Share

Penasaran

Author: Icha Mawik
last update Last Updated: 2021-05-04 15:32:13

Allaric tiba di kantornya. Ia langsung masuk ke lift khusus yang langsung menuju ke ruangannya. Matanya kembali mencari keberadaan Kirana. Namun, gadis itu belum terlihat.

"Apa dia belum tiba?" tanya Allaric pada Alan.

"Belum Tuan," jawab Alan.

"Jam berapa meeting pagi ini di mulai?"

"Jam delapan, Tuan,"

Allaric melirik arloji mahalnya terlihat jika saat ini waktu menunjukkan baru setengah delapan. Waktu terus berlalu Allaric masih ingin menunggu Kirana. Tapi, Alan kembali menyadarkannya jika saat ini ada klien yang telah menunggunya. Allaric pun beranjak saat ia keluar dari lift. Tanpa di sengaja ia berpas-pasan dengan Kirana yang baru saja tiba.

Kirana sendiri terkejut saat Allaric berdiri tepat di hadapannya. Mata mereka beradu pandang, Allaric hanyut dalam manik coklat milik Kirana.

"Kirana," tegur Maya. Wanita itu pun segera menghampirinya.

"Maafkan anak buah Saya, Tuan," ucap Maya.

Allaric segera berlalu tanpa mempedulikan kehadiran Maya. Namun, Allaric kembali menoleh ke arah Kirana dan tersenyum penuh arti.

"Mana berkas yang Saya minta untuk di kerjakan," pinta Maya.

Kirana pun memberikannya berkas itu pada Maya yang tersenyum padanya.

"Kerjamu bagus," pujinya.

Ia pun berlalu meninggalkan Kirana. Rekan kerja Kirana mendekatinya dan berusaha membantunya.

"Gila, Bu Maya menyuruh Kamu mengerjakan berkas sebanyak ini! Kalau Aku jadi Kamu, Aku bakal nyerah dan kabur dari sini, tanpa memperdulikannya lagi," cetus teman kerjanya.

Mereka pun kembali berbincang. Tanpa mereka sadari. Seseorang mendengar percakapan mereka. Tidak ada yang tahu jika Allaric. Menempatkan satu orangnya yang selalu mengawasi Kirana selama di ruangannya.

****

Hari ini Kirana pulang terlambat. Ia merasa Maya akan selalu membuatnya sibuk. Akan tetapi tekadnya kuat dan akan tetap bertahan. 

Allaric dan Alan juga masih berada di ruangannya. Mereka sedang membicarakan proyek baru di luar negeri sampai selesai dan setelah itu keduanya meninggalkan ruangan.

"Tuan, sepertinya Kirana juga baru saja keluar dari ruangannya," ucap Alan memperhatikan ruangan yang tidak jauh dari ruangannya.

Mendengar nama Kirana disebut seketika mata Allaric mencari gadis tersebut yang membuatnya penasaran.

"Apa dia lembur lagi?" tanya Allaric masih memperhatikan gadis tersebut sampai tidak terlihat lagi.

"Sepertinya begitu!" hardik Alan.

Allaric dan Alan pun meninggalkan ruangannya sampai ke Lobby perusahaan. Keduanya pun berjalan ke arah parkiran dan mengambil mobilnya.

Saat akan menyetir Alan melihat Kirana berdiri sendiri di seberang jalan.  "Tuan, Kirana sepertinya butuh tumpangan," ungkap Alan masih memperhatikan gadis itu.

"Kau tau apa yang harus Kau lakukan Alan?" tanya Allaric menatapnya serius.

Alan pun mengangguk dan menghentikan mobilnya di depan Kirana. Seketika gadis itu bingung tak kala sebuah mobil berhenti di depannya. Seketika ia terkejut saat kaca mobil itu di buka.

"Tuan Alan?" tanya Kirana terkejut sambil melihat sekitar.

