Felis sedang memikirkan hal semalam dan tetap tidak bisa mengatakan yang sejujurnya. Bukannya dia tidak percaya pada Hani, tetapi dia dan Daniel tidak ada masa depan.Selain itu, Daniel mengatakan kalau dia ingin merahasiakan pernikahan mereka dan semakin sedikit orang yang tahu, semakin baik.“Dia melakukan sesuatu padamu, kan? Dia membawamu ke sana untuk membicarakan ganti rugi.”Hani menyeringai dan tidak berkata apa-apa lagi.Hani sangat yakin kalau masalah di antara mereka tidak sesederhana itu dan karena Felis tidak ingin mengatakannya, dia berhenti bertanya.Saat waktunya tepat untuk mengatakannya, Felis pasti akan bercerita. Felis sedang menyembunyikan sesuatu.“Felis, kalau begitu kamu harus cepat kembali. Aku mau belajar, tetapi aku tidak tahu apa-apa. Tolong cepatlah ke sini dan bantu aku mengejar ketertinggalan”Agar Felis cepat kembali, Hani berkata untuk pertama kalinya kalau dia ingin belajar.Felis merasa agak tidak percaya. “Hani, apakah matahari sudah terbit dari bara
Bukannya Daniel meragukan Felis, tetapi siapa yang bisa menjamin kalau Felis akan lulus?Selain itu, Soni juga orang yang kompetitif.Sepengetahuannya, nilai ujian Soni tidak jauh lebih buruk daripada Felis di setiap ujian.Bisa dibilang, nilai mereka hampir sama.Felis tidak mengikuti begitu banyak mata kuliah kali ini dan waktunya sangat terbatas, jadi wajar saja jika dia nanti tidak mendapatkan hasil yang lebih baik daripada Soni dalam ujian.Dengan begitu, Felis bersumpah dengan penuh percaya diri.Daniel bertanya dengan ragu, “Bagaimana kalau kamu gagal?”Felis mengerutkan kening, bulu matanya yang panjang itu berkibar, bagaikan sayap, menggetarkan hati, dan berkata dengan nakal, “Bagaimana kalau kita taruhan dengan uang sepuluh ribu?”Daniel hampir tidak bisa menahan tawanya. “Oke, tidak bisakah kamu bertaruh lebih banyak?”Sepuluh ribu terlalu sedikit. Bahkan saat bermain kartu, tidak ada yang bertaruh sepuluh ribu.Felis menggelengkan kepalanya dengan ekspresi serius. “Tidak bi
Derio adalah teman dekatnya yang bodoh.Felis melengkungkan bibirnya. “Kalau begitu, aku akan merepotkanmu dulu, Bibi. Sebaiknya aku kembali ke kampus lebih awal untuk mengejar ketertinggalanku.”Mereka berdua pergi ke garasi dan Daniel memilih mobil termurah untuk dikendarai.Bahkan mobil termurahnya seharga 2 miliar.Meskipun Felis tidak tahu banyak tentang mobil, dia tahu kalau mobil itu pasti mahal dengan hanya melihat dari bentuknya.Ternyata Daniel bukanlah pekerja biasa yang dibayangkannya, melainkan mungkin seorang manajer umum di perusahaannya.Namun, Felis tidak bertanya. Itu tidak hubungannya dengan dirinya. Bagaimanapun, mereka hanya akan menjadi orang asing di masa depan.Setelah masuk ke dalam mboil, Daniel mengantarnya hingga ke gerbang kampus dan pergi.Felis berjalan sambil membawa tas kuliahnya. Setelah beberapa langkah, dia tiba-tiba teringat Soni.Kemarin, Soni dipukuli habis-habisan oleh Derio dan wajahnya bengkak.Sekalipun Soni juga bersalah, dia tidak pantas unt
Felis dan Hani keduanya tertegun dan langsung berhenti.Percakapan di dalam berlanjut. Soni berhenti sejenak dan berkata, “Bu, apa perlu marah-marah? Aku baru saja bertengkar dengan teman sekelasku. Namanya bertengkar ya pasti ada yang terluka. Entah dia atau aku yang terluka. Bukankah itu hal normal? Kenapa harus marah-marah?”“Apa ini hanya beberapa pukulan biasa? Lihatlah dirimu, wajahmu hampir rusak. Anakku sangat tampan, bagaimana kalau wajahnya hancur?”Farah Dominik sangat tertekan. Ketika dia memikirkan putranya dipukuli oleh teman sekelasnya karena perempuan itu, dia merasa sangat marah dan tidak bisa terima.“Bu, jangan khawatir, wajahku tidak hancur. Ini akan baik-baik saja dalam beberapa hari. Aku tidak selemah itu.”Setelah Soni masuk rumah sakit dari tadi malam, dia tidak berani memberi tahu keluarganya.Ibunya tidak tahu bagaimana bisa mengetahui hal itu, tetapi ibunya tiba-tiba masuk ke ruangannya pagi ini.Melihat putranya terluka seperti itu, Farah hampir menangis.D
