Calista nampak begitu anggun dengan mengenakan gaun berwarna putih berkombinasi dengan renda warna biru muda.Tapi kecantikannya tak memancarkan aura kebahagiaan. Ia sama sekali tidak senang dengan pesta besar yang diadakan oleh orang tuanya. Ia bahkan tidak siap menjadi bagian dari kehidupan Alka, yang ia pikirkan saat ini, sudah membuat hati Alvaro terluka karena pertunangannya dengan Alka."Calista! Senyum dong. Udah didandani secantik ini kok manyun aja. Di luar banyak tamu yang datang, jangan kau tunjukkan wajah masam-mu itu," tegur Seina."Iya, Lista! Dari tadi siang Mama lihat kamu itu manyun aja. Jangan gitu lah. Kami melakukan ini semua juga demi kebaikanmu sendiri. Lagian Alka kan juga baik, kenapa masih juga diragukan."Kamila ikut menegurnya. Sedih rasanya melihat anaknya yang tidak menunjukkan kebahagiaan di hari pertunangannya."Ma. Gimana Calista bisa bahagia. Bahkan Alka nggak ada respon baiknya padaku. Tadi pas ketemu dia jutek, malas bertegur sapa denganku," jawab C
Selesai acara pesta, Alka mengantarkan Calista pulang. Wajahnya masam, cukup kecewa hanya karena cincin yang dibawa Calista terjatuh di bawah kaki Alvaro. Ia juga melihat Alvaro menggenggam tangan Calista penuh perasaan."Sepertinya kalian sudah semakin dekat." Tiba-tiba saja Alka membuyarkan lamunan Calista.Sejak perjalanan pulang, mereka berdua sama-sama diam berkecamuk dengan pikirannya masing-masing. Alka mulai menaruh kecurigaan pada Calista dan juga Alvaro."Hubungan erat bagaimana maksud kamu?" tanya Calista.Calista mulai was-was, Alka mulai menaruh kecurigaan padanya."Ya hubungan spesial. Kalian memiliki hubungan spesial dibelakangku? Apa itu benar, Calista?"Refleks Calista terkejut. Ia mendadak panik saat Alka meminta penjelasan darinya. "A-aku,"Seketika mobilnya terhenti karena ada orang yang memotong jalan. Hampir saja Alka menabrak seseorang karena tidak fokus menyetir."Kamu itu! Hampir aja nabrak orang. Gimana kalau sampai orang itu celaka! Kamu pasti dihukum."Cal
Malam sudah larut, Alvaro tak kunjung tidur. Matanya memerah dengan pikirannya yang berkecamuk. Ia menghisap rokok dengan asap mengepul di udara.Teringat ketika ia menggenggam tangan Calista di depan banyak orang, berharap semua orang mengetahui kalau dirinya memang memiliki perasaan yang besar terhadap gadis itu."Calista! Aku sangat merindukanmu. Bagaimana bisa aku melupakanmu. Semenjak Aku mengenalimu dan kita menghabiskan malam bersama waktu itu, aku merasakan jatuh cinta padamu. Sebelumnya aku tidak pernah merasakan hal sebodoh ini. Di luar negeri aku memiliki banyak kenalan wanita, tapi tidak seberat ini. Jujur aku benar-benar ketakutan. Aku takut kehilanganmu, Calista. Huft ..., Apa masih ada kesempatan lagi untuk bisa mendekatimu?"Alvaro merasakan kepalanya begitu pening. Ia habis menenggak dua botol wiskhy sekaligus untuk menenangkan pikirannya. Hari itu ia memang tidak pergi ke club, biasanya ia menghabiskan waktunya untuk minum-minum di club' malam, tapi untuk malam ini i
"Alvaro! Bangun! Jangan buat Mama cemas." Riana menepuk-nepuk pipi putranya yang masih belum sadar dari pingsannya.Entah seburuk apa perlakuan Alka hingga membuat adiknya pingsan.Bayu memijit keras di sela-sela jari kakinya hingga membuat Alvaro berjingkat, tersadar."Mama, Papa. Kok kalian ada di sini?"Dengan kepalanya yang masih berdenyut, Alvaro mencoba untuk bangun. "Ini bau apaan, ya?"Hidungnya merasakan ada bau anyir darah, ia tidak sadar kalau hidungnya yang tengah mengeluarkan darah, namun telah mengering. Riana juga sudah membantu membersihkannya."Hidungmu mengeluarkan banyak darah tadi. Apa kau tidak mengingatnya?" tanya Riana. Wanita paruh baya itu menunjukkan kapas yang sudah dibuang ke lantai dipenuhi oleh banyak darah mengering.Perlahan-lahan Alvaro mulai tersadar, sebelumnya Alka datang ke kamarnya, dan berdebat dengannya. Alka memukulnya dan pergi begitu saja."Ini kelakuan anak kalian. Dia memukulku, tak kusangka pukulannya lumayan keras, hingga membuat hidungk
