Tamparan keras yang diberikan Rama ke pipi kanan Alena sangat mengejutkan Alena dan semua orang yang ada di restoran tersebut. Alena merintih kesakitan, tapi tak ada seorang pun yang menolong ataupun mendekat, semua orang hanya melihat dan menjadikan semua itu tontonan.
“Aku mau kamu segera cari cara buat putusin Narandra, dan kalaupun memang aku gila kamu harus ingat aku gila karena kamu!” Ketus Rama.
Rama kemudian pergi meninggalkan Alena sendiri tanpa menolong ataupun menanyakan keadaan Alena, perlahan air mata Alena menetes membasahi pipi. Karena tidak mau menjadi tontonan lebih lama lagi akhirnya Alena juga pergi dari restoran itu dan segera berangkat ke kantor.
Saat sampai di kantor Alena menyeka air matanya agar Sarah dan semua orang di kantor tidak curiga kepada Alena. Alena kemudian masuk ke dalam ruangannya dan segera membuka laptop untuk melanjutkan pekerjaannya. Tak lama kemudian Sarah masuk sambil membawa beberapa berkas pekerjaan.
<Bibi mengetuk pintu kamar Alena dan dengan cepat Alena membuka pintu kamarnya. Bibi kemudian memberitahu Alena kalau ada Narandra sudah datang dan menunggu Alena. Alena sebenarnya tidak tahu kalau Narandra akan datang malam ini, karena Narandra tidak memberi kabar apapun pada Alena. Alena kemudian turun dari kamar dan menemui Narandra di ruang tamu. Terlihat Narandra membawa bouqet mawar putih kesukaan Alena. Narandra lalu menguulurkan bouqet bunga mawar putih itu dan Alena menerima bunga itu dengan bahagia. Mereka berdua lalu duduk bersebelahan di sofa ruang tamu.“Kenapa kesini nggak ngabarin dulu?” Tanya Alena.“Mau ngasih surprise aja soalnya aku kangen banget sama kamu!” Ucap Narandra.Alena hanya tersenyum tipis saat mendnegar gombalan dari calon suaminya itu.“Oh ya besok aku mau ngajak kamu ke rumah orang tua aku!”“Ngapain?”“Ya aku mau ngenalin kamu Al sebagai calon istri
Narandra mengantarkan Alena pulang ke rumahnya, dari raut wajah Narandra terlihat dia begitu bahagia, tapi tidak dengan Alena. Alena semakin terlihat gundah karena kini dia merasa begitu banyak beban, dia semakin bingung memikirkan bagaimana caranya untuk putus dengan Narandra. Karena kedua orang tua Narandra dan orang tua Alena sendiri sudah sama-sama merestui hubungan mereka yang padahal hanya bertepuk sebelah sebalah tangan. “Lusa kita ketemu bisa Tim Wedding Organizer, kamu bisa?” Tanya Narandra sambil terus mengendarai mobilnya. “Iya!” Ucap Alena cuek. Sebenarnya kini Alena sedang tidak fokus, dan tidak begitu memperhatikan apa yang Narandra bicarakan. Karena fikirannya hanya fokus pada Rama. Dan berulang-ulang kali juga saat ini Rama mengirim pesan pada Alena, tapi Alena belum bisa membalas satu pesan pun. “Itu kayaknya ponsel kamu banyak pesan masuk kenapa nggak dibuka?” Tanya Narandra heran. “Nanti aja, paling juga kerjaan!” Setelah beberapa saat akhirnya mereka sampai di
Narandra dan Alena datang menemui Tim Wedding Organizer di sebuah café, terlihat ada tiga orang perwakilan dari wedding Organizer yang datang. Disini Alena merasa sangat kebingungan, karena dia tidak tahu harus berbuat apa, bahkan dia tidak membayangkan sebelumnya kalau akan sampai sejauh ini. Sedangkan Narandra terlihat sedang melihat-lihat beberapa referensi konsep pernikahan yang sudah Tim Wedding Organizer siapkan.“Pak Narandra dan Bu Alena mau konsep seperti apa?” Tanya salah seorang Tim dari wedding Organizer tersebut.Alena diam dan menatap Narandra sendu, seperti seolah-olah mengatakan kalau dia belum memikirkan apapun tentang konsep pernikahan.“Saya…saya belum tahu!” Celetuk Alena.“Saya sama calon istri saya masih bingung menentukan konsepnya, jadi kami minta dari tim anda yang membantu untuk mencarikan referensi buat kami!” Tambah Alena.Narandra sebenarnya tahu kalau Alena memang belum siap dan belum punya konsep untuk acara pernikahan mereka. Dan lagi-lagi Narandra mema
