Home / Fiksi Remaja / Cinta Merah Muda / Cewek Rambut Merah Muda

Share

Cinta Merah Muda
Cinta Merah Muda
Author: Gulalia

Cewek Rambut Merah Muda

Author: Gulalia
last update Last Updated: 2021-06-14 00:17:06

Kalan menghela napas panjang. Hidupnya belakangan terasa membosankan. Kekasih teranyar yang dia miliki sudah tidak menarik minatnya lagi. Adetha, cewek fakultas sebelah yang baru saja menjadi kekasihnya selama dua bulan itu terlalu posesif dan mengekangnya. Kalan bahkan harus membawa Adetha kemanapun cowok itu pergi. Bahkan teman-temannya sering mengejek Kalan bucin. Adetha juga suka protes ketika pesan ataupun panggilan telponnya tidak diangkat. Kalan merasa dia sulit bernapas.

"Gue putusin aja kali, ya?" Kalan bertanya pada salah satu teman se-gengnya, Nugra.

"Yakin, Lo? Lu deketin Adetha itu sebulan, lho. Masak baru pacaran dua bulan udah bosan?"

Kalan menghela napas panjang, "Sama dia jadi nggak bebas. Cari yang lain mending."

"Tapi dia yang paling cantik dari mantan lo yang lain," ucap Nugra lagi.

"Tapi gue udah bosan. Gimana dong?"

Nugra menghela napas kasar, "Lo yakin?"

"Yakin gue."

Kalan langsung mengeluarkan ponsel dari saku celana denimnya, mengetik beberapa pesan lalu terbahak. Dia menyodorkan layar ponselnya ke arah Nugra, "Udah putus," katanya sambil terkekeh.

"Gila, lo mutusin pakai chat doang?" tanya Nugra tidak percaya. Seharusnya dia tidak perlu kaget lagi, itu bukan kali pertama Kalan memutuskan cewek dengan pesan singkat. Kalan sudah berkali-kali melakukannya. "Adetha bilang apa?"

Cowok berhidung bangir itu mengangkat kedua bahunya, "Nggak tahu. Udah gue blok duluan."

Sudah menjadi aturan tidak tertulis bagi Kalan untuk memutus semua hubungan dengan mantannya. Dia tidak ingin memiliki urusan apapun dengan sang mantan. Selain itu, dia juga tidak inget ribet mengurusi mantannya yang tidak terima diputuskan dengan cara paling pengecut seperti itu. Terlebih jika si Mantan sangat amat menyayangi Kalan. Siapa yang bisa menolak pesona cowok tampan itu? Siapa pun yang mengenalnya mungkin ingin sekali menjadi kekasihnya, atau minimal menjadi temannya. Sayangnya, Kalan cukup pemilih dalam mencari pasangan. Minimal harus bisa meluangkan banyak waktu untuk cowok itu, terlebih jika malam tiba. 

"Terus, siapa lagi yang bakal jadi pacar lo selanjutnya?" tanya Nugra.

"Enaknya siapa, ya? Lo ada saran?"

Nugra tampak berpikir, "Lo kenal Rianza? Dia teman sekelas kita di kelas bahasa Inggris."

"Rianza?" alis Kalan naik, mencoba mengingat gadis yang namanya disebut oleh sahabatnya itu. "yang mana?" tanyanya setelah menyerah untuk mengingat rupa gadis itu.

"Itu lho, yang pendiam."

"Banyak kali cewek yang pendiam."

Nugra langsung menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Kalan, "Yang rambutnya pink. Pasti lo tahu kan?"

Kalan tampak berpikir sejenak sebelum menjawab, "Yang suka mojok sendirian kayak nggak punya temen itu?"

"Iya. Anak yang beda jurusan sama kita, dia sastra Inggris. Setau gue dia jomblo."

"Cantik sih," ucap Kalan menggantung.

"Tapi?" tanya Nugra.

"Nggak pakai tapi. Boleh deh. Pacaran sama cewek pendiam biasanya penuh kejutan, 'kan?"