"Butuh tumpangan?" balik tanyanya.

Kirana menggelengkan kepalanya.

"Tidak, terima kasih. Saya akan menunggu Bus atau Taxi saja," tolaknya dengan sopan.

"Ini sudah malam! Tak ada kendaraan umum yang akan lewat pada jam segini. Kamu kan perempuan tak baik masih berada di sini sendirian. Aku khawatir ada yang akan berbuat jahat padamu. Lagi pula ini masih lingkungan perusahaan," ungkapnya memaksa.

"Sekali lagi terima kasih atas tawarannya. Saya tidak enak jika harus menumpang dengan Anda."

Alan tersenyum. "Kenapa merasa tidak enak? Aku ingin menolongmu. Ayolah Kamu tidak bisa menolak tawaranku. Aku mohon!" seru Alan memaksa.

Kirana pun terdiam dan berpikir sejenak. Ia melihat jam tangannya benar-benar sudah larut malam. 

Pada akhirnya Kirana pun mau ikut bersama Alan, walau sebenarnya ia canggung karena harus bersanding dengan Bos besar.

Kirana benar-benar sangat gugup berada di samping Allaric. Gadis itu berusaha berpaling saat melihat Bos nya fokus pada layar laptop-nya. Kirana tidak berani menoleh karena ini membuatnya tidak nyaman.

Secara diam-diam Allaric memperhatikan seluruh tubuh Kirana dari ujung rambut sampai kaki dengan sudut matanya. Sampai pandangan Allaric pun terfokuskan pada bibir tipisnya dan mulai membayangkan hal lain di dalam pikirannya.

Lamunan Kirana buyar saat Alan bertanya padanya. "Di mana rumahmu?" tanyanya.

Kirana pun memperhatikan jalang ada di depannya. "Tinggal lurus saja Tuan!"

"Benar ke sini?" 

"Yah, cukup berhenti di depan Gang itu," ucap Kirana sambil menunjuk ke Gang yang ada di depannya.

"Baiklah."

Alan pun menghentikan mobilnya tepat di depan gang.

"Terima kasih, Tuan Alan," ucap Kirana sembari membungkukkan badannya.

"Jangan padaku, katakan pada Tuan Allaric," ungkap Alan.

Kirana terdiam, ia menatap Alan. Pria kaku itu hanya mengangguk, mengiyakan.

"Terima kasih, Tuan Allaric," ucap Kirana terbata.

"Sama-sama," sahut Allaric terlihat cuek.

"Tuan, kalau begitu Saya permisi. Sekali lagi Saya ucapkan terima kasih atas tumpangannya." Kirana membungkukkan badannya, kemudian bejalan masuk kedalam gang kecil menuju rumah.

Dari dalam mobil, Allaric terus memperhatikan langkahnya.

"Aku harus mendapatkannya, Alan," gumam Allaric.

"Saya akan membantu Anda Tuan," sahut Alan.

"Terus awasi Dia, Aku mau tau semua tentangnya," perintah Allaric.

"Sekarang kita akan ke mana, Tuan?" tanya Alan.

"Langit Malam," ucap Allaric.

"Baik," jawab Alan. Mobil pun melaju meninggalkan gang sempit kediaman Kirana. Menuju ke sebuah tempat hiburan malam. Tempat di mana Allaric menghabiskan malamnya? Tempat di mana para penikmat dunia malam? Menghabiskan waktu dan uang mereka untuk bersenang-senang.

Di sanalah, Allaric selalu melampiaskan hasratnya, pada wanita yang datang sendiri padanya. Allaric akan memberikan apa saja untuk wanita itu jika ia mau menuruti kemauan Allaric. Allaric pun berpikir, mungkin dengan cara itu. Dia bisa mendapatkan Kirana.

****

"Kapan Kau akan pulang?" tanya Kirana pada seseorang di dalam teleponnya.

"Mungkin beberapa minggu lagi," jawabnya.

