"Aku nggak akan menceraikanmu. Buang jauh-jauh pikiran itu. Kalau Ryan melihat dari surga, dia juga nggak mau kita bercerai. Kita masih bisa punya anak lagi."Aku menamparnya keras-keras. "Kamu bukan manusia! Pergi dari sini!"Aku menendang dan memukulnya sampai dia terlempar keluar, tak bisa kutahan lagi kemarahan yang membuncah ini. Bajingan ini masih bisa berkata-kata seperti itu.Tanpa sungkan lagi, aku langsung meminta pengacara mengajukan gugatan cerai. Sebelum itu selesai, aku tidak akan membiarkannya hidup tenang.Baru saja Jansen pergi, Wenny mengajakku bertemu. Saat aku menemuinya di sebuah kafe, dia sedang mengelus perutnya dengan senyum lebar di wajahnya."Aku sarankan kamu berhenti mengganggu. Pesan yang kamu kirim ke dia tadi malam sudah kulihat. Susi, hidupmu benar-benar menyedihkan, anakmu sudah tiada. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah mengakhiri hidupku.""Lagi pula kamu sudah nggak muda lagi, lebih baik pergi sendiri dengan cara yang terhormat. Aku dan Jansen masih
Warganet ramai menghujat, puluhan ribu komentar menduduki topik tren.Melihat semua itu, aku langsung gemetar karena marah.Ternyata begitu. Saat itu Ryan pasti sangat kesakitan. Dua kali dia berlari untuk membeli obat, lalu bertemu dengan orang sakit jiwa itu.Jansen, kamu memang pantas mati!Saat membaca ini, mataku sudah merah. Langsung kuperintahkan pengacara untuk mengajukan gugatan, dan mengungkapkan semuanya dalam sebuah tulisan panjang di media sosial.Aku mengungkapkan seluruh kisah bagaimana Jansen dan Wenny berkencan hingga menyebabkan kematian anakku, serta perselingkuhannya. Seketika, Jansen jadi terkenal di kalangan publik.Aku biarkan namanya berada di topik tren selama sehari penuh. Tak terhitung banyaknya warganet yang meneleponnya untuk menghujat, bahkan ada yang berhasil menemukan alamat kantornya dan mengirimkan karangan bunga.Beberapa orang juga mengirimkan bunga untuk Ryan. Aku benar-benar tidak menyangka, setelah kepergiannya, masih ada banyak orang asing yang m
Setelah aku mengambil sebagian besar kekayaannya, semua klien lama Jansen menerima pesan singkat di malam yang sama.Semua orang mengatakan bahwa Jansen orang yang kejam, bahkan sampai mengorbankan anaknya sendiri. Mulai sekarang, mereka harus berhati-hati dalam berbisnis dengannya.Jansen juga tidak menyangka hal ini berdampak begitu besar. Dalam kehidupan ini, punya perempuan simpanan bukanlah sesuatu yang aneh. Semua orang di luar sana punya acara sendiri dan kerap membawa wanita favorit mereka.Namun, kenapa tiba-tiba dia dianggap sebagai orang yang jahat?Dia tidak mengerti, sedangkan aku hanya tersenyum. Ya, semua orang memang bermain sandiwara, tetapi orang-orang seperti dia, yang mengorbankan anaknya demi bersatu dengan cinta pertamanya, sangat jarang.Tindakan yang kejam dan tidak bermoral seperti itu sangat bertentangan dengan etika kerja dan bisnis. Ini adalah hal yang sangat tercela.Banyak pemilik perusahaan yang memulai dari nol dan istri sah mereka tetap berada di rumah
Aku melepaskan tangannya. "Sebaiknya kamu urus saja wanitamu itu! Aku dengar akhir-akhir ini dia sangat nggak setia. Dia malah kembali menjalin hubungan dengan pacar dari luar negeri. Apa kamu nggak curiga?""Setelah dia kembali, nggak lama kemudian kamu sudah tahu dia hamil. Jangan lupa, hasil pemeriksaan kesehatanmu belum diambil. Sekadar mengingatkan, sekarang ada versi elektronik.""Apa maksudmu? Apa kamu menyumpahiku?""Nggak aku hanya ingin kamu melihatnya, jaga kesehatan."Aku pergi begitu saja dan duduk di dalam mobil, memikirkan bagaimana setelah Jansen melihat hasil pemeriksaan kesehatan itu, aku tidak bisa menahan tawa.Ketika Ryan berusia tiga tahun, Jansen sempat menjadi korban penculikan saat sedang dalam perjalanan bisnis. Para penculik menyiksanya selama tiga hari, dan setelah kejadian itu, dia mengalami trauma mendalam. Tubuhnya juga mengalami kerusakan, dan dia tidak bisa lagi punya anak.Karena itu, entah siapa sebenarnya yang ada di dalam perut Wenny, tetapi pasti b
Begitu keluar, aku melihat Wenny. Melihatku yang tampil menawan di depannya, dia tampak tidak percaya dan langsung berlari ke arahku. "Kenapa kamu di sini? Apa kamu datang untuk mengeluarkannya?"Wenny datang dengan kursi roda, sambil memegang perutnya dengan wajah pucat.Melihatnya dalam keadaan begini, aku terkejut. Baru berapa lama kami tidak bertemu, gadis yang dulu bermanja dalam pelukan Jansen kini berubah seperti ini, benar-benar tidak terduga.Namun, kalau dipikir-pikir, orang seperti dia tidak akan bisa menjalani kehidupan yang baik. Makin menderita dia, makin bahagia aku.Aku tersenyum padanya, "Maaf, kamu sudah bersusah payah untuk mencapai posisi ini, nggak menyangka semuanya hilang.""Jansen menikamku, aku ingin dia bayar ganti rugi!"Aku menggelengkan kepala, "Nggak mungkin dia bisa membayar. Sekarang perusahaan ini milikku, Jansen hanya punya satu nyawa, dan seumur hidupnya dia hanya akan berada di penjara.""Mengenai kamu," aku menunjuknya, "Selama pernikahanku dengan J
Suamiku sengaja membawa putra kami pergi bersamanya agar dia bisa makan malam dengan cinta pertamanya tanpa dicurigai.Di tengah perjalanan, dia menyuruh anak kami yang baru berusia enam tahun itu membeli salep luka bakar, tetapi malangnya, dia bertemu orang gila dan langsung ditikam hingga tewas di tempat.Hatiku sangat hancur, dan ketika aku melihat salep luka bakar di tangan putraku, aku menangis histeris tanpa henti.Namun, suamiku malah menelepon dan memarahiku, "Susi, begini anak hasil didikanmu! Dia melukai Wenny dan nggak mau minta maaf, suruh dia pulang sekarang juga!"....Saat Ryan mengembuskan napas terakhirnya dalam pelukanku, tangannya masih memegang sekotak obat. Aku menangis tersedu-sedu melihat mulutnya yang berdarah, tak sanggup aku berkata-kata.Saat itu, aku berlutut memohon kepada Tuhan agar menukar nyawaku demi anakku.Sayangnya, Tuhan sepertinya tidak mendengarkan. Ryan pergi, dan aku pingsan karena putus asa.Saat aku sadar kembali, tidak ada seorang pun di seki
Dia melangkah maju dan langsung menjambak rambutku. "Aku kasih kamu kesempatan terakhir, cepat minta maaf dan panggil Ryan kemari. Kalau nggak ...."Aku mendongak menatapnya dan tiba-tiba berhenti tertawa. "Kalau nggak apa? Kamu mau cerai, lalu menikahi wanita ini, benar 'kan? Berani nggak? Kalau berani, aku akan langsung mundur, bagaimana?""Jansen, ayo jawab! Berani nggak?"Aku berteriak menatapnya. Jansen terkejut, melepas cengkeramannya dan mundur dua langkah. Lama kemudian baru keluar sepatah kata, "Kamu gila!""Aku memang gila, tapi kamu juga nggak lebih baik! Jansen, kalau hari ini kamu nggak ambil keputusan, aku benar-benar akan menganggapmu hina! Dasar pengecut, kamu itu orang bodoh!"Aku mencaci-maki semua kata kasar yang aku tahu, dan bahkan menendang para penjaga beberapa kali.Aku nggak peduli lagi. Ryan sudah tiada, tidak ada yang bisa menghentikan aku untuk menjadi gila.Barulah saat ini Jansen menyadari bahwa aku benar-benar ada masalah. "Apa yang terjadi sama kamu? Sus
