Share

Bab 7

Daniel menoleh ke belakang tanpa bereaksi apa pun, lalu berbalik dan pergi.

Felis juga menoleh ke belakang. Wanita itu sangat menawan dengan tubuh yang sangat indah dan wajah yang sangat cantik.

Tidak ada laki-laki yang tidak terpana dengan kecantikan wanita itu, tetapi Daniel malah tidak peduli dengan wanita itu.

Felis diam-diam merasa senang karena itu menunjukkan kalau Daniel bukanlah seorang playboy.

Felis mau melihatnya lagi ketika Daniel tiba-tiba menariknya dan memberi isyarat pada wanita itu untuk menjauh.

Meski diabaikan, Sinta Carl tidak tampak patah semangat. Dia melangkah cepat, menoleh ke arah Daniel, dan berkata dengan ekspresi kecewa, “Daniel, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi hari itu. Aku tidak menyangka kakakku akan menghasut paman keduamu untuk melakukan hal semacam itu. Maafkan aku, ya?”

Sinta memohon dengan putus asa, air mata mengalir di wajahnya. Dia tampak begitu ingin dikasihani.

Namun, Daniel tampaknya tidak melihatnya. Matanya yang dalam seakan memancarkan dua sinar cahaya laser yang menyeramkan. Dia membuka sedikit bibir tipisnya dan berkata dengan dingin, “Minggir.”

Sinta tidak berniat untuk minggir. Dia menatap mereka berdua dan ekspresinya perlahan menjadi jelek.

Daniel tidak pernah dekat dengan wanita. Setiap kali bepergian, dia membawa banyak pengawal untuk mencegah wanita gila mendekatinya.

Biasanya, sulit bagi Sinta untuk mendekatinya.

Terakhir kali, Sinta dilempar keluar jendela oleh Daniel dan mengalami cedera tulang belakang. Dia datang untuk pemeriksaan lanjutan hari ini, tetapi dia tidak menyangka akan bertemu Daniel di rumah sakit itu.

Apalagi Daniel sedang tidak membawa banyak pengawal dan ditemani oleh seorang gadis yang terlihat masih seperti mahasiswa.

Sinta merasa getir di dalam hatinya.

Mengapa dia tidak bisa bersama Daniel meskipun telah berusaha sekuat tenaga, sementara gadis itu bisa bersamanya dengan mudah?

Sinta terus menjelaskan, “Daniel, meskipun aku seharusnya tidak masuk ke kamarmu waktu itu, aku tidak melakukan kesalahan apa pun. Bukankah kamu yang mengusirku?”

Bukan hanya Sinta tidak melakukan kesalahan, tetapi dia juga memang tidak punya kesempatan untuk melakukan kesalahan.

Dia waktu itu baru saja mendorong pintu kamar Daniel dan sebelum dia menginjakkan kakinya masuk, Daniel langsung melemparkannya keluar jendela.

Untungnya, kamar Daniel berada di lantai dua, jadi Sinta tidak mengalami cedera yang serius. Jika kamarnya berada di lantai delapan atau sepuluh, dia mungkin sudah di neraka sekarang.

Felis menatap mereka berdua dengan tercengang.

Felis mencoba mengerti maksud dari percakapan mereka. Wanita di depannya itu mungkin mau mengantarkan barang ke apartemen Daniel, tetapi malah ditolak.

Bagus!

Daniel melakukan hal yang benar!

Felis menajamkan pendengarannya dan mendengarkan mereka dengan saksama, matanya yang besar dan berbinar itu pun seakan berputar-putar.

Daniel melirik Felis, menariknya ke belakang, dan berkata dengan nada dingin, “Bukankah apa yang kukatakan sudah cukup jelas? Minggirlah.”

Begitu dia selesai berbicara, sekelompok petugas keamanan turun dari lift dan mengusir Sinta bagaikan sedang menyapu sampah.

Ketua petugas keamanan datang dan membungkuk. “Pak, saya minta maaf. Kami tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Kami menghambat dan membuang-buang waktu Anda. Kami minta maaf.”

Ekspresi Daniel sedikit membaik. “Pastikan hal ini tidak akan terjadi lagi.”

“Baik, baik, baik.”

Wajah kepala petugas keamanan itu penuh dengan senyuman. Jantungnya yang tadi berdebar kencang, akhirnya tenang kembali.

Dia merasa seperti akan kehilangan pekerjaannya barusan.

Kalau saja dia datang agak telat dan Nona Sinta sudah “menerkam” Daniel dengan gegabah, mungkin besok dia bisa-bisa mengemis di jalanan.

Dia membungkukkan badannya hingga 90 derajat, kalau kurang dari itu akan dianggap tidak profesional.

Melihat tingkah aneh ketua petugas keamanan itu, petugas keamanan di belakangnya ikut membungkuk 90 derajat hingga Daniel pergi.

Setelah melihat Daniel pergi, ketua petugas keamanan itu segera berdiri dan berlari ke arah Bibi Lisa yang sedang berdiri di belakang pilar.

Dia memegang tangannya, seolah-olah dia telah melihat orang tuanya lagi, dan berkata dengan rasa terima kasih. “Kakak Lisa, terima kasih, terima kasih sudah meneleponku. Kalau terlambat sedikit saja, Pak Daniel pasti akan diganggu habis-habisan oleh Nona Sinta dan aku bisa-bisa mengemis di jalan besok.”

