"Calista! Kamu itu kenapa sih, di datengin sama Alka malah mengunci pintu di dalam kamar. Kamu ingin membuat orang tuamu ini malu? Kalian sudah bertunangan, harusnya kalian saling mendekatkan diri, bukannya malah menghindar gitu."Geraldi dan juga Karmila mengomeli anaknya setelah Alka berpamitan pulang. Calista memang sengaja menghindari pria itu agar lekas pulang dari rumahnya. Ia masih malas bersama dengan orang yang sudah bersikap tidak baik padanya."Aku tadi sakit perut, makanya aku memilih untuk istirahat," jawab Calista berkilah.Calista sangat kecewa, ia masih terbayang-bayang saat tangan Alka digelayuti oleh sekretarisnya. Ia berpikir, pasti keseharian Alka sangat buruk, bahkan lebih dari sekedar bergandengan tangan."Tapi kenapa kau mengunci pintunya. Bahkan saat kami memanggilmu, kamu nggak ada jawab, keterlaluan kamu!"Kamila sangat malu pada calon menantunya. Pasti Alka berpikir ia tidak bisa mendidik Calista dengan baik."Iya, aku memang sengaja mengunci pintunya dari d
Sebulan telah berlalu pertunangan Calista dengan Alka. Mereka berdua bahkan sangat jarang bertemu, Alka sendiri selalu sibuk dengan pekerjaannya, hingga mengabaikan hubungannya dengan Calista.Riana, sang Mama menegur Alka untuk tidak mengabaikan Calista. Ia meminta Alka untuk menjemput Calista dan mengajaknya makan malam bersama."Alka! Tolong luangkan waktumu untuk menjemput Calista. Mama lihat kamu selalu menyibukkan dirimu dan mengabaikan Calista. Seharusnya kamu bisa mengatur waktumu untuk dia. Apa kamu tidak ingin mendekatkan diri padanya sebelum pernikahanmu tiba?"Riana mengomeli Alka yang hendak pergi ke kantor. Bahkan di hari weekend, Alka selalu menyibukkan diri pergi untuk bekerja. Selain di kantor, ia memiliki usaha lain, Dia memiliki bengkel mobil sebagai pekerjaan sampingan yang dikerjakan oleh beberapa karyawan."Mama tahu sendiri kalau aku ini sangat sibuk, aku bahkan tidak ada waktu untuk bermain-main. Lagian Calista kalau diajak main dia selalu saja minta pulang. Di
Malam itu Calista kembali dijemput oleh Alka dan mengajaknya untuk ikut makan malam bersama keluarganya. Tentunya Alka sangat malas, karena sudah berjanjian dengan Ratri, sekertarisnya untuk menemaninya di suatu acara."Calista, akhirnya kamu datang juga sayang. Mama itu kangen banget sama kamu. Udah lama kita nggak ketemu," celetuk Riana, menyambut kedatangan calon menantunya yang diidam-idamkan.Calista langsung menyalami Riana dan juga Bayu yang menunggunya di teras depan rumahnya."Tante dan Om apa kabarnya?" tanya Calista."Alhamdulillah. Kami sehat. Bagaimana dengan kamu sendiri dan keluarga? Apa kalian juga dalam keadaan sehat?" Riana dan Bayu balik bertanya pada calon menantunya."Alhamdulillah, Kami baik-baik."Dengan ramah Calista menunjukkan sikap baiknya pada kedua mertuanya. Sesuai dengan keinginan orang tuanya, ia harus bersikap baik pada keluarga Alka."Tapi kamu nggak usah panggil kami Tante atau Om, panggil saja Mama sama Papa. Kamu sudah menjadi bagian dari keluarga
Acara makan malam telah tiba. Keluarga tengah berkumpul di ruang makan sambil berbincang-bincang santai. Calista masih tampak canggung berada di tengah-tengah mereka karena baru kali ini ia menikmati makan bersama keluarga dari calon suaminya."Calista! Kalau makan yang banyak, jangan sungkan-sungkan. Di sini juga keluargamu, sebentar lagi kalian kalau sudah menikah akan tinggal di sini bersama kami. Kebiasakan dirimu seperti di rumahmu sendiri. Kau bahkan sudah boleh tinggal di sini sekarang," celetuk Riana.Mendapati Calista yang hanya sedikit mengambil nasi di piringnya, membuat Riana langsung menegurnya. Ia tidak ingin Calista menganggap keluarganya seperti orang lain. Bahkan ia sendiri sudah menganggap Calista seperti anaknya sendiri."Aku kalau makan memang seperti ini ma. Nggak banyak makan nasi, cuma sayur sama buah," jawab Calista.Gadis itu beranjak dan mengambilkan makanan buat Alka. Sangat tak pantas jika ia mengabaikan Alka untuk mengambil makanan sendiri. Ia harus bersi
