Share

Bab 13

Mobil hampir sampai di gerbang Garden Boulevard.

Daniel keluar dari mobil dan Hani serta Felis juga keluar dari mobil.

Hani bingung. Apa yang akan dilakukan kakaknya Derio?

Menculik perempuan?

Daniel tidak terlihat seperti orang jahat!

“Jika Daniel ingin menculik seseorang, culik saja aku.” Hani berkata dalam hati.

Felis sangat cantik dan dia belajar dengan tekun. Dia memiliki masa depan yang cerah.

Berbeda dengan Hani.

Parasnya biasa-biasa saja dan tidak pandai belajar, jadi biarkan saja Daniel “menghancurkan” hidupnya.

Sebelum mereka berdua sempat berbicara, Daniel berbalik dan melirik Hani. “Kamu bisa naik bus ke sekolah.”

Nada bicaranya sedingin es dan tidak menyisakan ruang untuk keraguan.

Bibir Hani berkedut. Dia tidak begitu populer sehingga orang-orang bahkan tidak mungkin mengira dirinya diculik.

Hani memegang tangan Felis dan berkata dengan sedih, “Felis, tidakkah kamu mau ikut denganku? Tidakkah kamu mau kembali ke kampus bersamaku?”

Felis menatap ke arah Daniel, yang berwajah tegas dan tidak bereaksi sama sekali.

Dia juga ingin kembali ke kampus, tetapi dia tidak berani kembali karena Daniel tidak berkata apa pun.

Mungkin Daniel ingin membicarakan sesuatu.

Dia mengelus bahu Hani dan berkata, “Hani, kamu kembali duluan. Aku akan segera kembali. Jangan khawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja.”

Hani menatapnya dengan tak percaya dan bertanya dengan suara rendah, “Felis, apa kamu kenal dia?”

Felis mengangguk lalu menggelengkan kepalanya.

Hani tidak punya pilihan, selain tersenyum pahit. “Kalian saling kenal atau tidak, Felis? Pria ini terlihat hampir berusia 30 tahun. Kudengar, pria berusia segitu sangat galak. Dia bisa membahayakanmu.”

Felis dalam hatinya berkata, “Hani, kamu benar. Pria itu hampir menularkan penyakit daerah kewanitaan kepadaku waktu itu.”

Dia menutup mulut Hani dengan tangannya dan berbisik di telinganya, “Hani, tolong jangan bicara lagi. Tidak baik jika orang lain mendengar hal itu.”

Melihat wajah dingin Daniel. Jika dia marah, dia seperti akan membekukan orang sampai mati.

“Cepat kembali, aku akan menyusulmu nanti.”

Setelah Felis selesai berbicara, dia mengikuti Daniel ke dalam apartemen.

Hani kembali ke mobil dan merasa sangat cemas.

Hani segera mengirim pesan ke Derio.

“Derio, kakakmu meminta seseorang untuk mengantarku kembali ke kampus dan dia membawa Felis sendirian ke apartemen itu.”

Derio sedang menerima hukuman dari kakeknya di rumah lama. Ketika mendengar ponselnya berdering, dia segera melihatnya.

Ketika dia melihat beberapa kata terakhir, dia benar-benar tercengang,

Daniel membawa Felis naik ke apartemen? Apa maksudnya ini?

Kakaknya tertarik dengan kecantikannya?

Tidak mungkin, kakaknya adalah orang yang sama sekali tidak punya perasaan.

Lagi pula, kakaknya itu sudah sering melihat wanita cantik. Bagaimana mungkin dia menyentuh seorang mahasiswi muda?

Meski begitu, dia masih bertanya dengan cemas, “Kamu tidak salah? Kakakku dan Felis sama sekali tidak saling kenal, bagaimana dia bisa membawanya naik ke apartemen?”

Ketika Daniel keluar, selalu ada pengawal dalam jarak sepuluh meter darinya untuk mencegah wanita mendekatinya. Bagaimana Daniel bisa berinisiatif membawa Felis?

Hani mengetik, “Aku tidak buta, kakakmu benar-benar membawa Felis naik ke apartemen. Tidakkah kamu perhatikan kalau sorot mata kakakmu terlihat aneh saat menatap Felis?”

Derio terkejut dan teringat kalau Daniel tidak pernah berlaku baik padanya sejak dia melihat Felis.

Kakaknya tidak akan benar-benar …

Derio tiba-tiba beranjak dari kursinya, membawa ponselnya, dan berlari keluar pintu.

Lelaki tua itu dengan sabar sedang menceramahi cucunya yang nakal.

Dia mulai berceritakan dari sejarah zaman dahulu. Derio tiba-tiba melompat seperti monyet dan sebelum kakeknya merespon, Derio sudah bergegas keluar.

Kakeknya bergegas keluar sambil memegang tongkat di tangannya sambil berteriak, “Kembalilah ke sini! Aku belum selesai bicara. Hentikan dia!”

Petugas keamanan di pintu dengan mudah menghentikan Derio dan Pak Leo datang, lalu menariknya kembali.

Derio sangat cemas sehingga dia menoleh ke belakang dan berkata, “Kakek, kamu tidak bisa menghentikanku. Kalau kamu menghalangiku, sesuatu akan terjadi.”

Orang tua itu dengan marah memukulnya dengan tongkatnya. “Ada apa lagi? Kamu sudah ke kantor polisi, ada masalah apa lagi?”