Wajah Kirana terlihat cemberut.

"Apa Kau disana, sudah menemukan wanita lain? Hingga Kau tidak mau pulang dan menemuiku. Apa Kau tidak rindu padaku?" cecar Kirana dengan wajah cemberut.

Pemuda itu terdengar terkekeh.

"Tidak wanita lain, yang bisa mengisi hatiku selain Kamu," balasnya.

"Davi, cepat selesaikan semua urusanmu dan kembalilah," pinta Kirana.

"Kau merindukanku?" tanya Davi.

"Ya, Aku merindukanmu," jawab Kirana.

"Baiklah, Aku akan berusaha secepatnya menyelesaikan semua dan akan cepat kembali," ucap Davi.

"Baiklah, sebaiknya Kau istirahat. Aku tau, di sana pasti sudah tengah malam," ucap Kirana.

"Baiklah, Kau juga. Aku mencintaimu," tutup Davi tersenyum.

"Aku juga," tutup Kirana.

Kirana menarik nafasnya dalam dan memejamkan matanya. Ia membayangkan wajah Davi. pemuda yang telah mengisi hatinya dua tahun belakangan ini. Tapi, saat ini dia sedang keluar negeri untuk satu urusan. Keduanya terpaksa berhubungan jarak jauh dan menahan rasa rindu ingin bertemu.

Davindra, putra seorang pengusaha yang terkenal di kota Y. Keduanya pertama kali bertemu di rumah sakit. Saat papa Kirana masuk rumah sakit dan Davindra sendiri yang saat itu sedang mengunjungi kakeknya. Keduanya berkenalan di kantin rumah sakit dan menjadi dekat setelah beberapa minggu Davindra melakukan penjajakan.

Gayung bersambut, saat Davindra menyatakan perasaannya. Ternyata, Kirana juga memiliki rasa yang sama. Keduanya, memutuskan untuk menjalin kasih. Hubungan keduanya memang tidak mendapat restu dari kedua orang tua Davindra. Dikarenakan, Kirana hanya anak seorang pensiunan militer. Meski tidak mendapat restu, Davindra dengan gigih meyakinkan Kirana untuk tetap bertahan dan percaya padanya.

Kirana membuka matanya, menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba sekelibat bayang menghampiri pikiran Kirana. Entah mengapa, tiba-tiba wajah Allaric terlintas di benaknya? Kirana membuang jauh pikirannya tentang Allaric. Ia tidak mau mempunyai hubungan ataupun terlibat sesuatu dengan Allaric. Untuk itulah, ia selalu berusaha untuk menghindar dari sosok Allaric.

bersambung.

Related chapters

  • Cinta Di Ujung Senja   Dia Milikku

    Sejak malam itu, Kirana sudah meminta ojek online langganannya untuk menunggunya pulang. Sehingga itu membuat Allaric kesal karena tak bisa mendekati gadis yang membuatnya penasaran. Sekarang sudah tidak ada kesempatan lagi untuk bisa dekat dengannya.Hari sudah berganti hampir seluruh karyawan telag pulang. Hanya Kirana yang masih betah di kantor. Sebenarnya bukan betah akan tetapi, karena banyak kerjaan yang membuatnya tertahan di kantor."Tuan, ayo kita makan malam sudah waktunya untuk makan malam," ajak Alan yang masih memperhatikan Allaric yang sibuk dengan laptonya."Aku tidak lapar! Kalau Kau lapar, makan saja duluan," timpal Allaric."Tuan, sepertinya Kirana pun belum makan," hardik Alan masih berusaha untuk meminta Bos nya untuk makan.Seketika Allaric pun menutup laptopnya. "Kirana lembur lagi?" tanyanya sambil menoleh pada Alan.Alan pun mengangguk.Allaric pun beranjak bangun dan membereskan semua pekerjaanya dan