Mereka datang ke ruang rawat inap, mengetuk pintu, dan bertanya pelan, “Soni, apa kamu di sana?”Saat Soni mendengar ketukan pintu, dia mengira ibunya kembali lagi, tetapi yang dia dengar malah suara Felis.Dia mengerutkan kening dan berkata, “Ya, masuklah.”Mereka masuk bersama-sama, meletakkan buah-buahan yang telah mereka beli di atas meja, di samping tempat tidur Soni, dan berbalik untuk melihat wajah Soni yang masih bengkak.Felis menunduk dan merasa sedikit bersalah.“Soni, maafkan aku, aku tidak menyangka Derio akan bersikap begitu kasar.”Soni mengernyitkan sudut bibirnya. “Tidak apa-apa, semuanya sudah selesai. Lagi pula, bukan kamu yang memukulku, tidak perlu minta maaf padaku.”Nada bicaranya sangat serius dan ekspresinya tidak terlalu bagus. Soni sama sekali tidak berniat memaafkan Felis.Sebenarnya, Soni tidak terlalu marah pada Felis. Dia sangat marah pada Derio. Tidak apa-apa kalau Derio yang tidak belajar dengan baik, tetapi dia harusnya tidak menyeret Felis, yang sedan
Derio menunggu lama dan akhirnya kesempatan muncul.Kakeknya akan bertemu dengan seorang teman lama untuk beberapa hari ke depan dan tidak ada seorang pun di rumah tua itu yang bisa memperhatikan dirinya.Mendengar kabar itu, Derio sangat gembira hingga hampir melompat.Dia berbohong kepada Pak Leo dan melarikan diri.Dia pergi ke garasi, masuk ke Mobil Maseratinya dan bergegas keluar dari rumah tua itu sambil menggelengkan kepalanya.Udara di luar sangat menyegarkan, bahkan angin pun berembus kencang.Burung-burung berkicau di dahan-dahan pohon dan orang-orang terlihat bahagia.Awalnya, Derio ingin mengajak beberapa temannya untuk bersenang-senang dan merayakan kebebasannya, tetapi karena dia memikirkan ujian yang sebentar lagi tiba, dia memutuskan untuk tidak menarik perhatian orang-orang.Dia berkeliling jalan beberapa putaran dan hendak kembali ke kampus ketika tiba-tiba teringat kalau kakaknya pernah berkata padanya untuk tidak mengungkapkan latar belakang keluarganya di depan Fel
Derio tersenyum tipis. “Justru karena aku mengandalkan Felis, jadi aku harus membantunya belajar.”Huft …Kali ini, Hani tidak bisa menahan ketawanya.Itu adalah lelucon paling lucu yang pernah didengarnya selama bertahun-tahun.Mahasiswa malang, Derio Fins, ingin membantu mahasiswa terbaik, Felis Nadara, dalam hal belajar.Hani memegang teleponnya dan tertawa terbahak-bahak hingga tidak bisa berhenti.Dia tertawa terbahak-bahak setengah mati. “Derio, cepat katakan padaku, kamu habis dari gua mana? Dasar sombong. Bisakah kamu mempertimbangkan perasaan orang lain saat kamu menyombongkan diri ke depannya? Kalau kamu membuatku tertawa terbahak-bahak hingga mati, Felis tidak akan membiarkanmu begitu saja.”Setelah Hani cukup puas tertawa, Derio berkata dengan kesal, “Hani, kamu terlalu berpikiran sempit. Apa hanya ada satu cara untuk membantu Felis belajar? Ada banyak cara untuk membantunya, bukan hanya dengan menjelaskan pelajar kepadanya. Misalnya, kamu bisa membelikannya materi ulasan d
Daniel sedang rapat dengan orang-orang penting.Ponselnya berbunyi “bip” dan dia menunduk, lalu melihat pesan dari Derio. Dia membalik ponselnya tanpa membacanya.Dia memblokir kartu Derio beberapa hari lalu dan Derio mungkin tidak punya uang sekarang, jadi Derio mungkin mau meminta uang kepadanya.Laporan dari eksekutif senior masih berlangsung dan Daniel mendengarkan dengan penuh saksama.Tak lama kemudian, ponselnya berdering lagi.Dia mengerutkan kening dan mengklik ponselnya dengan tidak sabaran.Pesan dari Derio bertuliskan, “Kakak, menurutmu, Felis terlihat bodoh di sini?”Alis Daniel semakin berkerut. Dia mengklik foto pertama dan melihat Felis mengerutkan kening, cemberut, dan menatap tumpukan kertas dengan ekspresi pasrah.Ekspresinya agak lesu, tetapi jelas tidak bisa disebut bodoh. Daniel pikir itu cukup lucu.Daniel tanpa sadar tersenyum.Eksekutif senior yang sedang menjelaskan laporannya itu melihat bosnya tersenyum dan berpikir kalau laporannya sangat bagus. Dia tiba-ti