Di hari weekend, Alvaro sangat malas untuk keluar berolahraga. Biasanya setiap pagi ia selalu bersemangat untuk joging berkeliling alun-alun di dekat rumahnya, tapi kali ini ia bermalas-malasan enggan untuk beranjak dari kasurnya."Jam segini Calista sedang apa ya? Aku kangen banget sama dia. Apa dia masih mau, jika aku temui?"Rasa rindunya sangat berat pada gadis pujaannya. Tapi cintanya terhalang oleh kakaknya yang berstatus sebagai tunangan dari gadis kesayangannya. "Ada saja aku masih memiliki kesempatan untuk memilikinya, aku janji pasti akan membahagiakannya, aku akan melindunginya, dan aku akan menyayanginya."Sudah seperti orang gila saja Alvaro memeluk bantal guling dan mengecupnya. Ia membayangkan bantal guling itu sebagai Calista, dia memeluknya sangat erat, berkhayal tengah memeluk tubuh Calista dari belakang."Apa aku coba telepon aja ya? Oh, jangan telepon deh, lebih baik video call, biar aku tahu dia sedang apa sekarang."Alvaro memutuskan untuk mengambil ponselnya da
Setelah video call dengan Alvaro, Calista bergegas untuk segera mandi. Untuk merilekskan diri seharian penuh rasanya sangat susah. Bahkan di hari weekend, ia masih saja diganggu oleh pria yang kini membuat otaknya selalu berpikir tidak waras."Calista! Apa kau sudah bangun?"Kamila mengetuk pintu kamarnya. Bahkan pagi itu Calista tidak ikut sarapan bersama orang tuanya."Cepatlah keluar, Alka datang ke sini mencarimu."Calista yang ada di kamar mandi tidak bisa mendengarnya, karena air shower lumayan berisik."Calista! Oh, ya ampun! Anak ini kalau dipanggil nggak ada nyaut. Apa masih juga belum bangun. Mana pintunya dikunci dari dalam."Kamila memutuskan untuk meninggalkan kamar Calista untuk menemui Alka yang menunggunya di ruang tamu."Alka, dia nggak ada nyaut. Pintunya dikunci dari dalam. Mungkin dia lagi di kamar mandi."Kamila menghenyakkan tubuhnya di sofa, ikut bergabung bersama suami dan calon menantunya."Apa mungkin dia masih tidur, Ma. Anak itu tadi malam bilang, mau tidur
Calista dibawa jalan-jalan keliling kota oleh Alka. Alka sendiri tidak menjelaskan tujuannya membawa Calista, dan itu membuat Calista menggerutu."Emangnya kamu itu mau bawa aku ke mana sih? Dari tadi kita muter-muter terus keliling kota. Aku capek tau nggak? Ini udah siang. Tujuan kita itu sebenarnya mau ke mana? Kalau mau mengajakku, seharusnya kamu memiliki tujuan yang jelas, nggak muter-muter terus jalanan kayak gini, bosen tau nggak?!"Alka terkekeh menoleh pada gadis yang duduk di sebelahnya, tengah mengomelinya."Emangnya kamu mau ke mana sih? Biar aku antarkan," jawab Alka, dan itu membuat Calista ingin sekali melemparkan botol Aqua yang ada di pangkuannya."Kau itu benar-benar menyebalkan, ya?! Tadi kau bilang ingin mengajakku keluar, berarti kau memiliki tujuan, kan? Nggak hanya mengajakku keluar saja. Sekarang kau malah bertanya padaku, ke mana tujuanku, kau akan antarkan. Kau itu waras atau enggak sih. Kalau aku jawab, aku nggak ada tujuan, tujuanku hanya ingin pulang. Gi
Karena merasa penasaran dengan apa yang dilihatnya, Calista langsung menemui Alka yang tengah bersama dengan seorang perempuan yang diyakini sebagai kerabatnya. Ia berpikir mungkin kerabat jauh yang sudah lama tidak saling bertemu. Bahkan ia merasa asing dengan wajah wanita itu."Alka! siapa perempuan ini?" tanya Calista dengan menatap perempuan yang masih bergelayut manja di lengan calon suaminya.Alka nampak kikuk dan canggung. Ia segera melepaskan tangan Ratri yang bertengger manis di lengannya."Ca-calista! Kamu sudah selesai belanja?" Refleks Alka menoleh pada Calista dan menjawabnya gugup. Calista merasakan ada sesuatu yang tidak beres antara Alka dengan wanita yang bersamanya. Awalnya ia pikir mereka adalah kerabat, melihat Alka gugup, pikirannya mulai menduga-duga."Ya, Aku sudah selesai belanja. Siapa dia? Kenapa kamu meninggalkanku dan berada di sini bersamanya? Apakah yang kalian lakukan di sini?" tanya Calista dengan tatapan datar pada wanita yang berada di dekat Alka. Ha
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta