Share

Bab 6

Daniel ragu-ragu sejenak, tetapi tetap menjawab panggilan telepon itu.

Kakeknya bertanya, “Daniel, bagaimana kabarmu dan Felis sekarang?”

Kakeknya berangan-angan kapan dia bisa menggendong cicit?

Daniel mengerutkan kening. “Kakek, apa maksudnya bagaimana?”

Lelaki tua itu tiba-tiba tidak senang. Daniel basa-basi kepadanya walaupun dia sudah tahu jawabannya.

Kakeknya merasa apakah dia perlu mengajari Daniel perihal masalah antara suami dan istri?

Kakeknya ingin memukulnya dengan tongkat sekeras-kerasnya karena bersikap bodoh dan naif.

Karena cucunya tidak berbicara tentang hal itu, dia mengalihkan pembicaraan. “Apa kamu sudah memberi Felis uang bulanan? Kondisi keluarganya tidak terlalu baik. Kamu harus mengurusnya setelah menikah. Kamu tidak bisa membiarkannya menderita lagi. Itu hal paling minimum yang harus kamu lakukan.”

Daniel terdiam.

Dia belum pernah memberikan Felis uang sepeser pun.

Setelah mendapatkan surat nikah, mereka berpisah. Felis naik bus dan Daniel naik mobil. Bukan hanya belum pernah memberinya uang, Daniel bahkan tidak memberikan Felis tumpangan.

Berpikir akan hal itu, Daniel merasa sedikit malu.

Dia terdiam cukup lama dan lelaki tua itu pun mengerti. “Daniel, jangan seperti itu, Nak. Aku katakan padamu, Felis adalah orang yang sudah kucari-cari selama lebih dari sepuluh tahun. Kalau kamu berani mengabaikannya, aku akan mematahkan kakimu.”

Daniel terdiam.

Daniel heran dan merasa kalau Felis seakan seperti cucu kandungnya dan dia seperti anak angkat?

Sebelum Daniel sempat berbicara, lelaki tua itu berkata, “Pergilah dan berikan dia uang sekarang, secara langsung, dan berikan dia kunci apartemen di Garden Boulevard. Kalau dia tidak ingin tinggal di asrama kampusnya lagi, dia bisa tinggal di sana.”

Lelaki tua itu sudah memeriksa dan di antara semua apartemen mewah Daniel, yang paling dekat dengan Universitas Nikolsky adalah daerah Garden Boulevard.

Apartemen di Garden Boulevard bukan berbentuk vila, melainkan sebuah apartemen besar seluas lebih dari 300 meter persegi, yang cukup untuk ditinggali pasangan muda.

Lelaki tua itu punya motif tersembunyi saat meminta Daniel memberikan kunci apartemen itu kepada Felis. Selama mereka berdua hidup bersama, dengan masa muda dan gairah cinta mereka, segalanya akan mengalir dengan sendirinya.

Orang tua yang berpangalaman memang mahir dalam mengurus sesuatu.

Daniel juga merasa kalau apa yang dilakukannya tidak benar dan apa pun yang terjadi, dia harus bertanggung jawab setelah menikahi Felis.

Selama mereka menikah, dia harus menafkahinya dan memberinya apartemen.

Daniel saat itu terburu-buru tanpa meninggalkan infromasi kontaknya dan saat mereka bertemu lagi, dia malah tidak sengaja menabraknya.

“Baiklah, Kek.”

Dia menutup telepon dan mengambil pakaiannya, menaiki lift pribadi dan turun ke bawah.

Ketika dia masuk ke dalam mobil, dia menelepon Teo dan berkata, “Kamu tidak perlu pergi ke rumah sakit. Aku yang akan menjemputnya.”

Teo terdiam.

Apa yang terjadi? Bagaimana bosnya tiba-tiba sadar? Apakah tanaman tua itu akan berbunga?

Namun, Teo hampir sampai.

Teo tertawa kecil, lalu membalikkan mobilnya.

Daniel sampai di garasi dan memilih menaiki mobil yang paling murah di antara mobil-mobil mewahnya dan pergi ke rumah sakit.

Begitu dia tiba di pintu rumah sakit, direktur rumah sakit datang menyambutnya. Daniel melambaikan tangannya, memberi isyarat kepadanya untuk menjauh.

Direktur itu menjulurkan lehernya, namun tetap mendatanginya, memberi tahu beberapa pesan, lalu pergi secepat mungkin.

Daniel tidak ingin Felis tahu identitas aslinya. Keluarga Felis sangat miskin, bagaimana jika Felis mencintainya kekayaannya?

Daniel tidak suka wanita matre. Jika Felis seperti itu, dia tidak akan bisa tinggal bersamanya sehari pun.

Daniel naik lift ke lantai atas. Dia melihat sekeliling koridor seolah sedang mencari seseorang.

Dia berada di bagian rumah sakit yang ada kamar-kamar VIP. Daniel berpura-pura melihat ke dua kamar dan kemudian melihat Felis.

Di saat bersamaan, Felis juga melihat Daniel.

Dia terkejut dan bertanya, “Daniel, kenapa kamu di sini?”

Sebenarnya, Felis tidak terlalu peduli dengan penampilan orang lain. Dia hampir tidak bisa mengingat seperti apa penampilan orang-orang setelah dia bertemu mereka sekali atau dua kali.

Tetapi Daniel begitu tampan, dengan ciri khasnya, sehingga sulit bagi Felis untuk tidak mengingatnya.

Tingginya lebih dari 1,9 meter dengan panjang kaki seakan 1,8 meter. Matanya dalam dan fitur wajah nya sangat tajam yang tampak seperti diukir.

