Alex terduduk di bangku taman. Tubuhnya seakan lunglai. Seakan kehilangan tenaganya. Alex terhenyak dengan tatapan kosong. Tidak! ini tidak mungkin! Seperti orang gila, Alex tiba-tiba tertawa keras. Tawanya akan terasa menyakitkan jika saja yang mendengar peka. Tawanya bukan ekspresi kegembiraan. Tawa itu bentuk lain dari ratapan.
Alex masih bertahan dengan tawanya. Sampai tetesan demi tetesan air meluncur dari sudut matanya. Alex tetap tertawa, sampai tawanya berubah jadi isakan. Alex menangis tergugu. Kedua tangannya mencengkram sisi-sisi kepalanya.
Tadinya,Alex ingin mengetahui keadaan mamanya. Tapi saat di balik pintu, Alex tak sengaja mendengar percakapan mamanya dengan Dion. Memang tidak keras, tetapi masih cukup mampu ditangkap pendengaran Alex saat itu.
"Tuan Aryawan meminta saya memegang kendali sementar
Siapa sosok pendukung Alex? Yukkkk baca terus dan temukan rahasianya
"Kamu cantik!" puji Arumi pagi itu saat sedang berjemur di taman rumahnya.Almira tersenyum kecil. Merasa senang dengan pujian yang dilontarkan Nyonyanya itu. Almira merasakan kelembutan Arumi, pun dengan Arumi yang melihat ketulusan di setiap waktu Almira merawatnya."Terimakasih, Nyonya. Nyonya pun sangat cantik. Saya malah minder lho Nyonya, saya yang mudah merasa tersaingi," seloroh Almira sambil memotong kuku tangan Arumi.Kesehatan Arumi berangsur membaik. Walaupun saat ini Arumi belum bisa berjalan karena kakinya masih lemah, sehingga Arumi harus memakai kursi roda untuk berpindah tempat. Seperti saat ini, Arumi berjemur di bawah matahari pagi dengan duduk di kursi roda ditemani Almira."Kamu ada-ada saja. Saya sudah tua, yang entah kenapa Allah memberi kesempatan
"Masuk!" jawab Arumi.Almira mendesah pelan, lega. Kali ini dia terselamatkan dari kebohongannya. Namun entah sampai kapan, dia harus mempertahankan kebohongan ini. Yumna ingin mengatakan yang sebenarnya, tapi bagaimana tanggapan Arumi nantinya? Jujur, Almira merasa nyaman dengan Arumi. Terlepas dari sikap Arumi terhadap anak-anaknya, Alex dan Alana, Almira merasakan kelembutan wanita paruh baya itu. Dan Almira merasa nyaman di dekatnya. Mungkin dirinya merindukan sosok ibunya.Dion memasuki kamar dengan langkah penuh wibawa. Terlihat aura kepemimpinan dalam setiap gesture tubuhnya. Pantas saja Tuan Atmaja mempercayakan perusahaan padanya, batin Almira. Untuk sesaat Almira terpesona. Namun segera tersadar dengan muka tersipu. Merutuk dalam hatinya tentang pikirannya yang melantur."Ada apa, Dion?" tanya Arumi lembut
[Club yuk, temani kakak]Sebuah pesan muncul di gawai Alana. Alana yang baru saja selesai pemotretan segera bertanya jadwal lain."Vi, masih ada schedule nggak malam ini? kalau nggak ada gue mau cabut," tutur Alana pada Vina, asistennya."Bentar gue liat dulu … emhhhh … enggak ada Al. Emang Lo mau kemana?" Vina bertanya balik."Kak Alex ngajak ke club, minta ditemani. Tumben amat," jawab Alana.Seketika mata Vina berbinar mendengar nama pria idamannya itu disebut. Dengan cepat Vina mendekat ke arah Alana."Alex ngajak? gue ikut yaaaa … pleeaaasseee!" Kedua tangan Vina menangkup di depan dada sambil memasang wajah penuh harap. Gadis cantik berambut sebahu dan b
Alana mengerjapkan matanya. Entah kenapa kedua kelopaknya terasa sangat berat. Seperti ada lem yang merekatkan hingga tak mau terbuka. Malas sekali rasanya untuk sekermdar bangun. Kepalanya terasa pusing, dan juga sekujur tubuhnya terasa linu.Apa dirinya sakit?Alana memijat pelan keningnya berusaha meredakan sakit kepalanya. Setelah dirasa cukup membaik, Alana membuka matanya perlahan. Sinar matahari yang menembus tirai menyilaukan pandangannya.Ada dimana dia saat ini?Alana mengernyit heran. Ini bukan seperti kamarnya. Tidak pula seperti apartemen pribadinya yang biasa menjadi tempat menyendiri. Alana merenggangkan tangannya kemudian berusaha bangun. Namun ada yang terasa janggal.Selain mata yang berat, badan yang