Nugra mana tahu. Cowok itu baru pacaran sekali, itu pun ketika SMA dulu. Setelahnya dia tidak pernah pacaran. Selain tampangnya yang urakan dan lebih sering jadi tukang lawak ketimbang cowok serius dan penuh pesona, dia juga lebih suka menikmati kejombloannya. Biasanya dia akan mendekati cewek-cewek yang baru saja putus dari Kalan, itung-itung bisa jadi penghibur mereka yang baru diputusin cowok paling brengsek di fakultas. Kisah percintaan Nugra sangat kering. Jauh berbeda dengan Kalan yang sangat menarik untuk diceritakan. Kalan, cowok yang tidak pernah jomblo sejak pertama kali pacaran itu memiliki beragam mantan dari berbagai latar belakang. 

"Namanya siapa tadi, Nu? Ada IGnya nggak?"

"Wah, gue lupa bilang. Rianza nggak punya sosial media. Satupun. Nggak ada I*******m, Twitter, F******k, Snapchat. Semuanya. Bahkan emailnya aja yang beredar cuma email kampus. Nggak ada yang tahu email pribadi dia."

Mendengar itu, Kalan mengernyitkan dahinya. "Lo tahu banyak tentang dia?"

"Rianza itu cewek yang sempat mau gue deketin. Cantik banget dia. Tapi sayang, susah banget digapai. Gue juga kayaknya kurang effort buat dapetin dia."

Lagi, Kalan mengernyitkan dahinya, "Lo masih suka sama dia?"

Nugra menggeleng, "Gue tuh suka waktu awal kuliah. Sekarang udah enggak. Lagian kayaknya gue bakal dekat sama Adetha. Dia pasti bakal curhat semalaman tentang lo."

Kalan terkekeh, "Betah banget lo dengerin curhatan mantan gue."

"Lagian kasihan mereka. Punya mantan brengsek banget."

Kali ini Kalan terbahak, "Orang yang lo bilang brengsek banget itu adalah teman lo sejak SMA. Lagian mereka udah tahu gue brengsek, tapi tetap mau tuh."

"Terserah lo deh."

"Eh terus ini gimana cara hubungin Rianza?"

Nugra menghela napas panjang, dia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi empuk yang ada di kamar Kalan itu. "Gue udah lama nggak ketemu dia. Lagian kita juga udah nggak ada kelas lagi, tinggal skripsian. Jadi gue nggak tahu gimana cara menghubungi dia."

"Hmmmm," Kalan bergumam.

"Ganti target aja, Lan," usul Nugra.

Kalan menggelengkan kepala tegas, "Gue mau dia. Nggak bisa diganggu gugat."

"Lo bahkan nggak tahu gimana cara ngehubungin dia, Lan. Mending lo cari cewek lain deh."

"Gue harus pacaran sama dia besok," ucap Kalan penuh tekad.

Nugra menghela napas panjang, "Buru-buru banget. Dia juga belum tentu mau jadi pacar lo, kan?"

Biasanya, Kalan akan mendekati target berikutnya sebelum putus dengan kekasihnya. Berbeda dari sekarang, dia sudah putus dengan Adetha, itu artinya dia harus punya pacar malam ini atau besok. Dia tidak suka menjadi jomblo.

"Gue tahu gimana cara ngehubungin dia," kata Kalan sambil tersenyum lebar. 

Cowok tampan itu langsung mencari salah satu nomor di deretan kontak di ponselnya. Dapat. Chany, cowok yang dia kenal dari jurusan sastra Inggris. Tidak mungkin dia tidak mengenal atau setidaknya memiliki kontak teman satu jurusannya. Kalan yakin dia bisa mendapatkan nomor Rianza malam ini.

"Nggak ada nomor telpon?" dahi Kalan berkerut saat mendapat balasan dari Chany. Cowok dari jurusan sastra Inggris itu tidak memiliki nomor ponsel Rianza, karena memang tidak ada yang tahu nomornya. Mereka biasanya akan berbalas surel menggunakan email kampus Rianza, itu pun hanya untuk kebutuhan tugas. Dari pesan singkat Chany, Rianza bahkan tidak pernah terlihat menggunakan ponsel. Dia hanya membawa laptop kecil ketika ke kampus. 

"Kan, apa kata gue."

"Kalau gitu gue harus ngirim email ke dia."

Kalan langsung membuka aplikasi untuk menulis email dan menuliskan alamat email Rianza. Dia juga sengaja untuk menggunakan email kampusnya agar cewek itu tahu bahwa mereka satu kampus. Di bagian subjek email, Kalan menulis, 'Mulai Sekarang Lo Pacar Gue'.