Sungguh lucu. Ryan sudah tiada, kalau saja dia peduli, dia akan menemukan surat kematian di laci meja tamu.Dia hanya perlu menarik lacinya, tetapi sayang, dia tidak melakukannya.Aku menatapnya dengan pandangan sinis, "Apa kamu masih peduli dengan anakmu?""Apa maksud perkataanmu itu? Kalau bukan karena dia, Wenny nggak akan tersiram air panas!""Jangan kamu salahkan anakku! Aku nggak mau dengar satu kata pun darimu lagi, dan aku nggak mau punya urusan apa pun denganmu. Kita cerai!"Setelah itu, aku mengeluarkan surat perceraian.Jansen langsung marah. "Berapa kali harus aku bilang? Aku nggak ada hubungan apa pun sama dia, kami cuma teman biasa!""Teman biasa? Dia yang sudah mencelakai Ryan, dia musuhku!""Kamu nggak masuk akal!" Jansen mengambil ponselnya dan menyodorkannya ke wajahku. "Lihat sendiri, ini Ryan yang menyiramnya!"Dalam rekaman itu, Ryan terlihat hati-hati membawa segelas besar air panas, tangannya juga sudah merah karena panas. Dia berganti-ganti tangan dengan gemetar
Begitu keluar, aku melihat Wenny. Melihatku yang tampil menawan di depannya, dia tampak tidak percaya dan langsung berlari ke arahku. "Kenapa kamu di sini? Apa kamu datang untuk mengeluarkannya?"Wenny datang dengan kursi roda, sambil memegang perutnya dengan wajah pucat.Melihatnya dalam keadaan begini, aku terkejut. Baru berapa lama kami tidak bertemu, gadis yang dulu bermanja dalam pelukan Jansen kini berubah seperti ini, benar-benar tidak terduga.Namun, kalau dipikir-pikir, orang seperti dia tidak akan bisa menjalani kehidupan yang baik. Makin menderita dia, makin bahagia aku.Aku tersenyum padanya, "Maaf, kamu sudah bersusah payah untuk mencapai posisi ini, nggak menyangka semuanya hilang.""Jansen menikamku, aku ingin dia bayar ganti rugi!"Aku menggelengkan kepala, "Nggak mungkin dia bisa membayar. Sekarang perusahaan ini milikku, Jansen hanya punya satu nyawa, dan seumur hidupnya dia hanya akan berada di penjara.""Mengenai kamu," aku menunjuknya, "Selama pernikahanku dengan J
Aku melepaskan tangannya. "Sebaiknya kamu urus saja wanitamu itu! Aku dengar akhir-akhir ini dia sangat nggak setia. Dia malah kembali menjalin hubungan dengan pacar dari luar negeri. Apa kamu nggak curiga?""Setelah dia kembali, nggak lama kemudian kamu sudah tahu dia hamil. Jangan lupa, hasil pemeriksaan kesehatanmu belum diambil. Sekadar mengingatkan, sekarang ada versi elektronik.""Apa maksudmu? Apa kamu menyumpahiku?""Nggak aku hanya ingin kamu melihatnya, jaga kesehatan."Aku pergi begitu saja dan duduk di dalam mobil, memikirkan bagaimana setelah Jansen melihat hasil pemeriksaan kesehatan itu, aku tidak bisa menahan tawa.Ketika Ryan berusia tiga tahun, Jansen sempat menjadi korban penculikan saat sedang dalam perjalanan bisnis. Para penculik menyiksanya selama tiga hari, dan setelah kejadian itu, dia mengalami trauma mendalam. Tubuhnya juga mengalami kerusakan, dan dia tidak bisa lagi punya anak.Karena itu, entah siapa sebenarnya yang ada di dalam perut Wenny, tetapi pasti b
