Setelah berjam-jam menikmati perjalanan udara, Ruben dan Emery pun tiba di rumah sakit. Ruben segera berlarian mencari tahu keadaan ayahnya. Sementara, Emery ditinggal sendirian di dalam taksi.Emery tidak jadi turun karena takut mengundang curiga rekan-rekannya di sana. Jika dia datang bersama Ruben. Akhirnya, dia memilih untuk melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya saja. Taksi yang ditumpanginya segera melaju meninggalkan rumah sakit.Sesampainya di ruang inap ayahnya, Ruben menghampiri profesor Rudiana yang masih terbaring lemah di tempat tidurnya.“Bagaimana keadaan ayahku, Dokter Daniel?” tanya Ruben pada dokter Daniel.“Pneumonia dapat menyebabkan kantung paru berisi cairan bahkan nanah apabila sudah semakin parah. Abses biasanya bisa diobati dengan antibiotik. Namun, sejumlah kondisi membuat abses paru perlu ditangani dengan pembedahan atau drainase menggunakan jarum panjang untuk mengeluarkan nanah,” jelas dokter Daniel.“Astaga!” Ruben terpukul sekali mendengar penjelasan
“Baik, aku akan segera ke sana setelah berganti pakaian,” kata Emery berpesan pada perawat itu.Hari ini ada pasien yang ingin diperiksa oleh Emery. Pasien itu sudah melakukan janji terlebih dahulu pada saat Emery tidak bekerja dua hari kemarin. Setelah diberitahu, Emery bergegas ke ruangannya. Dia akan berganti pakaian mengenakan jas putih kebanggaannya.Ketika hendak pergi menemui pasien, usai berganti pakaian, teleponnya berdering. Ada panggilan masuk dari Tuan Milano. Emery segera menjawab panggilan teleponnya. Dia tidak mungkin mengabaikan panggilan dari pemilik rumah sakit yang sudah mempekerjakannya kembali.“Tuan Milano, selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?” sapa Emery duluan.“Dokter Emery, hari Sabtu besok bisakah kamu datang ke rumahku? Ada acara penting yang harus kamu hadiri,” kata Tuan Milano memberitahunya.“Benarkah? Terima kasih sudah mengundang saya Tuan Milano,” ucap Emery. Dia berterima kasih karena Tuan Milano sudah mengundangnya secara pribadi.Emery tidak cur
Ruben diam saja seraya menundukkan pandangannya. Dia tidak bisa menyembunyikan lagi masalah ini di depan Emery.“Aku tidak ingin kamu dijodohkan dengan anak itu. Aku mencintaimu begitu juga kamu, bukan? Aku tidak pernah rela pria lain menyentuh apalagi memilikimu.”Emery tersenyum sambil menatap suaminya penuh haru. Dia tidak menyangka jika alasan pernikahan mendadaknya ini disebabkan oleh perjodohan yang sudah direncanakan oleh Tuan Milano.Emery meraih tangan Ruben. “Kamu tenang saja. Aku tidak akan pernah dimiliki pria lain selain kamu. Karena kamu adalah suamiku. Kita sudah berjanji akan hidup bersama,” hiburnya.“Ya, kamu benar. Karena itulah aku memintamu untuk tidak datang ke acara itu. Aku takut sekali jika kamu menolaknya di hadapan semua orang, mereka akan mengusut pernikahan rahasia kita.”“Aku akan berbicara dengan Tuan Milano. Jika memang benar acara itu seperti yang kamu kira selama ini, maka aku akan menolaknya secara baik-baik. Dia atasan kita, Sayang. Kita bekerja di
“Tidak apa-apa, aku mengerti posisimu.”“Apa pekerjaanmu sudah selesai?”“Sudah dari tadi. Aku menunggumu sambil makan roti dan minum kopi.”“Maafkan aku, ya. Kamu jadi kesal karena sudah lama menungguku di sini.”Emery tersenyum seraya menghibur suaminya yang merasa tidak enakan karena telat datang menjemputnya. Meskipun dia sudah memaafkannya, tetap saja Ruben merasa bersalah dan ingin sekali menebusnya langsung pada istrinya.“Apa kamu mau pulang sekarang?” tawar Ruben. Emery menggeleng.“Aku ingin jalan-jalan dulu. Kamu mau menemaniku, kan?” pinta Emery setengah merajuk.“Jalan-jalan ke mana?” tanya Ruben meminta pendapat Emery.“Kita jalan-jalan di taman kota saja,” kata Emery mengusulkan.“Baiklah. Ayo kita pergi!” ajak Ruben. Dia meraih tangan Emery, menggandengnya dengan mesra.Emery dan Ruben berjalan-jalan di taman kota. Mereka bergandengan sambil melihat-lihat pemandangan kota di malam hari. Suasananya begitu romantis. Keduanya terlihat begitu bahagia dengan pernikahan raha