"Rianza. Ini Kalan. Mulai sekarang lo adalah pacar gue. See you di kampus besok."

Begitu isi surel yang ditulis Kalan untuk Rianza. Cowok itu memang terkenal pemaksa, dan biasanya tidak ada yang bisa menolak cowok itu. Bagaimana dengan Rianza?

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening cant wait to read the next chapter.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Cinta Merah Muda   Cowok Tampan Penuh Pesona

    Rianza berlari dengan terburu-buru menuju salah satu gedung di fakultasnya. Dosen pembimbing skripsinya baru saja mengabari bahwa dia memiliki waktu satu jam untuk bimbingan skripsi dengan gadis itu. Rianza yang dari tadi sibuk membereskan barang-barang di kost barunya harus bergegas cepat menuju kampus. Rambut panjang bergelombang yang dicat dengan warna merah muda itu membuatnya selalu terlihat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Gadis itu sebenarnya tidak peduli apa kata orang tentang rambutnya, dia sering kali mendengar teman-temannya membicarakan rambutnya--yang katanya tidak cocok dengan gadis itu--di belakangnya. Para dosen juga sering salah fokus dengan rambutnya. Gadis itu tidak peduli dengan tatapan orang yang melihatnya aneh, dia terus melangkahkan kaki cepat menuju lift dan menekan tombol dengan angka 4, lantai di mana ruang dosen pembimbingnya berada."Maaf, Pak. Saya terlambat," ucap Rianza dengan napas yang tersengal-sengal.Pak Ardi, dosen mata kuliah

    Last Updated : 2021-06-16
  • Cinta Merah Muda   Kost Baru Tetangga Baru

    Cowok yang baru saja Rianza temui adalah orang yang sempat dia kagumi. Siapa yang sanggup menolak pesona dari Kalan. Sayangnya, Rianza tidak seperti cewek lainnya yang bisa begitu saja mengungkapkan perasaannya pada orang lain. Dia terkenal pendiam dan tidak memiliki teman di kampus. Itu bukan karena tidak ada yang ingin berteman dengannya. Hanya saja belum ada orang yang cocok dengannya. Padahal sebenarnya berteman dengan Rianza juga tidak ribet. Dia hanya tidak suka dengan orang bermuka dua dan tentunya dia tidak suka bergosip. Itulah yang membuat orang-orang berpikir bahwa berteman dengan Rianza akan membosankan. Namun, tidak adanya teman membuatnya menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada lingkungan pertemanannya.Gadis berambut merah muda itu bergegas membawa naskah proposal skripsinya menuju ruang Pak Ardi di lantai empat. Jam sudah menunjukkan pukul tiga, jadwal bimbingannya akan segera dimulai. Setelah sampai di depan ruang dosen tersebut, Rianza mengetuk pintu

    Last Updated : 2021-06-17
  • Cinta Merah Muda   Ayo Pacaran

    Lapar. Itu yang Rianza rasakan ketika malam sudah hampir larut. Dari tadi sore hingga malam dia tidak berani untuk keluar kamar. Bukan karena kost barunya yang horor. Sejak sore tadi Kalan asik nongkrong di dapur bersama dengan beberapa penghuni lainnya. Gadis itu sudah beberapa kali mengecek ke luar kamar dan selalu mendapati Kalan yang tengah duduk memunggunginya. Dia tidak ingin berurusan dengan cowok itu, terlebih dalam hal yang berkaitan dengan apa yang dikatakan cowok itu tadi. Setampan dan sepopuler apapun Kalan, dia tahu bahwa cowok itu tidak pernah serius dalam menjalin hubungan. Dia tidak ingin menjadi korban dari hubungan main-main Kalan.Tok..tok..tokRianza tersentak ketika pintu kamar kostnya diketuk beberapa kali. Dia mengintip dari jendela yang ada di sebelah pintu dan mendapati Kalan berdiri tepat di depan pintu.“Gulali,” panggil Kalan pelan dibarengi dengan ketukan di pintu.“Lo nggak mau keluar apa? Nggak bosan di kam