Sangat amat tampan!

Felis sangat bingung. Bagaimana mungkin pria setampan Daniel, yang sudah tidak muda lagi, tidak punya pacar? Selain itu, Daniel memiliki temperamen yang sangat baik dan tidak terlihat seperti orang yang tidak bisa diandalkan. Namun, bahkan terlihat seperti orang sukses.

Felis berkata ingin dinikahi, pria itu pun menikahinya.

Apakah ada yang salah dengan Daniel?

Daniel seolah baru saja bertemu dengannya dan bertanya dengan heran, “Aku di sini untuk menemui temanku, kenapa kamu juga ada di sini?”

Bulu mata Felis berkibar seperti sayap dan Felis benar-benar mempercayai kata-kata Daniel.

“Aku mengalami kecelakaan mobil beberapa hari lalu dan dikirim ke sini oleh orang yang menabrakku.”

“Oh, benarkah? Apakah serius? Bagaimana kamu sekarang?”

Daniel menatapnya dari atas hingga bawah, berpura-pura sangat khawatir.

Bibi Lisa berdiri di dekat pintu, menggertakkan giginya dan menutup mulutnya. Dia ingin tertawa, tetapi tidak berani. Sampai dia merasa perutnya akan mulai sakit saking kerasnya dia menahan tawa.

Dia tidak tahu kalau tuannya itu seperti aktor profesional. Bisa berakting dengan sangat nyata hingga hampir tidak bisa dibedakan mana yang asli dan tidak. Kalau tuannya itu terjun ke dunia hiburan, tuannya pasti bisa menjadi aktor papan atas.

Saat itu, Daniel juga merasa kalau dirinya adalah seorang aktor yang hebat, bahkan Piala Oscar pun berhak memberinya penghargaan emas.

Felis agak sedih. Sudah lama sekali dia tertabrak mobil, tetapi tidak ada yang peduli padanya.

Alasan lainnya adalah dia juga kehilangan ponselnya.

Felis mau membeli ponsel lagi, tetapi dia tidak bisa pergi. Di satu sisi, dia juga tidak punya cukup uang dan dokter juga tidak mengizinkannya keluar serta mengawasinya, seperti seorang tahanan, tidak pernah meninggalkannya.

Dia ingin meminta bantuan Bibi Lisa, tetapi ternyata bibinya tidak membawa kartu identitasnya.

Belakangan ini, dia benar-benar kehilangan kontak dengan dunia luar dan hanya bisa menenangkan diri dan menikmati makanan enak buatan Bibi Lisa.

Dia menghabiskan seluruh waktunya untuk makan setiap hari dan badannya menjadi lebih berisi. Dia juga harus membeli pakaian baru saat pulang, yang berarti pengeluarannya akan bertambah.

Ketika Daniel, dengan santai, mengungkapkan kekhawatiran padanya, Felis merasakan kehangantan di hatinya.

“Ini tidak terlalu serius. Aku sudah pulih dan bersiap untuk keluar dari rumah sakit,” kata Felis sambil tersenyum.

“Oh, begitu? Bagaimana kalau aku mengantarmu pulang dulu? Temanku mungkin sudah dijemput orang lain.” Daniel berkata tanpa malu-malu.

Felis merasa sedikit malu. Meskipun mereka sudah menjadi suami istri, mereka masih seperti orang asing. Felis tidak pernah dan tidak ingin mengganggu Daniel.

“Terima kasih, Daniel. Tidak perlu. Aku bisa naik bus untuk pulang. Tempatku tidak jauh.”

Felis sendiri tidak punya banyak barang, tetapi dalam beberapa hari terakhir, Bibi Lisa membelikannya banyak kebutuhan sehari-hari dan beberapa makanan ringan. Alhasil, saat dia berkemas hari ini, barangnya jadi begitu banyak.

Daniel melihat barang-barang di lantai, mengerutkan kening, dan berkata, “Tidak mudah membawa barang-barang ini saat kamu naik bus. Aku akan mengantarmu kebetulan searah.”

Felis tidak tahu di mana Daniel bekerja, apalagi lokasi rumahnya, tetapi akhirnya Felis menurutinya.

Koper yang dibawa Felis sangat berat, jadi Felis memanfaatkan kondisi saat itu. Dia berencana mentraktir makan Daniel di lain waktu ketika dia punya kesempatan.

“Baiklah, terima kasih, Daniel.”

Daniel mengangguk dan berjalan keluar pintu sambil membawa koper.

Felis mengikutinya dari belakang. Baru dua langkah, dia teringat Bibi Lisa. Dia berbalik dan bertanya, “Bibi Lisa, bagaimana kamu pulang? Bagaimana kalau kita pergi bersama?”

Bibi Lisa tersenyum dan melambaikan tangan padanya, “Kalian silakan pergi, sudah ada orang yang menjemputku.”

Sebuah mobil dari rumah lama sudah menunggu Bibi Lisa di garasi bawah tanah. Walaupun tidak ada yang menjemputnya saat itu, Bibi Lisa tidak akan berani ikut bersama Tuan Daniel.

“Baiklah, sampai jumpa lagi, Bi.”

“Sampai jumpa lagi, Nona Felis.”

Setelah melambaikan tangan kepada Bibi Lisa, Felis bergegas melangkah cepat untuk menyusul Daniel. Mereka berdua naik lift ke lantai satu. Begitu mereka keluar dari lift, seseorang tiba-tiba berteriak, “Daniel, kenapa kamu di sini?”

Felis dan Daniel menoleh bersamaan dan melihat seorang wanita dengan sosok menawan dan sangat seksi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status