“Ram tunggu nggak gitu Ram, aku bisa jelasin!” Teriak Alena yang mengejar Rama hingga diluar ruangan Alena.Dan semua karyawan kini terkejut melihat Alena yang berlinangan air mata mengejar Rama yang baru saja pergi. Alena lalu terdiam sambil menatap karyawan-karyawannya, dan dengan segera Alena mengusap air matanya. Alena lalu membalikan badannya dan kembali masuk ke dalam ruang kerjanya. Tak lama kemudian dibekalang Alena ada Sarah yang ikut masuk ke ruangan Alena. Dari raut wajah Sarah sangat terlihat jelas kalau dia tengah marah.“Ini apa-apaan lagi sih Al, sampai kapan Rama bakalan bikin rusuh kayak gini? Kerjaan lo dari kemarin berantakan gara-gara dia, meeting kita sama client gagal gara-gara dia, dan sekarang lo dibikin kayak orang gila gini di depan semua karyawan lo sendiri. Kalau emang lo sama Rama mau ribut tolong lah jangan di kantor kayak gini, semua orang ke ganggu Al. dan lo ngerusak citra lo sendiri disini!” Ketus Sarah.Sarah memang kini terlihat sangat emosi, wajahn
Rama lalu melempar pisaunya ke lantai lalu meraih vas bunga yang ada di meja tamu, dengan sekuat tenaga Rama melemparkan vas bunga itu ke arah Alena. Vas bunga itu terbang melayang ke arah Alena dan BRAAKKKKK…..Telat sedikit saja menghindar mungkin vas bunga itu sudah mengenai tubuh Alena, Alena tersungkur di lantai lalu duduk lemas bersandar sofa. Air mata nya pecah,tubuhnya gemetaran, dadanya sesak, rasa takut juga menyelimuti dirinya kali ini. Sorot mata Rama yang menyeramkan membuat Alena tak tahu harus berbuat apa, kali ini dia benar-benar takut terhadap lelaki yang ada dihadapannya itu. Mendengar tangis Alena yang pecah perlahan menyadarkan Rama, emosinya perlahan mulai turun, sorot mata tajamnya perlahan mulai terlihat sayu. Dan tiba-tiba Rama tersadar dan terkejut melihat Alena duduk bersandar sofa dengan isak tangis yang tak terhenti. Rama lalu berjalan pelan mendekati Alena, sedangkan Alena merasa semakin takut saat tubuhnya didekati oleh Rama, tapi Alena sudah tidak bisa p
“Aku capek kita pulang aja, kita lanjut nyari gaunnya kapan-kapan aja!” Ketus Alena.“Kita cari makan dulu ya!” Ajak Narandra.“Nggak, aku mau pulang aja aku nggak lapar!” Ketus Alena.Dengan sabar dan penuh senyuman Narandra akhirnya menuruti kemauan calon istrinya itu, dia segera mengantarkan Alena pulang, tapi saat di tengah perjalanan, Narandra membelokan mobilnya ke salah satu restoran Fasf Food favorit Alena.“Ngapain ? Kan aku bilang aku nggak lapar!” Ucap Alena.“Aku mau drive thru makanan aja buat kamu makan nanti,sebentar aja kok!” Ucap Narandra lembut.Narandra lalu memesan beberapa makanan kesukaan Alena melalui Drive Thru agar lebih cepat, karena Narandra tahu sebenarnya Alena tengah menahan rasa lapar, dan Narandra juga tahu semua yang hari ini Alena lakukan hanya ingin membuat Narandra kesal dan kehilangan kesabaran menghadapi tingkah Alena. Setelah selesai memesan makanan, Narandra segera melanjutkan perjalanannya untuk mengantarkan Alena pulang.****Siang ini Narandr