    Last Updated : 2021-06-18
  • Cinta Merah Muda   Yang Pertama

    Kalan tersenyum lebar. Dia memang tidak pernah gagal mendapatkan apa yang dia mau, termasuk seorang pacar. Rianza, cewek yang terkenal pendiam itu berhasil didapatkannya. Di kampus, mereka sangat jarang bertemu. Rianza hanya akan ke kampus jika ada jadwal bimbingan dengan Pak Ardi, berbeda dengan Kalan yang masih memiliki kelas untuk diikuti. Sejak cewek itu akhirnya setuju untuk menjalin hubungan dengan Kalan, tidak ada hal yang spesial terjadi. Tidak ada hubungan pacaran seperti hubungan Kalan dengan mantan-mantan sebelumnya. Rianza bahkan tidak pernah mengiriminya pesan terlebih dahulu. Dia hanya akan membalas jika Kalan menanyakan sesuatu seperti sudah makan atau belum, atau bertanya lokasi Rianza. Gadis itu juga menjawab sekenanya. Dia bahkan tidak pernah bertanya balik pada Kalan.“Nggak usah kasih makanan lagi. Gue masih mampu beli,” ucap Rianza yang protes Kalan selalu membelikannya makanan dan meletakkannya di gagang pintu kamar cewek itu.“L

    Last Updated : 2021-06-18
  • Cinta Merah Muda   Kalan, Si Anak Dosen

    “Mau ke mana?” Kalan bertanya ketika dia melihat Rianza melintas di dapur bersama kost. Gadis itu mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana denim panjang. terlihat sangat rapi jika hanya untuk diam di kamar.“Mau bimbingan. Lo nggak kuliah?” tanya cewek itu. Dia melangkah ke arah dispenser dan mengisi botol minum yang sudah dibawanya sejak tadi.“Jadwal gue cuma hari Selasa,” katanya, “nggak sarapan?”Rianza menggeleng, “Brunch aja ntar di kantin kampus,” katanya sembari mengisi botol.Kalan menganggukkan kepala, “Selesai jam berapa?”Rianza mengangkat bahunya. Iya, dia memang tidak tahu akan selesai bimbingan jam berapa. Lamanya bimbingan tergantung pada berapa banyak revisi dan petuah dari sang dosen. Dan Rianza tidak tahu berapa banyak revisinya kali ini.“Gue tanya tuh dijawab,” kata Kalan dengan nada tegas sedikit kesal.Rianza tersentak.

    Last Updated : 2021-06-26
  • Cinta Merah Muda   Kita Beda

    Rianza mengernyitkan dahinya, "Ngapain lagi?" dia bertanya kesal karena Kalan menyeretnya masuk ke dalam kamarnya.Cowok itu tidak bersuara. Dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi sang ayah. "Halo, Pah? Rianza hari ini ada jadwal bimbingan sama papah, 'kan? Hari ini dia sakit, Pah. Jadi nggak bisa ke kampus. Papah atur aja untuk jadwal selanjutnya."Rianza hanya terpelongo mendengar omongan seenak jidat itu keluar dari mulut kekasihnya. "Lan, lo nggak boleh ngomong gitu. Nggak sopan!""Ini semua gara-gara lo!" ucap Kalan penuh penekanan pada Rianza, "coba aja lo nggak bikin mood gue hancur pagi ini. Gue nggak bakal kayak ini."Cewek berambut merah muda itu hanya menghela napas panjang. "Kita beda, ya?" katanya tiba-tiba.Kalan mengernyitkan dahinya, "Maksudnya?""Kita beda, Lan. Kita punya sifat yang berbeda, dunia kita pun beda. Gue baru sadar kalau gue nggak banyak tahu tentang lo. Lo yang suka seenaknya, lo yang nggak s

    Last Updated : 2021-07-01
  • Cinta Merah Muda   Rujuk

    Semuanya nggak baik-baik aja bagi Rianza. Dia memang tidak bertemu secara langsung dengan Kalan dalam dua hari terakhir, namun sepertinya cowok tampan itu punya cara lain yang dapat membuat Rianza menyesali keputusannya. Iya, keputusan untuk putus dengan Kalan. Baginya, jika Kalan bisa membuat mereka pacaran dengan cara sepihak, dia juga bisa memutuskan Kalan seperti itu juga."Puding cokelat?" Rianza berujar lirih sembari melihat sekotak puding cokelat yang menggantung di gagang pintu kamar kostnya.Kepalanya menoleh ke arah pintu kamar sebelah. Pintu kamar Kalan itu tertutup rapat, lagi pula Rianza tidak bertemu dengan cowok itu di kost akhir-akhir ini. Dia mengambil sekotak puding tersebut dan masuk ke dalam kamarnya. Kemarin, yang menggantung di gagang pintunya adalah sekardus pizza dengan topping keju dan minuman boba yang sedang viral. Rianza tahu, itu semua pasti dari Kalan. Cowok yang diputuskannya dua hari yang lalu itu memang tidak menampakkan dirinya,