Setelah aku mengambil sebagian besar kekayaannya, semua klien lama Jansen menerima pesan singkat di malam yang sama.Semua orang mengatakan bahwa Jansen orang yang kejam, bahkan sampai mengorbankan anaknya sendiri. Mulai sekarang, mereka harus berhati-hati dalam berbisnis dengannya.Jansen juga tidak menyangka hal ini berdampak begitu besar. Dalam kehidupan ini, punya perempuan simpanan bukanlah sesuatu yang aneh. Semua orang di luar sana punya acara sendiri dan kerap membawa wanita favorit mereka.Namun, kenapa tiba-tiba dia dianggap sebagai orang yang jahat?Dia tidak mengerti, sedangkan aku hanya tersenyum. Ya, semua orang memang bermain sandiwara, tetapi orang-orang seperti dia, yang mengorbankan anaknya demi bersatu dengan cinta pertamanya, sangat jarang.Tindakan yang kejam dan tidak bermoral seperti itu sangat bertentangan dengan etika kerja dan bisnis. Ini adalah hal yang sangat tercela.Banyak pemilik perusahaan yang memulai dari nol dan istri sah mereka tetap berada di rumah
Warganet ramai menghujat, puluhan ribu komentar menduduki topik tren.Melihat semua itu, aku langsung gemetar karena marah.Ternyata begitu. Saat itu Ryan pasti sangat kesakitan. Dua kali dia berlari untuk membeli obat, lalu bertemu dengan orang sakit jiwa itu.Jansen, kamu memang pantas mati!Saat membaca ini, mataku sudah merah. Langsung kuperintahkan pengacara untuk mengajukan gugatan, dan mengungkapkan semuanya dalam sebuah tulisan panjang di media sosial.Aku mengungkapkan seluruh kisah bagaimana Jansen dan Wenny berkencan hingga menyebabkan kematian anakku, serta perselingkuhannya. Seketika, Jansen jadi terkenal di kalangan publik.Aku biarkan namanya berada di topik tren selama sehari penuh. Tak terhitung banyaknya warganet yang meneleponnya untuk menghujat, bahkan ada yang berhasil menemukan alamat kantornya dan mengirimkan karangan bunga.Beberapa orang juga mengirimkan bunga untuk Ryan. Aku benar-benar tidak menyangka, setelah kepergiannya, masih ada banyak orang asing yang m
"Aku nggak akan menceraikanmu. Buang jauh-jauh pikiran itu. Kalau Ryan melihat dari surga, dia juga nggak mau kita bercerai. Kita masih bisa punya anak lagi."Aku menamparnya keras-keras. "Kamu bukan manusia! Pergi dari sini!"Aku menendang dan memukulnya sampai dia terlempar keluar, tak bisa kutahan lagi kemarahan yang membuncah ini. Bajingan ini masih bisa berkata-kata seperti itu.Tanpa sungkan lagi, aku langsung meminta pengacara mengajukan gugatan cerai. Sebelum itu selesai, aku tidak akan membiarkannya hidup tenang.Baru saja Jansen pergi, Wenny mengajakku bertemu. Saat aku menemuinya di sebuah kafe, dia sedang mengelus perutnya dengan senyum lebar di wajahnya."Aku sarankan kamu berhenti mengganggu. Pesan yang kamu kirim ke dia tadi malam sudah kulihat. Susi, hidupmu benar-benar menyedihkan, anakmu sudah tiada. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah mengakhiri hidupku.""Lagi pula kamu sudah nggak muda lagi, lebih baik pergi sendiri dengan cara yang terhormat. Aku dan Jansen masih
Jansen tidak membalas pesanku, tetapi aku juga tidak terburu-buru. Dia pasti sedang asyik bersama wanita itu, nanti setelah selesai dia akan melihatnya.Aku tersenyum melihat foto Ryan di ponselku, dan hatiku tenggelam dalam kepedihan.Ryan, kamu lihat 'kan? Ibu pasti akan membalas dendammu. Hidup orang-orang yang menyebabkan kematianmu tidak akan berakhir baik!Ibu tidak akan membiarkan kamu sendirian terbaring di tanah yang dingin. Aku sendiri takut tak mampu bertahan, tetapi aku memaksakan diri untuk meneruskan video itu kepada pengacara.Pengacara langsung bersemangat, "Dengan bukti ini, kita bisa memastikan perselingkuhan mereka. Kita bisa mendapatkan 70%, bahkan 90% dari aset!"Aku tersenyum kecil, lalu berbaring di tempat tidur dan tertidur nyenyak.Sejak Ryan meninggal, aku belum pernah tidur nyenyak. Semoga dalam mimpi kali ini Ryan bisa datang menemuiku, agar aku bisa melihatnya lagi.Keesokan paginya, pintu rumah diketuk keras. Aku lupa, aku sudah mengganti kunci, jadi Janse