    Last Updated : 2021-05-05
  • Cinta Di Ujung Senja   Kandidat Yang Cocok

    "Caritahu tentang Kirana lebih jauh. Aku mau tau ada hubungan apa? Antara dia dan Davindra." Allaric menutup teleponnya.Allaric mengepal tangannya kesal. Ia mengingat bagaimana bahagianya saat Kirana berada dalam pelukan Davindra. Allaric kembali meneguk minuman yang ada di tangannya.Alan masuk dan menyerahkan beberapa berkas pada Bos nya."Ini berkas nama-nama calon seketaris Anda, Tuan." Alan meletakkan map berwarna biru di depan Allaric.Allaric terlihat melamun dengan wajah sedikit di tekuk. Alan terus saja memperhatikan ekspresi wajah Bos nya."Ada masalah, Tuan?" tanya Alan.Allaric menarik nafas kasar. "Kemarin aku tidak sengaja melihat, Kirana berpelukan dengan seseorang," gumam Allaric tiba-tiba.Alan terkejut dan mengernyitkan dahi. "Siapa, Tuan?""Davindra," jawab Allaric dengan geram."Apa? Bagaimana mungkin?" tanya Alan bingung."Aku sudah mengutus seseorang untuk mencaritahu. Aku tidak mau

    Last Updated : 2021-05-08
  • Cinta Di Ujung Senja   Tantangan Dari Davi

    Kirana terkejut saat ia di angkat menjadi sekretaris pribadi Allaric. Ia pun segera menghampiri Alan untuk bertanya."Tuan, Saya ingin bertanya. Mengapa nama Saya...?""Diangkat menjadi sekretaris pribadi tuan Allaric," sahut Alan.Kirana mengangguk cepat."Karena Aku dan Tuan melihat, hanya Kau yang patut mengisi tempat itu," ujar Alan."Tapi, Saya tidak menginginkan posisi itu," protes Kirana."Bukan Kamu yang memutuskan. Tapi, tuan Allaric lah yang memilih," timpal Alan."Mengapa tidak meminta persetujuan dari Saya?" tanya Kirana dengan kesal."Dengar Kirana, seharusnya Kamu senang dipilih oleh tuan sendiri. Di luar sana ratusan bahkan ribuan yang menginginkan posisi itu," ucap Alan."Tapi, Saya tidak menginginkannya," sela Kirana ketus."Sudahlah, Saya tidak mau berdebat sama Kamu. Kalau Kamu merasa keberatan. Kamu bisa menemui tuan dan mengatakan ketidak sediaan Kamu untuk jadi sekretaris pribadinya." tutup Ala

    Last Updated : 2021-05-09
  • Cinta Di Ujung Senja   Menolak Bantuan

    Kirana mulai membiasakan diri dengan tugas baru. Sejak diangkat menjadi sekretaris pribadi Allaric. Ia terlihat lebih santai dari sebelumnya. Allaric tidak mau membebankan semua pekerjaan padanya. Kirana hanya memeriksa dam menyusun berkas yang akan ia serahkan pada Bos-nya."Pukul berapa Kita meeting hari ini?" tanya Allaric."Pukul dua, Tuan," jawab Kirana."Kau sudah siapkan berkas yang akan dipakai meeting nanti?" lanjut Allaric."Sudah, Tuan," jawab Kirana lagi.Allaric hanya mengangguk senang. Alan memperhatikan kedua orang yang berjalan di depannya dengan tersenyum. Sampai di ruangannya, Allaric langsung duduk di kursi kebesaranya. Alan juga duduk dan langsung membuka laptopnya untuk memeriksa beberapa email yang masuk. Kirana sendiri segera membuatkan minuman untuk Bos dan asistennya."Tuan, malam ini ada janji temu dengan, Clara," cetus Alan tiba-tiba."Aku sibuk!" sahut Allaric cuek.Kirana masuk dengan nampan di tangan