    Last Updated : 2021-07-12
  • Cinta Merah Muda   Masa Lalu Kalan

    Kalan tidak pernah gagal untuk mendapatkan perempuan manapun yang dia inginkan. Namun, Rianza berbeda. Cewek berambut merah muda itu sulit ditaklukkan. Bukan berarti Kalan tidak pernah mengencani cewek keras kepala sebelumnya. Sudah banyak gadis dari beragam sifat dan latar belakang yang berhasil dijadikannya sebagai kekasih. Tapi, Rianza? Kalan sangat sulit untuk menebak apa yang sedang dipikirkan dan diinginkan oleh gadis itu. "Za, hari ini kita mau makan di restorannya si Ari, nggak?" tanya Kalan ketika dia dan Rianza baru saja bertemu di parkiran. Mereka memang membiasakan diri untuk pergi dan pulang kampus bersama. Rianza menggelengkan kepalanya, "Hari ini gue harus nyelesaiin tugas. Malam ini tugasnya harus dikumpul via email," tolak gadis itu. "Gue temenin, ya?" Kalan sengaja membuat suaranya menjadi manja. Cewek tangguh biasanya akan cepat luluh dengan cowok yang bergantung padanya. Rianza menganggukkan kepala, "Gimana kalau makannya di

    Last Updated : 2021-08-05

Latest chapter

  • Cinta Merah Muda   Masa Lalu Kalan

    Kalan tidak pernah gagal untuk mendapatkan perempuan manapun yang dia inginkan. Namun, Rianza berbeda. Cewek berambut merah muda itu sulit ditaklukkan. Bukan berarti Kalan tidak pernah mengencani cewek keras kepala sebelumnya. Sudah banyak gadis dari beragam sifat dan latar belakang yang berhasil dijadikannya sebagai kekasih. Tapi, Rianza? Kalan sangat sulit untuk menebak apa yang sedang dipikirkan dan diinginkan oleh gadis itu. "Za, hari ini kita mau makan di restorannya si Ari, nggak?" tanya Kalan ketika dia dan Rianza baru saja bertemu di parkiran. Mereka memang membiasakan diri untuk pergi dan pulang kampus bersama. Rianza menggelengkan kepalanya, "Hari ini gue harus nyelesaiin tugas. Malam ini tugasnya harus dikumpul via email," tolak gadis itu. "Gue temenin, ya?" Kalan sengaja membuat suaranya menjadi manja. Cewek tangguh biasanya akan cepat luluh dengan cowok yang bergantung padanya. Rianza menganggukkan kepala, "Gimana kalau makannya di

  • Cinta Merah Muda   Rujuk

    Semuanya nggak baik-baik aja bagi Rianza. Dia memang tidak bertemu secara langsung dengan Kalan dalam dua hari terakhir, namun sepertinya cowok tampan itu punya cara lain yang dapat membuat Rianza menyesali keputusannya. Iya, keputusan untuk putus dengan Kalan. Baginya, jika Kalan bisa membuat mereka pacaran dengan cara sepihak, dia juga bisa memutuskan Kalan seperti itu juga."Puding cokelat?" Rianza berujar lirih sembari melihat sekotak puding cokelat yang menggantung di gagang pintu kamar kostnya.Kepalanya menoleh ke arah pintu kamar sebelah. Pintu kamar Kalan itu tertutup rapat, lagi pula Rianza tidak bertemu dengan cowok itu di kost akhir-akhir ini. Dia mengambil sekotak puding tersebut dan masuk ke dalam kamarnya. Kemarin, yang menggantung di gagang pintunya adalah sekardus pizza dengan topping keju dan minuman boba yang sedang viral. Rianza tahu, itu semua pasti dari Kalan. Cowok yang diputuskannya dua hari yang lalu itu memang tidak menampakkan dirinya,