“Kakek, bukan aku yang ada dalam masalah, tapi kakakku. Kakakku yang akan mendapat masalah.”

Sesuatu terjadi pada Daniel?

Orang tua itu sangat marah hingga hampir tertawa. Dia mengangkat tongkatnya dan memukulnya lagi. “Jaga saja dirimu baik-baik, kenapa kamu masih mengkhawatirkan kakakmu? Bagaimana mungkin kakakmu tidak lebih baik darimu?”

Daniel merupakan siswa berprestasi saat masih sekolah dan punya banyak sekali sertifikat penghargaan.

Derio harus bergantung pada sumbangan dari Grup Fins untuk kuliah. Kalau Daniel tidak menyumbangkan gedung kepada pihak kampus, bagaimana Derio bisa mendapat kesempatan untuk kuliah di Universitas Nikolsky?

Derio masih berani menyebut-nyebut kakak laki-lakinya itu.

Derio begitu cemas hingga dia hampir melompat berdiri. “Kakek, kakakku memang lebih baik dariku, tetapi intinya adalah dia seharusnya tidak membawa teman perempuan sekelasku ke apartemen sendirian.”

Kakeknya terdiam.

“Apa kamu bilang? Katakan lagi? Siapa yang dibawa kakakmu ke apartemen?”

Derio tampak tertekan. “Kakakku membawa teman perempuan sekelasku ke Garden Boulevard dan bahkan membawanya naik. Teman sekelasku sangat cantik, tetapi kakakku tidak boleh tergoda oleh kecantikannya!”

Orang tua itu mengedipkan matanya berulang kali dan intuisinya mengatakan padanya kalau teman sekelas Derio itu seharusnya adalah istri barunya Daniel.

Daniel hampir tidak tertarik pada wanita mana pun dan tidak akan mudah baginya untuk membawa siapa pun ke sana.

“Siapa nama teman sekelasmu itu?”

Derio masih sangat cemas. “Kakek, kenapa kamu bertanya hal itu? Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan teman sekelasku dan menghentikan kakakku melakukan yang tidak-tidak.”

Orang tua itu marah dan memukulnya dengan keras. “Aku bertanya padamu, tetapi kamu tidak menjawab dan terus berbicara omong kosong.”

Derio meringis kesakitan. Dia mengusap lengannya dan bergumam, “Teman sekelasku adalah Felis Nadara. Dia tidak hanya cantik, tetapi juga mahasiswi teladan.”

Orang tua itu tersenyum lebar. “Benar saja.”

Derio menatap kosong. “Kakek, ada apa?”

Lelaki tua itu menatapnya tajam. “Felis adalah kakak iparmu. Kalau kakakmu tidak mengajaknya ke apartemennya, apakah kamu yang seharusnya diajak ke sana?”

Apa?

Raut wajah Derio seperti hampir meledak. “Kakek, apa maksudmu? Felis adalah teman sekelasku, dia adalah mahasiswi tahun ketiga, bagaimana mungkin dia menjadi istri kakakku?”

Ini sama sekali tidak masuk akal. Orang tua itu pasti berbicara omong kosong.

Derio menolak untuk percaya perkataannya.

Lelaki tua itu berhenti sejenak, dengan senyum di wajahnya. “Percaya atau tidak, Felis adalah istri kakakmu. Mereka baru saja menikah. Jangan beri tahu siapa pun tentang hal ini untuk sekarang. Hanya kamu yang tahu. Kakakmu ingin merahasiakan pernikahannya, jadi kamu tidak bisa memberi tahu orang-orang untuk saat ini.”

Derio tercengang.

Bagaimana mungkin?

Daniel hampir berusia tiga puluh tahun dan Felis baru saja merayakan ulang tahunnya yang kedua puluh.

Kakaknya menikahi wanita yang jauh lebih muda!

Derio berpikir sejenak dan berkata, “Kakek, apa menurutmu, kakakku dan Felis itu cocok?”

Orang tua itu melotot padanya dan berkata, “Kenapa tidak? Menurutku, mereka cukup serasi. Felis cantik dan pintar dan dia sangat cocok dengan kakakmu.”

Derio berkata, “Kakek, kakakku jauh lebih tua dari Felis. Mereka bukan hanya selisih satu atau dua tahun saja. Kakakku sekarang memang masih muda dan kekuatan fisiknya tidak diragukan lagi. Namun, dalam beberapa tahun, ketika Felis mencapai usia matang, kakakku mungkin sudah tidak bisa melakukan hal intim lagi. Perbedaan usia mereka terlalu jauh, itu bukanlah hal baik.”

Kakeknya tertegun.

Dia begitu marah sehingga dia langsung mengangkat tongkatnya dan berkata, “Kamu tidak belajar dengan giat, tapi kamu tahu banyak tentang hal seperti ini dan kamu berbicara seolah-olah kamu orang yang berpengalaman. Akan kupatahkan kakimu.”

Tepat saat tongkat itu hendak mengenainya, Derio berlari kencang.

***

Malam sudah larut dan semua orang sudah tidur.

Felis mengikuti Daniel masuk ke Apartemen Garden Boulevard.

Memikirkan rasa sakit yang dialaminya terakhir kali yang menetap selama beberapa hari, kaki Felis menjadi lemas.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status