    Last Updated : 2021-05-11
  • Cinta Di Ujung Senja   Asisten Pribadi

    Kata-kata Allric masih terngiang di telinga Kirana. Gadis itu terus saja memikirkan tawaran Allaric, yang ingin membantunya untuk biaya pengobatan mamanya. Saat istirahat siang, Kirana memutuskan untuk ke rumah sakit menjenguk Mamanya. Setelah memastikan kondisi Mamanya dan berbincang sejenak bersama Dokter dan perawat. Kirana pun memutuskan untuk kembali ke kantornya.Kirana pun telah kembali lagi ke kantornya. Seperti biasa, Ia akan langsung melanjutkan pekerjaan yang sempat Ia tinggal karena harus kembali ke rumah sakit."Kirana, Kamu berikan ini pada, Tuan yah!" perintah Maya."Baik," sahut Kirana."Tapi, sebaiknya Kamu periksa kembali. Saya takut ada yang keliru," pintanya. Kini Maya tidak berani lagi memerintah Kirana dengan semau hatinya. Ia telah mendapat peringatan yang keras dari Alan. Walau ada perasaan kesal dan marah di hatinya. Maya, kembali mencoba menerima semua.Lagi pula, Kirana tidak pernah berulah yang membuatnya kesal. Sebaliknya

    Last Updated : 2021-05-19
  • Cinta Di Ujung Senja   Sarapan Bersama

    Kirana kini mulai bisa menjalankan tugasnya sebagai sekretaris sekaligus asisten pribadi Allaric, menggantikan Alan yang saat ini masih berada di luar negeri. Dengan sabar, Allaric mengajari Kirana apa saja tugasnya sebagai asisten."Tuan, Saya ingin meminta izin untuk tidak ikut pertemuan malam ini," cetus Kirana meminta izin."Kenapa? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Allaric."Saya ingin ke rumah sakit, menemani mama," jawabnya."Baiklah! Kita akan membatalkan pertemuan malam ini dan Saya juga akan ikut menemani Kamu di rumah sakit!" seru Allaric."Tapi, Anda tidak perlu melakukannya, Tuan," Kirana tolak Kirana."Kamu keberatan jika Saya ikut bersama Kamu?" tanya Allaric."Bukan begitu. Hanya saja, Saya merasa tidak enak dengan yang lain. Jika Anda, sering terlihat bersama Saya," tutur Kirana."Maksud Kamu?" tanya Allaric, sembari menyipitkan matanya."Tuan, Saya ingin jujur pada Anda," cetus Kirana."Saya suka orang

    Last Updated : 2021-05-21
  • Cinta Di Ujung Senja   Perjalanan Ke Luar Negeri

    Kesehatan Mamanya Kirana, perlahan pulih. Wanita itu pun sudah di perbolehkan untuk pulang. Kirana meminta izin pada Allaric untuk tidak masuk kantor hari ini. Ia akan menjemput mamanya dari rumah sakit. Dengan senang hati, Allaric mengabulkannya dan dia sendiri juga ikut datang menjemput.Mama Kirana terlihat senang pada sosok Allaric yang baik dan sopan. Allaric sendiri merasa nyaman saat dirinya mengobrol bersama Mama Kirana. Entah mengapa sikap lembut lembut wanita itu membuat Allaric merasa seperti sedang berbicara pada Ibunya."Mama, istirahat dulu ya!" seru Kirana."Mama, masih ingin mengobrol, Na. Sudah lama tidak mengobrol panjang lebar seperti ini, sejak Mama berada di rumah sakit," sahut sang Mama."Iya, Nana ngerti. Tapi, kan Mama juga harus banyak istirahat," lanjut Kirana."Kirana benar, Nyonya. Sebaiknya, Anda istirahat agar kesehatan Anda segera pulih," selaAllaric."Baiklah," ucap Ayu menuruti kedua anak muda dei depannya. Kirana