Sungguh lucu. Ryan sudah tiada, kalau saja dia peduli, dia akan menemukan surat kematian di laci meja tamu.Dia hanya perlu menarik lacinya, tetapi sayang, dia tidak melakukannya.Aku menatapnya dengan pandangan sinis, "Apa kamu masih peduli dengan anakmu?""Apa maksud perkataanmu itu? Kalau bukan karena dia, Wenny nggak akan tersiram air panas!""Jangan kamu salahkan anakku! Aku nggak mau dengar satu kata pun darimu lagi, dan aku nggak mau punya urusan apa pun denganmu. Kita cerai!"Setelah itu, aku mengeluarkan surat perceraian.Jansen langsung marah. "Berapa kali harus aku bilang? Aku nggak ada hubungan apa pun sama dia, kami cuma teman biasa!""Teman biasa? Dia yang sudah mencelakai Ryan, dia musuhku!""Kamu nggak masuk akal!" Jansen mengambil ponselnya dan menyodorkannya ke wajahku. "Lihat sendiri, ini Ryan yang menyiramnya!"Dalam rekaman itu, Ryan terlihat hati-hati membawa segelas besar air panas, tangannya juga sudah merah karena panas. Dia berganti-ganti tangan dengan gemetar
Dia melangkah maju dan langsung menjambak rambutku. "Aku kasih kamu kesempatan terakhir, cepat minta maaf dan panggil Ryan kemari. Kalau nggak ...."Aku mendongak menatapnya dan tiba-tiba berhenti tertawa. "Kalau nggak apa? Kamu mau cerai, lalu menikahi wanita ini, benar 'kan? Berani nggak? Kalau berani, aku akan langsung mundur, bagaimana?""Jansen, ayo jawab! Berani nggak?"Aku berteriak menatapnya. Jansen terkejut, melepas cengkeramannya dan mundur dua langkah. Lama kemudian baru keluar sepatah kata, "Kamu gila!""Aku memang gila, tapi kamu juga nggak lebih baik! Jansen, kalau hari ini kamu nggak ambil keputusan, aku benar-benar akan menganggapmu hina! Dasar pengecut, kamu itu orang bodoh!"Aku mencaci-maki semua kata kasar yang aku tahu, dan bahkan menendang para penjaga beberapa kali.Aku nggak peduli lagi. Ryan sudah tiada, tidak ada yang bisa menghentikan aku untuk menjadi gila.Barulah saat ini Jansen menyadari bahwa aku benar-benar ada masalah. "Apa yang terjadi sama kamu? Sus
Suamiku sengaja membawa putra kami pergi bersamanya agar dia bisa makan malam dengan cinta pertamanya tanpa dicurigai.Di tengah perjalanan, dia menyuruh anak kami yang baru berusia enam tahun itu membeli salep luka bakar, tetapi malangnya, dia bertemu orang gila dan langsung ditikam hingga tewas di tempat.Hatiku sangat hancur, dan ketika aku melihat salep luka bakar di tangan putraku, aku menangis histeris tanpa henti.Namun, suamiku malah menelepon dan memarahiku, "Susi, begini anak hasil didikanmu! Dia melukai Wenny dan nggak mau minta maaf, suruh dia pulang sekarang juga!"....Saat Ryan mengembuskan napas terakhirnya dalam pelukanku, tangannya masih memegang sekotak obat. Aku menangis tersedu-sedu melihat mulutnya yang berdarah, tak sanggup aku berkata-kata.Saat itu, aku berlutut memohon kepada Tuhan agar menukar nyawaku demi anakku.Sayangnya, Tuhan sepertinya tidak mendengarkan. Ryan pergi, dan aku pingsan karena putus asa.Saat aku sadar kembali, tidak ada seorang pun di seki