  • Cinta Merah Muda   Kita Beda

    Rianza mengernyitkan dahinya, "Ngapain lagi?" dia bertanya kesal karena Kalan menyeretnya masuk ke dalam kamarnya.Cowok itu tidak bersuara. Dia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi sang ayah. "Halo, Pah? Rianza hari ini ada jadwal bimbingan sama papah, 'kan? Hari ini dia sakit, Pah. Jadi nggak bisa ke kampus. Papah atur aja untuk jadwal selanjutnya."Rianza hanya terpelongo mendengar omongan seenak jidat itu keluar dari mulut kekasihnya. "Lan, lo nggak boleh ngomong gitu. Nggak sopan!""Ini semua gara-gara lo!" ucap Kalan penuh penekanan pada Rianza, "coba aja lo nggak bikin mood gue hancur pagi ini. Gue nggak bakal kayak ini."Cewek berambut merah muda itu hanya menghela napas panjang. "Kita beda, ya?" katanya tiba-tiba.Kalan mengernyitkan dahinya, "Maksudnya?""Kita beda, Lan. Kita punya sifat yang berbeda, dunia kita pun beda. Gue baru sadar kalau gue nggak banyak tahu tentang lo. Lo yang suka seenaknya, lo yang nggak s

  • Cinta Merah Muda   Kalan, Si Anak Dosen

    “Mau ke mana?” Kalan bertanya ketika dia melihat Rianza melintas di dapur bersama kost. Gadis itu mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana denim panjang. terlihat sangat rapi jika hanya untuk diam di kamar.“Mau bimbingan. Lo nggak kuliah?” tanya cewek itu. Dia melangkah ke arah dispenser dan mengisi botol minum yang sudah dibawanya sejak tadi.“Jadwal gue cuma hari Selasa,” katanya, “nggak sarapan?”Rianza menggeleng, “Brunch aja ntar di kantin kampus,” katanya sembari mengisi botol.Kalan menganggukkan kepala, “Selesai jam berapa?”Rianza mengangkat bahunya. Iya, dia memang tidak tahu akan selesai bimbingan jam berapa. Lamanya bimbingan tergantung pada berapa banyak revisi dan petuah dari sang dosen. Dan Rianza tidak tahu berapa banyak revisinya kali ini.“Gue tanya tuh dijawab,” kata Kalan dengan nada tegas sedikit kesal.Rianza tersentak.

  • Cinta Merah Muda   Yang Pertama

    Kalan tersenyum lebar. Dia memang tidak pernah gagal mendapatkan apa yang dia mau, termasuk seorang pacar. Rianza, cewek yang terkenal pendiam itu berhasil didapatkannya. Di kampus, mereka sangat jarang bertemu. Rianza hanya akan ke kampus jika ada jadwal bimbingan dengan Pak Ardi, berbeda dengan Kalan yang masih memiliki kelas untuk diikuti. Sejak cewek itu akhirnya setuju untuk menjalin hubungan dengan Kalan, tidak ada hal yang spesial terjadi. Tidak ada hubungan pacaran seperti hubungan Kalan dengan mantan-mantan sebelumnya. Rianza bahkan tidak pernah mengiriminya pesan terlebih dahulu. Dia hanya akan membalas jika Kalan menanyakan sesuatu seperti sudah makan atau belum, atau bertanya lokasi Rianza. Gadis itu juga menjawab sekenanya. Dia bahkan tidak pernah bertanya balik pada Kalan.“Nggak usah kasih makanan lagi. Gue masih mampu beli,” ucap Rianza yang protes Kalan selalu membelikannya makanan dan meletakkannya di gagang pintu kamar cewek itu.“L

  • Cinta Merah Muda   Ayo Pacaran

    Lapar. Itu yang Rianza rasakan ketika malam sudah hampir larut. Dari tadi sore hingga malam dia tidak berani untuk keluar kamar. Bukan karena kost barunya yang horor. Sejak sore tadi Kalan asik nongkrong di dapur bersama dengan beberapa penghuni lainnya. Gadis itu sudah beberapa kali mengecek ke luar kamar dan selalu mendapati Kalan yang tengah duduk memunggunginya. Dia tidak ingin berurusan dengan cowok itu, terlebih dalam hal yang berkaitan dengan apa yang dikatakan cowok itu tadi. Setampan dan sepopuler apapun Kalan, dia tahu bahwa cowok itu tidak pernah serius dalam menjalin hubungan. Dia tidak ingin menjadi korban dari hubungan main-main Kalan.Tok..tok..tokRianza tersentak ketika pintu kamar kostnya diketuk beberapa kali. Dia mengintip dari jendela yang ada di sebelah pintu dan mendapati Kalan berdiri tepat di depan pintu.“Gulali,” panggil Kalan pelan dibarengi dengan ketukan di pintu.“Lo nggak mau keluar apa? Nggak bosan di kam