    Last Updated : 2021-05-22
  • Cinta Di Ujung Senja   Tamu Kehormatan

    Allaric dan Kirana tiba di negara S. Kirana yang baru pertama kali melakukan perjalanan jauh menggunakan pesawat, terkulai lemas."Istirahatlah! Besok, kita akan menghadiri rapat!" seru Allaric yang mengantarkan Kirana ke kamarnya.Kirana hanya mengangguk, matanya terasa berat dengan tubuh yang lemas."Kamarku tepat di sebelah kamarmu." tunjuk Allaric. "Kalau kamu membutuhkan sesuatu, kamu tinggal datang saja!" lanjutnya sembari tersenyum.Kirana mengangguk mengerti. Allaric pun melangakah ke kamarnya dan membiarkan Kirana untuk istirahat. Selepas kepergian Allaric, Kirana menghempaskan dirinya ke atas ranjang dan kembali tidur.Keesokan harinya, dengan malas Kirana bangkit dan membuka pintu.Ceklek ...."Selamat pagi!" sapa Allaric.Mata Kirana membulat saat melihat Boss nya sudah berada di depan pintu."Tuan!" seru Kirana terkejut."Kamu baru bangun?" tanya Allaric.Kirana menganggukkan kepalanya dan mempersilahkan Allaric masu

    Last Updated : 2021-05-25

Latest chapter

  • Cinta Di Ujung Senja   Bertemu Sahabat Lama

    Kirana menahan emosinya, saat mendapat laporan dari pengasuh kedua buah hatinya. Wanita bernama Darla, itu mengatakan. Jika, seseorang sering menemui Carmen dan Carlo. Saat ia menanyakan, siapa orangnya pada kedua anak kembarnya. Ia terkejut, ketika tahu nama yang disebut Carlo."Darla, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Jika, saat aku tidak di rumah. Aku mau kau mengawasi si kembar. Aku tidak mau, sampai pria itu menemui mereka lagi," kata Kirana pada pengasuhnya.Darla mengangguk mengerti. Kirana berencana, akan menemui Davi untuk membicarakan hal ini. Ia tidak mau, berhubungan dengan keluarga itu lagi. Setelah apa yang terjadi, Kirana masih mengingat setiap luka, yang keluarga Davi berikan padanya.Setelah semuanya siap, Kirana segera berpamitan pada kedua anaknya. Ia tetap memperingatkan Darla lagi, tentang hal tadi. Ia juga berpesan pada anak-anaknya, untuk tidak berbicara pada orang asing.****Sementara di kediamannya, Davi terlihat bahagia saya mendapat satu pesan dari Kiran

  • Cinta Di Ujung Senja   Tidak Ingin Mengulang Kesalahan

    Kirana berang, saat ia tahu kalau Davindra menipunya. Pria yang pernah mengisi hatinya dulu, yang sengaja mengajaknya keluar dengan alasan untuk membicarakan bisnis mereka. Ternyata, pria itu menggunakan kesempatan itu untuk merayu Kirana kembali."Jadi, kau mengajakku ke mari hanya untuk membicarakan itu?" Seru Kirana lantang."Na, dengarkan aku. Aku hanya ingin berbicara padamu secara pribadi," kata Davi, berusaha untuk menjelaskan pada Kirana."Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan," tegas Kirana."Na, aku hanya ingin kita bisa seperti dulu," ucap Davi lirih."Tidak!" tegas Kirana.Davindra tercegat medengar suara tegas Kirana."Aku tidak mau, memulai sesuatu yang telah aku lupakan," lanjut Kirana."Apa salahnya, jika mencobanya, Na," pinta Davi lirih.Sampai saat ini, Davindra masih mencintai Kirana. Sampai kapanpun, hanya Kirana yang ada di dalam hati Davindra.Setelah perceraiannya bersama Laura selesai. Davindra berusaha mencari keberad