Pukulan yang diterima Rama itu tak membuat Rama menyerah, dia balik lagi memukul Narandra , tapi kali ini Narandra dapat menangkis pukulan dari Rama, sehingga Narandra balik menyerang Rama.“Gue tahu lo punya masa lalu sama Alena, tapi kalian udah selesai dan sekarang Alena itu calon istri gue, jadi gue minta lo berhenti ganggu dia!” Jelas Narandra.****Hari masih sangat pagi dan Rama sudah berada di depan rumah Alena, entah sudah berapa kali dia mengetuk pintu rumah Alena itu , tapi belum kunjung ada yang membuka. Dengan wajah penuh lebam akibat pukulan dari Narandra, Rama terus mengetuk pintu rumah Alena, hingga akhirnya Bibi datang membuka pintu rumah Alena. “Mas Rama, maaf saya tadi lagi di kamar mandi!!” Ucap Bibi sambil sedikit menundukan kepalanya.“Alena mana Bi?” Tanya Rama.“Mbak Alena masih di kamar mas!”“Panggilin ya Bi!” Ketus Rama.Rama kemudian duduk di ruang tamu, sedangkan Bibi naik ke lantai atas dan mengentuk pintu kamar Alena. Tak berselang lama Alena membuka pi
Alena lalu melepaskan pelukan eratnya dari tubuh Narandra, mereka berdua lalu duduk di sofa ruang tamu. Narandra kemudian mengusap lembut air mata Alena yang sedari tadi jatuh membasahi pipi Alena yang lembut.“Aku boleh obatin luka kamu?” Tanya Alena lirih.Narandra lalu tersenyum tipis dan mengangguk. Narandra lalu pergi mengambil kotak P3K dan menyerahkannya pada Alena. Dengan mata yang masih memerah dan berkaca-kaca, dengan perlahan Alena mengobati beberapa luka lebam di wajah Narandra. Narandra tampak tersenyum manis melihat Alena yang hari ini begitu perhatian terhadapnya.“Kok kamu senyum-senyum, ada yang aneh diwajah aku?” Tanya Alena.“Nggak ada kok, aku cuma bahagia aja bisa dapat perhatian seperti ini dari kamu!” Ujar Narandra sambil terus mengukir senyum.Mendapat tatapan seperti kali ini dari Narandra sejujurnya membuat Alena sedikit gugup, apalagi saat dilihat dari dekat, wajah Narandra terlihat san
“Terserah deh alasannya apa ya tapi lo pastiin kalau Rama nggak datang ganggu Alena lagi, dan satu hal lagi jangan sampai cari tahu dimana keberadaan Alena saat ini, karena kalau Rama tahu itu akan membuat keadaan mereka berdua semakin parah!”“Baik saya mengerti!” Ucap Andreas.****Sedangkan itu di rumah sakit, Narandra masih terus menemani Alena dan berdoa agar Alena bisa segera siuman. Narandra tak sedikit pun melepaskan pandangannya dari Alena. Melihat wajah Alena yang penuh lebam membuat hati Narandra sangat teriris dan begitu sakit rasanya.“Harusnya aku bisa ngejaga kamu Al, harusnya kamu nggak ngalamin in semua!” Lirih Narandra.Narandra tak henti-hentinya mengusap rambut Alena dan mencium punggung tangan Alena yang dingin.Lalu tak lama kemudian terdengar ketukan pintu dan masuklah Bibi ke dalam ruang rawat Alena. Bibi terlihat membawa sebuah bingkisan yang berisi makanan.“Bibi ngapain kesini?”“Ini Bibi bawain makanan Mas, buat Mas Narandra ,Mbak Sarah dan Mas Rio!”Bibi l
“Gue minta maaf Sar, gue minta maaf, sekarang biarin gue minta maaf langsung sama Alena, bawa gue ketemu Alena!” Ucap Rama sambil memohon dan memegang kedua tangan Sarah.“Nggak, gue nggak bakal biarin lo ketemu Alena, dan kalau lo masih berani nemuin Alena gue nggak akan segan laporin lo ke polisi!” Ancam Sarah.“Lo kenapa tega banget sih sama gue Sar, gue cuma mau ketemu dan minta maaf sama Alena, Alena pasti sekarang lagi butuh gue, dia pasti nyariin gue sekarang, jadi bawa gue ketemu dia sekarang!” Ucap Rama dengan nada cukup tinggi.“Alena uda nggak butuh lo dan pergi jauh-jauh lo dari kehidupan Alena!” Maki Sarah dengan penuh emosional.Mendengar kegaduhan dari kamar Rama, Andreas yang tadi berada di dapur untuk mengambil makanan, langsung buru-buru saja berlari sambil membawa makanannya ke kamar Rama. Saat masuk ke dalam kamar, Andreas pun terkejut melihat Sarah dan Rio tengah bersitegang dengan Rama. Andreas lalu segera meletakan makanan yang dia bawa ke atas meja yang ada di