  • Cinta Merah Muda   Kost Baru Tetangga Baru

    Cowok yang baru saja Rianza temui adalah orang yang sempat dia kagumi. Siapa yang sanggup menolak pesona dari Kalan. Sayangnya, Rianza tidak seperti cewek lainnya yang bisa begitu saja mengungkapkan perasaannya pada orang lain. Dia terkenal pendiam dan tidak memiliki teman di kampus. Itu bukan karena tidak ada yang ingin berteman dengannya. Hanya saja belum ada orang yang cocok dengannya. Padahal sebenarnya berteman dengan Rianza juga tidak ribet. Dia hanya tidak suka dengan orang bermuka dua dan tentunya dia tidak suka bergosip. Itulah yang membuat orang-orang berpikir bahwa berteman dengan Rianza akan membosankan. Namun, tidak adanya teman membuatnya menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung pada lingkungan pertemanannya.Gadis berambut merah muda itu bergegas membawa naskah proposal skripsinya menuju ruang Pak Ardi di lantai empat. Jam sudah menunjukkan pukul tiga, jadwal bimbingannya akan segera dimulai. Setelah sampai di depan ruang dosen tersebut, Rianza mengetuk pintu

  • Cinta Merah Muda   Cowok Tampan Penuh Pesona

    Rianza berlari dengan terburu-buru menuju salah satu gedung di fakultasnya. Dosen pembimbing skripsinya baru saja mengabari bahwa dia memiliki waktu satu jam untuk bimbingan skripsi dengan gadis itu. Rianza yang dari tadi sibuk membereskan barang-barang di kost barunya harus bergegas cepat menuju kampus. Rambut panjang bergelombang yang dicat dengan warna merah muda itu membuatnya selalu terlihat menonjol dan menjadi pusat perhatian. Gadis itu sebenarnya tidak peduli apa kata orang tentang rambutnya, dia sering kali mendengar teman-temannya membicarakan rambutnya--yang katanya tidak cocok dengan gadis itu--di belakangnya. Para dosen juga sering salah fokus dengan rambutnya. Gadis itu tidak peduli dengan tatapan orang yang melihatnya aneh, dia terus melangkahkan kaki cepat menuju lift dan menekan tombol dengan angka 4, lantai di mana ruang dosen pembimbingnya berada."Maaf, Pak. Saya terlambat," ucap Rianza dengan napas yang tersengal-sengal.Pak Ardi, dosen mata kuliah

  • Cinta Merah Muda   Cewek Rambut Merah Muda

    Kalan menghela napas panjang. Hidupnya belakangan terasa membosankan. Kekasih teranyar yang dia miliki sudah tidak menarik minatnya lagi. Adetha, cewek fakultas sebelah yang baru saja menjadi kekasihnya selama dua bulan itu terlalu posesif dan mengekangnya. Kalan bahkan harus membawa Adetha kemanapun cowok itu pergi. Bahkan teman-temannya sering mengejek Kalan bucin. Adetha juga suka protes ketika pesan ataupun panggilan telponnya tidak diangkat. Kalan merasa dia sulit bernapas."Gue putusin aja kali, ya?" Kalan bertanya pada salah satu teman se-gengnya, Nugra."Yakin, Lo? Lu deketin Adetha itu sebulan, lho. Masak baru pacaran dua bulan udah bosan?"Kalan menghela napas panjang, "Sama dia jadi nggak bebas. Cari yang lain mending.""Tapi dia yang paling cantik dari mantan lo yang lain," ucap Nugra lagi."Tapi gue udah bosan. Gimana dong?"Nugra menghela napas kasar, "Lo yakin?""Yakin gue."Kalan langsung mengeluarkan ponsel dar

DMCA.com Protection Status