  • Cinta Di Ujung Senja   Meminta Maaf

    Kirana sedang berjanji untuk bertemu salah satu kliennya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya klien yang di maksud tiba. Kirana hampir tidak percaya, siapa kliennya kali ini.Davindra datang bersama Papanya. Ayah dan anak itu sempat tidak menduga, jika yang menjadi utusan adalah Kirana."Selamat siang, Tuan Oscar dan Tuan Davindra." Kirana mengulurkan tangan dan menjabat keduanya, secara bergantian."Anda Nona Kirana, utusan perwakilan dari perusahaan X?" tanya Oscar."Benar, Tuan. Silahkan duduk," ucap Kirana mempersilahkan tamunya."Saya kira Anda, ini seseorang yang...." ucapan Oscar di potong Kirana."Tua dan jelek," potong Kirana.Oscar tersenyum tidak enak."Kita langsung saja." Kirana membuka map yang ia bawa dan mengunjukkan kepada Oscar dan putranya. Kirana mulai menjelaskan semuanya pad

  • Cinta Di Ujung Senja   Aku Menemukanmu

    "Siapa namamu?" tanya Allaric pada seorang anak berumur lima tahun."Namaku, Carlo," jawabnya.Allaric sempat menatap dalam wajah lugu dan polos itu. Mata coklat dan senyumnya, mampu menembus tepung hati Allaric. Ada rasa nyaman dan damai saat ia menatapnya. Mata itu juga mengingatkan Allaric pada seseorang di masa lalu."Carlo, kau di sini bersama orang tuamu?" tanya Alan."Tidak! Aku ke sini bersama teman-teman dan guruku," jawab Carlo."Kau salah satu dari mereka?" Mata Allaric tertuju pada sekelompok anak kecil yang sedang bermain bersama gurunya.Carlo mengangguk cepat."Apa yang kau lakukan di sini?" terdengar suara cempreng, namun penuh dengan ketegasan.Kursi roda Allaric berputar ke arah sumber suara. Kembali mata Allaric di suguhi pemandangan yang menyejukkan matanya."Maafkan saudaraku, Tuan," ucap Carmen.

  • Cinta Di Ujung Senja   Taman

    Sudah tiga hari, Kirana sampai. Hari ini, ia bersiap untuk ke kantor. Perempuan itu segera menyelesaikan urusan kantornya, kemudian bergegas untuk pulang. Ia harus segera menjemput anak-anaknya, yang ia titipkan ke penitipan anak.Kirana yang baru saja tiba, memang mengalami sedikit masalah dalam mencari pengasuh untuk kedua buah hatinya. Ia sangat teliti dalam memilih, seorang yang akan dia percayakan untuk menjaga kedua anaknya."Momm, ada baiknya jika kami masuk sekolah," cetus Carmen.Mata Kirana melirik ke arah putrinya, kemudian melemparkan pandangan pada kembarannya."Kamu mau, sekolah di sini?" sela Carlo.Carmen mengangguk. "Dari pada setiap hari, di penitipan. Lebih baik sekolah, kan?"Kirana tertegun sejenak. Apa yang dikatakan, Carmen ada benarnya. Jika, keduanya dimasukkan ke sekolah, mungkin Kirana akan tenang bekerja. Setidaknya, ia tidak perlu berusaha paya

  • Cinta Di Ujung Senja   Kembali Pulang

    "Apa, Tuan? Anda ingin mengirim saya ke sana?" tanya Kirana terkejut."Tidak ada orang lain, yang bisa saya andalankan selain kamu Kirana. Dengan kemampuan yang kamu punya, saya yakin kamu bisa menangani masalah di kantor cabang," jelas atasannya."Tapi, saya tidak mau ke sana," tolak Kirana. "Anda bisa mengirim saya kemanapun, asal jangan ke sana.""Mengapa? Apa kamu ada masalah, dengan tempat itu?" tanya bos-nya.Kirana terdiam, die enggan menjelaskannya pada sang atasan."Bersiaplah. Lusa, aku akan mengatur keberangkatanmu," putus Bos-nya.Kirana melangkah gontai, meninggalkan ruangan Bos-nya. Ia duduk dan kembali mengingat kejadian di tempat itu. Kirana memutuskan untuk pulang lebih cepat dan saat tiba di rumah. Ia lebih memilih masuk ke kamarnya, hingga saat makan malam.Dua hari kemudian, mau tidak mau. Kirana harus berangkat juga, ia meminta waktu untuk mempersiapkan segalanya. Mengingat ia memiliki dua anak kembar, yang pasti