Hari sudah beranjak malam tapi Alena masih belum juga sadarkan diri, Narandra, Sarah dan Rio juga tak beranjak dari ruang rawat Alena. Rio lalu keluar sebentar untuk membeli makan, karena dari tadi mereka bertiga belum sempat makan apapun. Sedangkan Narandra masih terus duduk disamping Alena dan tak capek-capeknya mengusap lembut rambut Alena yang halus itu. Setelah beebrapa saat Rio pun datang membawa beberapa makanan, ada 3 box nasi , minuman dan beberapa cemilan untuk mereka nanti malam.“Ndra ayo makan dulu, lo kan juga belum makan dari tadi!” Ajak Rio.“Kalian makan dulu aja!” Ucap Narandra.“Ndra, kita makannya disini kok nggak keluar, jadi lo nggak perlu khawatir, kita bisa sambil jagain Alena, inget lo harus jaga Kesehatan lo juga biar nanti kalau Alena bangun, lo kelihatan fresh!” Nasehat Rio.Mendengar nasehat itu Narandra akhirnya ikut makan bersama Sarah dan Rio.“Kalian kalau mau pulang nggak apa-apa, biar gue aja yang nunggu Alena disini!”“Nggak Ndra, kita malam ini jug
Tak berapa lama Dokter keluar dari ruang IGD dan menemui Sarah beserta Rio. Dokter laki-laki yang berusia sekitar 40 tahunan itu menjelaskan keadaan Alena saat ini. Dokter mengatakan kalau tidak ada luka serius di dalam tubuh Alena, hanya luka luar yang nantinya bisa sembuh. Tapi untuk saat ini memang Alena masih pingsan dan belum sadarkan diri. Dokter lalu mengatakan pada Sarah dan Rio kalau Alena akan dipindah dalam ruang rawat inap. Sarah dan Rio lalu segera mengurus segala urusan administrasi yang diperlukan, dari wajah Sarah masih terlihat kaalu dia sangat khawatir dengan sahabat nya itu. Saat selesai mengurus administrasi tibalah Narandra dengan lari yang tergopoh-gopoh dan menghampiri Sarah beserta Rio.“Sar, Yo gimana keadaan Alena dan dimana dia sekarang?” Tanya Narandra dengan wajah yang sangat khawatir.Sarah dan Rio lalu mengajak Narandra ke ruangan dimana Alena di rawat, dan tanpa basa-basi lagi, Narandra langsung berlari menuju tubuh Alena yang terbaring tak sadarkan di
Bibi segera kembali ke kamar Alena setelah menelfon Sarah menggunakan telfon rumah yang ada di lantai bawah, tapi betapa terkejutnya Bibi saat melihat Alena sudah tak sadarkan diri, Bibi mencoba membangunkan Alena tapi Alena masih belum juga sadar. Bibi pun mencoba mengolesi minyak kayu putih di dekat hidung Alena tapi Alena masih saja tak sadarkan diri. Bibi pun semakin cemas dan panik. Bibi berharap agar Sarah segera datang dan dapat membawa Alena ke rumah sakit.Dan akhirnya tak seberapa lama Sarah pun datang bersama Rio, dari wajah mereka berdua terlihat cemas dan juga panik.“Dimana Alena?” Tanya Sarah pada Bibi saat membukakan pintu rumah.“Mbak Alena pingsan di kamar Mbak!” Ucap Bibi panik.Sarah dan Rio pun semakin panik dibuatnya, Sarah dan Rio lalu segera membawa Alena ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.“Bibi di rumah saja, biar aku sama Rio yang ke Rumah Sakit!” Ucap Sarah.“Iya Mbak!”Rio menyetir mobilnya dengan cukup kencang, sedangkan Sarah duduk d