Bibi Lisa menarik tangannya dari genggamannya dan berkata sambil tersenyum, “Ini hanya bantuan kecil. Ini semua demi Pak Daniel. Pak Dion, kamu tidak perlu bersikap sopan.”

Pak Dion masih merasa cemas dan seperti sedang bermimpi. Jika bukan karena Bibi Lisa, kariernya mungkin akan berakhir.

Setelah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, dia akhirnya merasa tenang.

Dia berkata kepada anak buah di belakangnya, “Mulai sekarang, kalau Nona Sinta datang ke rumah sakit ini, usir saja dia.”

Wanita pembuat masalah itu hampir menyebabkan dia kehilangan pekerjaannya.

Petugas keamanan lain tertegun.

Daniel membawa Felis ke garasi bawah tanah, menaruh barang bawaannya di bagasi, dan membuka pintu belakang.

Felis berterima kasih, lalu masuk.

Begitu Felis duduk, Daniel masuk ke mobil dan berkata, “Ada kertas kontrak di sebelahmu. Buka dan tandatangani jika kamu sudah yakin.”

Kontrak?

Felis melihat sekeliling dengan terkejut dan melihat kertas A4, yang tidak terlalu tebal, berisikan kontrak.

Dia membukanya dan melihatnya. Kesimpulan dari isi kontrak tersebut adalah bahwa mereka akan menjalani masa percobaan pernikahan selama dua tahun dan selama masa itu, hubungan mereka tidak akan dipublikasikan. Jika setelah dua tahun, mereka tidak saling jatuh cinta, mereka bisa berpisah.

Ibarat berjalan di jalan yang lebar dan mereka bisa masing-masing berjalan di satu sisi.

Tentu saja, selama dua tahun itu, Daniel akan memenuhi tanggung jawabnya sebagai seorang suami, termasuk menafkahinya, merawatnya, dan lain-lain, tetapi kontak fisik tidak diperbolehkan.

Felis membacanya dengan saksama. Meskipun dia tidak merasa nyaman, dia tetap berkata, “Baiklah, aku sudah yakin. Ayo lakukan seperti apa yang tertulis. Bolehkah aku menandatangani ini?”

Felis tidak punya banyak harapan untuk pernikahannya itu. Itu hanyalah takdir kalau mereka sekarang bersama. Dia punya keinginan dan Daniel orang yang bertanggung jawab.

Faktanya, mereka sama sekali tidak saling kenal dan tidak pernah jatuh cinta. Felis sudah merasa cukup dengan pernikahan kontrak dua tahun itu.

Banyak orang yang sudah menjalin hubungan cukup lama, bahkan sudah sepuluh tahun, tetapi pada akhirnya tetap tidak bisa lolos dari yang namanya perpisahan.

Daniel sedikit terkejut dan menoleh ke arahnya. “Apa kamu tidak ada keraguan? Kalau ada, kamu bisa bertanya dulu. Misalnya, kalau kamu punya persyaratan untuk tempat tinggal atau biaya hidup, aku bisa memenuhi itu.”

Meskipun Felis miskin, dia tidak pernah berpikir untuk bergantung pada orang lain. Bahkan ketika dia sudah menikah dengan Daniel, dia tidak berpikir untuk menghabiskan uang Daniel dan meminta untuk dibiayai kuliah.

Sedangkan untuk tempat tinggal, Felis tidak punya permintaan akan hal itu.

Sekarang dia tinggal di asrama kampus, yang murah dan ramai. Bahkan jika Daniel menyiapkan tempat tinggal untuknya, Felis tidak berniat untuk tinggal di situ.

Lagi pula, mereka hanya pasangan sah di atas kertas dan tidaklah nyaman bagi mereka untuk hidup bersama.

“Baiklah, tidak, aku tidak butuh nafkah dari kamu. Aku bisa menghasilkan uang sendiri dan bahkan bisa mendapatkan beasiswa. Namun, terima kasih, Daniel, atas kebaikanmu.”

Daniel terdiam.

Kenapa Daniel merasa punya banyak uang, tetapi seperti tidak punya tempat untuk menggunakannya?

Felis mengeluarkan pena dari tasnya dan menandatangani kontrak itu.

Kontrak itu dibuat dalam dua lembar kertas. Dia menandatangani setiap lembar, menyimpan satu lembar salinan untuknya, dan memberikan lembar lainnya kepada Daniel.

Daniel mengambil lembar kontrak itu dan mengeluarkan tas kecil dari mobil, yang berisi kunci apartemen di Garden Boulevard dan kartu ATM.

Kartu ATM itu adalah kartu cadangannya, tidak ada batasan penggunaan, dan bisa digunakan kapan saja.

Daniel awalnya ingin mengajukan permohonan kartu khusus untuknya dan menaruh sejumlah uang di dalamnya, yang cukup untuk Felis gunakan.

Namun, kakeknya terlalu terburu-buru dan tidak punya waktu, jadi dia memberinya kartu cadangan itu terlebih dahulu.

Daniel memberikan tas itu dan berkata, “Ini kunci apartemen dan kartu ATM. Kalau kamu tidak mau tinggal di asrama kampus, kamu bisa tinggal di apartemen itu. Kalau uangmu habis, kamu bisa menggunakan kartu itu. Karena aku sudah menikah denganmu, aku menyediakanmu tempat tinggal dan kehidupan yang layak.”

Felis terdiam.

Daniel memberikan kunci apartemen dan kartu ATM kepada Felis. Felis menatapnya dengan tatapan kosong, tidak tahu harus menjawab apa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status