“Infeksi paru membutuhkan perawatan yang tepat dan rutin dengan obat dan tindakan. Namun, bukan dalam bentuk operasi. Operasi akan dilakukan jika terjadi komplikasi seperti serangan jantung atau gagal ginjal,” jelas dokter Daniel.“Aku mengerti.” Ruben terlihat murung setelah mendengar penjelasan dari dokter Daniel.“Doakan terus ayahmu. Hanya kamu satu-satunya keluarga ayahmu,” dokter Daniel menasihatinya.“Terima kasih, Dokter Daniel,” ucap Ruben.***Pesta ulang tahun Adrian segera dimulai. Ada banyak sekali tamu yang berdatangan ke rumah Tuan Milano. Ada banyak sekali staf dan petinggi di rumah sakit yang menghadiri pesta tersebut. Termasuk Ruben dan Sean.Ruben meminta Emery untuk tidak datang ke pesta itu. Namun, sudah beberapa kali Adrian menelpon Emery, memintanya untuk hadir di pestanya. Emery jadi dilema. Tidak hanya Adrian yang meneleponnya, Tuan Milano juga menghubunginya secara langsung.“Bagaimana ini? Haruskah aku hadir di pesta itu?” Emery membuka isi lemari dan mengel
“Tenanglah, Tuan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan keduanya. Istri dan bayi Anda harus segera diselamatkan,” hibur Emery.“Dokter Emery, dokter Ruben sudah menunggu Anda di ruang operasi,” perawat memberitahunya.“Baiklah. Aku akan segera ke sana sekarang. Tolong bawa segera pasien ini ke ruang operasi!” perintah Emery pada beberapa perawat di sampingnya.Satu jam kemudian, Emery dan Ruben sudah mengoperasi pasien gawat darurat itu. Mereka bekerja sama mengeluarkan bayi prematur itu dari perut ibunya. Berat badannya kecil sekali karena bayi itu lahir sebelum waktunya.Emery menitikkan air mata. Usai dia memisahkan bayinya ke ruang inkubator. Keringat dingin bercucuran di pelipisnya. Dia juga menghela napas panjang. Dia merasa lega sudah berhasil menyelamatkan pasiennya. Baik ibu dan bayinya, keduanya selamat.“Sayang,” desis Ruben pelan. Dia mendekati Emery meski keduanya membuat jarak. Agar tidak ada yang mencurigai kedekatan mereka.“Kenapa kamu menangis?” t
Usai jam kerja, Adrian pergi menemui Emery di rumah sakit. Dia datang sambil membawa buket bunga di tangannya. Dia sendiri yang akan memberikannya pada Emery.Keduanya bertemu di lobby rumah sakit. Adrian secara terang-terangan mulai mendekati Emery. Ada banyak pasang mata mengarah pada mereka. Ketika Emery menghampiri Adrian dan menerima buket bunga tersebut.Ruben tak sengaja memerhatikan mereka dari lantai dua. Dia agak kesal dan mulai terbakar api cemburu. Dalam hatinya menggerutu, menyumpahi putra pemilik rumah sakit itu. Sementara, di tangannya, dia sedang memegang pulpen. Pulpen itu hampir rusak dan patah akibat remasan tangannya yang sangat kuat.Ruben mengambil ponsel, lalu mengetik pesan singkat pada Emery.[Aku menunggumu di basement. Kita pulang!]Emery sempat melihat pesan singkat yang dikirim Ruben kepadanya. Dia kesulitan membalas pesan dari suaminya karena sedang berhadap-hadapan dengan Adrian.“Emery, aku akan mengantarmu pulang. Jadi, beritahukan alamat rumahmu padak
“Kamu masih cemberut sejak tadi. Apa kamu marah padaku?” Emery memulai pembicaraan di tengah-tengah perjalanan pulang. Sesekali dia melirik wajah Ruben yang kelihatan gusar sekali malam ini.“Sayang ….” Emery merajuk.Akhirnya, Ruben menoleh dan mengatakan sesuatu kepadanya. “Ya, aku marah sekali sama kamu. Kamu itu istriku, tapi kamu pergi dengan pria lain.”Emery ketawa kecil menanggapinya. “Sayang, ayolah! Aku melakukan hal itu karena tidak ingin membuat Adrian curiga dengan hubungan kita.”“Tetap saja, aku kesal sama kamu, Sayang,” ketus Ruben.Ruben menghentikan laju mobilnya pada saat lampu lalu lintas berwarna merah. Emery melepas sabuk pengaman, lalu dia mendekati suaminya. Kecupan manis mendarat tepat di bibir Ruben.“Jangan marah lagi padaku, Sayang! Aku tidak ingin kamu bad mood malam ini,” bujuk Emery dengan segala bujuk rayunya.“Jangan lakukan lagi hal itu padaku! Karena aku akan marah sekali jika ada pria lain yang mendekatimu,” Ruben memperingatkan.“Tidak akan lagi. A