"Tuan, ada berita tentang Non Alana."Aldi, sekretaris Dion melapor ke atasannya. Dion yang tengah memeriksa berkas mengalihkan pandangannya."Ada apa?"Tanpa menjawab, Aldi meraih remote TV dan menyalakannya. Layar datar yang tertempel di dinding kantor Dion menayangkan sebuah berita yang membuat Dion seketika ternganga."Apalagi ini?" geram Dion.Kesal, Dion sangat kesal. Bisa-bisanya Alana masuk berita miring. Sudah dipastikan nantinya Dion akan sangat kerepotan. Karena dengan adanya berita miring ini, tentu membawa pengaruh buruh bagi perusahaan.Masuk ke dalam berita gosip dengan topik, Alana Atmaja sang model papan atas terlibat prostitusi. Sungguh ini di luar dugaan Dion. D
"Kakakkkk!" Alana berseru saat Alex muncul dari arah depan.Alex berjalan masuk menyusul Vina di belakangnya. Membuat Alana merasa kesal. Bisa-bisanya mereka bersenang-senang dan meninggalkannya?"Kak, Vin, tolong jelasin ke semua bahwa ini tidak seperti yang ada di berita. Itu fitnah! Kakak tahukan Alana baru semalam bertemu Pak Riko? dan itupun dikenalin sama kakak!"Alana berganti menatap ke arah Vina penuh harap."Vin, jelasin! Lo yang jadi asisten gue, Lo tau gue seperti apa. Jelasin semalam itu bukan kesengajaan! Gue dijebak kan Vin?"Vina nampak salah tingkah. Bahkan mengalihkan pandangannya saat Alana menatap penuh harap padanya."Maaf, Al. Gue nggak tahu. Kan gue nggak du
"Kenapa kamu tidak meninggalkan saya?" Alana dengan matanya yang sembab menatap Almira.Almira pun tersenyum simpul. Disodorkannya segelas coklat hangat kepada Alana. Minuman yang selalu menjadi andalan saat dirinya sedih."Apa kamu sedang mencoba menarik perhatianku?"Almira menarik nafas pelan."Nona, minum dulu. Coklat bisa menenangkan hati. Atau, itu yang saya rasakan."Alana menurut dan menyeruput minuman berwarna pekat tersebut. Hangat, membuat hatinya ikut menghangat."Jadi kenapa? apa alasan kamu tetap berdiri dan menemaniku?""Apa harus selalu ada alasan Nona? apa jika saya katakan saya hanya mengikuti nuraninsaya Nona akan percaya? semua manusia pasti punya salah Nyonya. Tetapi bukan berarti kita bisa melihat seseorang dari kesalahannya.""Apa kamu sedang bersikap sok suci?" Alana memandang Almira dengan tatapan menilai. Mencari apa yang tersembunyi dari sorot mata pelayan itu.Almira mengulas senyum yang mened
"Buat Alana jatuh, dan aku menjadi milikmu!" ujar Alex dengan nada tegas yang membuat Vina terkejut."Maksud kamu? kenapa aku harus menjatuhkan Alana? bukannya dia adalah adik kamu sendiri?"Alex menjauhkan badan Vina dan duduk bersandar di kepala ranjang. Kedua tangannya dia lipat ke belakang kepalanya sambil menatap ke depan dengan tatapan menerawang."Lex? kenapa harus menjatuhkan Alana?"Sekali lagi Vina bertanya. Vina ikut duduk dengan selimut melilit tubuhnya yang polos."Karena aku ingin menebus rasa sakit hatiku."Vina menatap Alex bingung."Tapi kenapa Alana? Dia kan adik kamu sendiri, dan lagipula dia modelku, Lex. Jika namanya jatuh, maka penghasilanku sebagai managernya pun berkurang.""Aku yang akan memenuhi kebutuhanmu. Bukankah sudah ku bilang, jika kamu bersedia melakukan apa yang aku mau, maka aku menjadi milikmu," rayu Alex."Tapiii … a-aku …." Vina menatap Alex ragu."Apa semua uca