  • Cinta Di Ujung Senja   Kecelakaan

    Allaric kembali mengunjungi club' malam, untuk minum hingga mabuk. Ia ingin menghibur kesepiannya. Semenjak kepergian Kirana, Allaric merasa enggan untuk menetap di mansionnya. Bayang-bayang Kirana terusa saja menghantuinya, setiap kali ia berada di mansionnya. Masih teringat jelas senyum yang terukir di wajah wanita itu, saat bersama Allaric.Kepergian Kirana pun, seperti membawa separuh jiwa Allaric. Ia merasa kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Di dalam club' pun, ia tidak mau ditemani oleh siapapun. Ia hanya ingin sendiri, meratapi kesedihannya. Allaric benar-benar hancur tanpa Kirana.Di tengah kegalauan hatinya, seseorang mendekatinya."Apa ini? Masalah besar apa, yang menimpa seorang Allaric hingga bisa hancur seperti ini?" ucap orang itu.Allaric menatap nanar, ke arah sumber suara."Mau apa kau?" tanya Allaric ketus."Aku hanya datang untuk menghibur diri. Ta

  • Cinta Di Ujung Senja   Keluarga Baru

    Allaric membuka lemari milik Kirana. Namun, anehnya tak satupun barang milik Kirana bergerak dari tempatnya. Semua masih tersusun rapi, pada tempatnya bahkan tidak ada yang berkurang.Allaric mengepalkan tangannya, ia kembali memeriksa lemari yang lainnya. Bahkan, perhiasan saja, masih berada di tempatnya. Allaric teringat akan id card, yang diminta Kirana tempo hari. Rahang Allaric mengeras, ia mengertakan giginya kesal."Jadi, selama ini. Kau hanya berpura-pura, untuk menarik simpati serta untuk mendapat kepercayaan dariku," gumam Allaric kesal.Alan yang baru tiba, terkejut melihat kondisi kamar yang sudah seperti diterjang badai."Ada apa?" tanya Alan."Dia kabur, tanpa membawa apapun selain apa yang ia kenakan dan tanda pengenalnya," jawab Allaric geram."Kau memberikannya?" tanya Allaric lagi."Kau pikir aku gila, jika memberikannya

  • Cinta Di Ujung Senja   Menyusun Rencana

    Kirana kembali ke mansion, tanpa menghiraukan sapaan dari para pelayan, ia berjalan langsung masuk ke kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Kirana kembali mengingat, dua tubuh yang penuh keringat. Sedang bergumul di atas ranjang, yang juga sering ia gunakan.Kirana meremas kasar rambutnya, berusaha untuk mengusir dan menghapus pemandangan yang baru saja ia saksikan. Kirana kembali mengingat, apa yang dikatakan Cindy? Wanita itu berkata benar, Allaric memang masih seperti dulu. Sampai kapanpun, pria itu tidak akan pernah bisa berubah.Kirana merenungi kebodohannya. Mengapa ia, cepat percaya dengan semua yang Allaric katakan? Kirana pun memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Ia segera beranjak kembali dari duduknya dan berjalan menuju pintu.Ceklek....Kirana menghentikan langkahnya, saat melihat beberapa pelayan yang menyapanya. Kirana hanya tersenyum tipis, sembari menutup pintu d

DMCA.com Protection Status