PLAKKKK…….Pukulan keras mendarat diwajah Alena yang mulus, Rama marah karena permintaanya di tolak oleh Alena, dan dia juga marah karena Alena berbicara dengan nada tinggi kepadanya.“Aku nggak terima penolakan dari kamu ya Al, kamu katanya mau nikah sama aku, tapi kenapa nggak setuju dengan ide kawin lari ini? Sedangkan orang tua kamu saja nggak akan ngasih kita restu, kamu mau mainin perasaan aku lagi?” Maki Rafandra sambil menjambak rambut Alena dengan kencang.“Lepas Ram sakit!” Lirih Alena.Tak menghiraukan permintaan Alena, Rama malah mendorong Alena hingga jatuh tersungkur.“Bilang kalau mau nikah sama aku Al, bilang !” Maki Alena.“Iya Ram tapi aku mau dapat restu orang tua aku!” Lirih Alena sambil terus mengeluarkan air mata.“Persetan sama restu orang tua kamu!” Maki Rama sambil mengayunkan tangannya lagi dan tepat mengenai wajah Alena lagi.Teriakan kesakitan Alena dan makian dari Rama terdengar jelas ke Bibi, Bibi saat ini memang sedang berada di ruang tamu yang tak jauh
Perkataan Bu Nawang tadi cukup membuat Rama terus kepikiran dengan nasib nya dan Alena nantinya, Rama merasa apa yang diakatan oleh mamanya itu memang ada benarnya juga. Bisa jadi hubungan mereka kali ini terhambat lagi oleh restu orang tua Alena yang dianggap kolot oleh Rama itu.Setelah semalaman dibuat pusing dengan pikirannya sendiri, Rama hari ini memutuskan untuk menemui Alena di rumahnya. Rama datang tanpa memberitahukan dulu pada Alena, dan kedatangan Rama ini juga disambut baik oleh Alena meskipun dalam hati Alena dia masih cukup kesal karena perkataan Rama kemarin di ponsel.Mereka berdua lalu asyik menonton film dengan ditemani minuman dan juga beberapa cemilan, saat ini Alena berharap Rama menanyakan keadaannya dan juga perusahaannya tapi sudah hampir satu jam Rama disini, Rama tak sekalipun menanyakan kabarnya.“Oh ya ada yang mau aku bicarain sama kamu Al!” Ucap Rama tiba-tiba.“Ada apa?”“Aku mau kita nikah dalam waku dekat, mungkin bisa sebulan lagi!” Ucap Rama dengan
“Al ini makanan lo!” Ucap Sarah sambil mengulurkan makanan ke arah Alena yang tengah berdiri di depan ruangannya sambil menatap karyawannya yang terlihat bahagia.“Iya Sar makasih!” Jawab Alena sambil menerima makanan yang Sarah berikan.“Lo kenapa? Lo uda tahu siapa yang ngasih ini?” Tanya Sarah sambil mencondongkan badannya ke arah Alena.“Heem!” Jawab Alena singkat.Alena lalu masuk ke dalam ruangannya dan meninggalkan Sarah yang masih berdiri di depan pintu ruangan Alena.“Meskipun lo nggak ngomong dan lo nggak pakai nama resto lo di packaging ini, gue tahu ini dari lo Ndra, karena cuma lo yang perhatian sama Alena dan semua karyawannya!!” Gumam Sarah.Sedangkan di dalam ruangan , Alena duduk di sofa panjang yang biasa dia gunakan untuk menerima tamu, lalu dia membuka makanan yang dia pegang. Lalu Alena mengambil ponselnya yang ada di kantong jas yang dia kenakan.Alena l
Narandra malam ini tengah makan malam bersama Rio dan Sarah di salah satu resto milik Narandra. Narandra ingin memperkanalkan menu barunya pada Sarah dan juga Rio, dan ingin mendengar pendapat dari mereka berdua. Sarah dan Rio terlihat sangat menikmati makanan-makanan yang Narandra hidangkan karena memang makanan-makanan itu sangatlah enak dan pastinya terbuat dari bahan-bahan yang berkualitas tinggi.“Gimana enak nggak? Atau kurang apa gitu?” Tanya Narandra.“Enak banget sumpah Ndra, rasanya pas!” Ucap Sarah.“Iya Ndra ini perfect banget, pasti menu ini bakalan laris !” Puji Rio.“Serius kalian ? Nggak cuma mau nyenengin gue aja kan?”“Ya nggak lah serus ini tuh enak banget!” Puji Raka lagi.Mereka berdua lalu lanjut untuk berbincang, Sarah sama sekali tak membahas tentang Alena karena ingin menjaga perasaan Narandra.“Sar gimana kabar Alena?” Tanya Narandra tiba-tiba.Sarah dan Rio lalu saling bertatapan mata, mereka berdua seolah – olah bingung harus menjawab seperti apa. Karena me