"Brengsek! Bisa-bisanya kau bicara seperti itu di depan Calista! Kau memang sengaja memancing-mancing masalah supaya aku dibenci oleh Calista. Jika sampai Calista bertanya yang macam-macam padaku, aku harus menjawab apa, Varo?!"Alka tak punya kesabaran lagi untuk menghajar adiknya. Ia menahan sampai mereka menyelesaikan acara makan malamnya. "Kau benar-benar gila, Varo! Selama ini aku sudah sangat sabar padamu, tapi kau selalu membuat masalah denganku. Apa kau tidak punya kerjaan lain, selain menggangu kehidupanku?"Alvaro nampak tenang menghadapi Alka yang tengah tersulut emosi. Ia merasa tidak bersalah atas apa yang ia ucapkan."Loh! Memangnya aku salah bicara seperti itu? Memang pada kenyataannya benar kan, apa yang aku omongin. Apa kau pikir dirimu itu baik. Walaupun aku tidak pernah ada bersamamu, aku tahu kelakuanmu, bang. Dari dulu kau suka bermain wanita."Alka mengeram menahan untuk tidak melayangkan tangannya menghadapi adik laki-lakinya. "Ya tapi kan nggak harus dijelasin
"Calista! Bagaimana hubunganmu dengan tunanganmu? Apa kalian baik-baik saja? Aku belum sempat kenalan sama dia. Aku malu, dia terlalu pendiam."Seina sangat penasaran dengan sosok Alka yang memiliki wajah dingin dan jutek. Mungkin pria itu tidak bisa romantis seperti pria lain."Jujur, aku capek banget belum nikah aja udah kayak gini," jawab Calista.Calista menghela napas panjang dan mengeluarkan perlahan, memikirkan hubungannya yang tidak harmonis. Alka nampak menaruh kecurigaan pada Alvaro, hingga membuatnya tidak tenang."Kayak gini bagaimana maksudnya? Apa dia nggak perhatian sama kamu?" tanya Seina dengan menautkan kedua alisnya hingga menyatu di antara keningnya."Dia menyebalkan sekali. Aku sih nggak minta romantis, Aku hanya ingin dia peduli seperti pasangan-pasangan lain. Hampir tiap hari dia marah-marah terus sama adiknya. Kalau marah selalu ngelibatin aku. Kan aku kesel juga.""Kok bisa? Alasannya?" Seina semakin penasaran dengan cerita Calista mengenai hubungannya dengan
EkhemDeheman keras dari arah belakang membuat Alka terkejut. Alka maupun Ratri langsung menoleh ke arah belakang dan mendapati keberadaan Calista bersama dengan Seina. Kedua wanita muda itu memberikan tatapan datar pada sepasang sejoli yang tengah memadu kasih di keramaian."C-Calista! Kamu kok ada di sini?"Alka langsung tergugup tidak bisa bersikap tenang. Tangannya yang semula menggandeng Ratri langsung dilepaskan."Kenapa dilepaskan? Bukannya dari tadi sudah bergandengan tangan? Tidak usah dilepaskan, aku nggak papa kok, kalaupun kamu jalan sama dia."Calista menutupi kekecewaannya dengan bersikap tenang ia bahkan mengulas senyuman manis di depan Alka seolah-olah tidak terjadi masalah di antara mereka."Aku hanya minta penjelasan aja sama kamu. Jawab saja aku sejujurnya. Sebenarnya hubungan kalian ini hanya sebatas rekan kerja atau memang ada hubungan spesial, lebih dari hubungan rekan kerja? Jawab saja Alka! Aku tidak akan marah kok."Alka merubah raut wajahnya dingin. Dia menol
Calista membanting tubuhnya di ranjang yang dipajang di tokonya. Setelah menghabiskan waktunya bertengkar dengan Alka di mall, ia memutuskan untuk kembali ke tokonya. Kebetulan hari itu ia sedang bekerja, dan Seina datang merayunya, mengajaknya pergi ke mall untuk membeli keperluannya. Untung saja keadaan Ayahnya juga membaik, jadi ia bisa keluar untuk mengantarkan sepupunya belanja."Calista! Kamu ngapain tiduran di sini. Nanti kalau ada orang masuk sini gimana?" Calista memejamkan mata, ia menangis dalam diam, mengingat Alka yang egois tidak mau disalahkan."Bentar aja Pa. Aku kecapean," jawab Calista masih dengan mata terpejam.Geraldi berdecak. Ia tak mendapati apa-apa yang dibeli oleh Calista maupun keponakannya. "Jalan-jalan gitu doang bilangnya kecapean. Terus sekarang mana belanjaan kamu? Kok pulang nggak bawa apa-apa? tanya Geraldi mendekati putrinya yang tengah merebahkan diri di atas deretan spring bed yang terpampang untuk dijual."Males Pa, nggak jadi belanja kepalaku