu tidak bisa romantis seperti pria lain."Jujur, aku capek banget belum nikah aja udah kayak gini," jawab Calista.Calista menghela napas panjang dan mengeluarkan perlahan, memikirkan hubungannya yang tidak harmonis. Alka nampak menaruh kecurigaan pada Alvaro, hingga membuatnya tidak tenang."Kayak gini bagaimana maksudnya? Apa dia nggak perhatian sama kamu?" tanya Seina dengan menautkan kedua alisnya hingga menyatu di antara keningnya."Dia menyebalkan sekali. Aku sih nggak minta romantis, Aku hanya ingin dia peduli seperti pasangan-pasangan lain. Hampir tiap hari dia marah-marah terus sama adiknya. Kalau marah selalu ngelibatin aku. Kan aku kesel juga.""Kok bisa? Alasannya?" Seina semakin penasaran dengan cerita Calista mengenai hubungannya dengan
EkhemDeheman keras dari arah belakang membuat Alka terkejut. Alka maupun Ratri langsung menoleh ke arah belakang dan mendapati keberadaan Calista bersama dengan Seina. Kedua wanita muda itu memberikan tatapan datar pada sepasang sejoli yang tengah memadu kasih di keramaian."C-Calista! Kamu kok ada di sini?"Alka langsung tergugup tidak bisa bersikap tenang. Tangannya yang semula menggandeng Ratri langsung dilepaskan."Kenapa dilepaskan? Bukannya dari tadi sudah bergandengan tangan? Tidak usah dilepaskan, aku nggak papa kok, kalaupun kamu jalan sama dia."Calista menutupi kekecewaannya dengan bersikap tenang ia bahkan mengulas senyuman manis di depan Alka seolah-olah tidak terjadi masalah di antara mereka."Aku hanya minta penjelasan aja sama kamu. Jawab saja aku sejujurnya. Sebenarnya hubungan kalian ini hanya sebatas rekan kerja atau memang ada hubungan spesial, lebih dari hubungan rekan kerja? Jawab saja Alka! Aku tidak akan marah kok."Alka merubah raut wajahnya dingin. Dia menol
Calista membanting tubuhnya di ranjang yang dipajang di tokonya. Setelah menghabiskan waktunya bertengkar dengan Alka di mall, ia memutuskan untuk kembali ke tokonya. Kebetulan hari itu ia sedang bekerja, dan Seina datang merayunya, mengajaknya pergi ke mall untuk membeli keperluannya. Untung saja keadaan Ayahnya juga membaik, jadi ia bisa keluar untuk mengantarkan sepupunya belanja."Calista! Kamu ngapain tiduran di sini. Nanti kalau ada orang masuk sini gimana?" Calista memejamkan mata, ia menangis dalam diam, mengingat Alka yang egois tidak mau disalahkan."Bentar aja Pa. Aku kecapean," jawab Calista masih dengan mata terpejam.Geraldi berdecak. Ia tak mendapati apa-apa yang dibeli oleh Calista maupun keponakannya. "Jalan-jalan gitu doang bilangnya kecapean. Terus sekarang mana belanjaan kamu? Kok pulang nggak bawa apa-apa? tanya Geraldi mendekati putrinya yang tengah merebahkan diri di atas deretan spring bed yang terpampang untuk dijual."Males Pa, nggak jadi belanja kepalaku
Calista jatuh sakit setelah kejadian di mana dia tengah bertengkar dengan Alka. Orang tuanya bahkan sangat tidak peduli dengan perasaannya. Mereka lebih mengutamakan usaha dibandingkan dengan perasaan anaknya yang sudah disakiti oleh calon suaminya."Calista! Lebih baik kamu minum obatmu dulu, setelah itu kamu bisa istirahat."Kamila masuk ke dalam kamarnya dan mendapati putrinya yang tengah berbaring lemas di pembaringan."Nanti saja Ma, masih belum lapar," tolak Calista.Ia sudah tidak memiliki nafsu makan lagi semenjak orang tuanya tidak mengizinkannya untuk berpisah dari Alka, setelah tahu Alka tengah berseling dengan orang lain, harapannya hanya ingin berpisah."Kalau menunggu sampai lapar, terus sampai kapan kamu mau minum obat. Jangan bandel bandel lekas makan dan minum obatmu setelah itu istirahat. Ini Mama sudah ambilkan obatnya dan juga makanannya, ayo lekas bangun, nggak usah malas-malasan kayak gitu."Dengan helaan napas panjang, Calista memutuskan untuk bangkit dari tidur
"Apa kau pikir aku setuju dengan ucapanmu itu? Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Calista. Awalnya aku memang tidak berharap menjadi suamimu, tapi sekarang aku semakin berharap agar kau akan segera menjadi istriku. Sebentar lagi kita akan menikah, dan kau jangan membuat ulah, apalagi memiliki keinginan putus denganku, karena itu tidaklah mungkin terjadi."Alka semakin mendekatkan dirinya pada Calista, ia meraih dagu Calista untuk dikecupnya."Jangan sembarangan kamu!"Dengan cepat gadis itu mendorongnya hingga membuat tubuhnya terhuyung."Hey! Kasar sekali kau! Aku ini calon suamimu. Bahkan aku bisa melakukan hal yang lebih dari ini. Sebentar lagi kita akan menjadi pasangan suami istri, kau tidak bisa menghindar terus dariku, Calista!"Cukup kecewa saat Calista menolak menerima ciumannya. Padahal Alka sudah sesabar mungkin untuk tidak memberikan sentuhan kecil pada tunangannya. Tapi saat mencoba untuk memberikan sentuhan, Calista langsung menolaknya."Kau sudah gila, ya! Kita ini han
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta